• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKSI BERSIH

2 Biaya produksi dan pemasaran

5.3.3. Analisis Keberlanjutan Dimensi Lingkungan Agroindustri Kop

Pertumbuhan usaha pengolahan kopi secara global menimbulkan perhatian terhadap kepentingan lingkungan baik di tingkat lokal maupun internasional. Perhatian terhadap lingkungan terutama terkait keanekaragaman hayati, konservasi ekosistem hutan, penggunaan agrokimia, pencemaran air dan tanah. Penilaian dimensi lingkungan (Tabel 9) dilakukan berdasarkan pengamatan lapangan, pendapat responden/pakar, serta aktivitas dan pengalaman petani terkait yang diamati selama usaha pertanian dan pengolahan kopi dilakukan.

Manajemen sumber daya lahan memiliki skor tertinggi dibandingkan atribut dimensi lingkungan lainnya. Petani kopi menyadari bahwa produktivitas tanaman kopi untuk keberlanjutan bahan baku ditentukan oleh upaya-upaya pengelolaan lahan. Status kepemilikan lahan (milik pribadi) turut mendukung keperdulian petani untuk menjaga kualitas lahannya yang menjadi sumber pendapatan mereka. Meskipun tidak seluruh tanaman kopi yang diusahakan berasal dari lahan pribadi,

petani juga mendapatkan keuntungan dari pengusahaan bersama lahan perkebunan kopi dengan Perhutani. Kerjasama ini telah terjalin lama dengan pembinaan kelembagaan yang harus diupayakan tetap menguntungkan bagi kedua belah pihak.

Tabel 9 Nilai indikator keberlanjutan lingkungan agroindustri kopi di KUPK Sidomulyo, Jember

No Atribut Lingkungan

Skor Baik Buruk Keterangan

1 Manajemen

energi

2 3 0 (0) Tergantung pada 1 jenis

sumber energi (1)

Menggunakan 2 jenis sumber

energi, dengan

ketergantungan pada energi

tak terbaharukan; (2)

Menggunakan 2 sumber

energi, tidak sepenuhnya tergantung pada energi tak terbaharukan (3) Ada usaha diversifikasi energi dan menggunakan lebih dari 2 sumber energi

2 Manajemen air 2 3 0 (0)Menggunakan air

sumur/air permukaan,

belum ada upaya konservasi (1) Menggunakan sumber air tanah, belum ada upaya

konservasi (2)

Menggunakan sumber air tanah, bertahap melakukan

upaya konservasi; (3)

Menggunakan sumber air tanah & air permukaan,

rutin melakukan upaya

konservasi

3 Manajemen

sumberdaya lahan

3 3 0 (0)Tidak ada upaya

pencegahan erosi ataupun

konservasi; (1) Mulai

melakukan upaya

konservasi secara minimal

(2) Melakukan upaya

konservasi dengan

bimbingan ;(3) Melakukan upaya konservasi secara mandiri dan kontinyu.

4 Keanekaragaman

hayati

2 3 0 (0) Monokultur (1)

penaung dan penutup tanah yang seragam; (2) Tanaman kopi dengan aneka tanaman penutup tanah dan tanaman penaung; (3)Tanaman kopi dengan tanaman industri

(komersial) sebagai

penaung dan aneka jenis tanaman penutup tanah

5 Pengurangan

polusi

2 3 0 (0)Tidak ada upaya

pencegahan polusi dan

berdampak besar (1) Belum

ada upaya pengurangan

polusi tetapi polusi

berdampak kecil; (2) Telah

ada perhatian untuk

mengurangi polusi; (3)Telah

ada upaya mengurangi

polusi secara kontinyu dan menguntungkan

6 Daur ulang dan

penggunaan kembali (recycle & reuse/2R)

2 3 0 (0)Belum memahami upaya

2R (1) Mengetahui tetapi belum ada upaya 2R; (2) Masih jarang melakukan

upaya 2R (3) Telah

memahami dan mampu

melakukan 2R secara

ekonomis

7 Penyimpanan

karbon

2 3 0 (0) Densitas, kualitas

tanaman rendah &

lingkungan rendah (1)

Densitas cukup dengan

kualitas tanaman dan

lingkungan rendah; (2)

Densitas dan kualitas

tanaman sedang, kualitas

lingkungan cukup; (3)

Densitas dan kualitas

tanaman berpotensi besar, kualitas lingkungan baik

Sumber: data diolah (2011)

Upaya pengelolaan lahan juga dilakukan untuk menjaga keberlanjutan sertifikasi kopi organik dari Utz Certified. Peran stakeholder seperti PPL dari Dinas Perkebunan Kabupaten Jember secara kontinyu serta perhatian Puslitkoka yang berada di Kabupaten Jember dalam hal ini cukup besar membantu petani

secara kontinyu melakukan manajemen lahan secara baik. Pada praktek pertanian organik, terdapat pendekatan secara sistem untuk menyeimbangkan dan mengoptimalkan pertanian kopi dalam ekosistem yang juga memiliki fungsi ekonomi atau produktif (standar International Federation of Organic Agricultural Movement/IFOAM). Utz Certified meletakkan kriteria dasar sosial dan lingkungan yang mendukung praktek manajemen, dan pertanian yang baik dan diwadahi dalam Global Gap Code for Coffee dengan komponen sosial tambahan (Utz Certified 2010).

Hasil analisis Rap-Coffee dimensi lingkungan (Gambar 27) menunjukkan status cukup berkelanjutan (59.15%). Nilai keberlanjutan terutama dipengaruhi oleh atribut manajemen sumberdaya lahan (Gambar 28) yang memiliki penilaian tinggi. Meskipun nilai atribut lain kurang dari 2% yang menunjukkan belum adanya pengaruh signifikan terhadap nilai keberlanjutan, tetapi atribut kemampuan penyimpanan karbon dan pengurangan polusi jika diusahakan dapat membantu mendukung dimensi keberlanjutan lingkungan agroindustri kopi rakyat.

Gambar 27 Hasil analisis Rap-Coffee dimensi lingkungan

Karakteristik alami tanaman kopi yang merupakan bagian dari ekosistem multifungsi dalam areal hutan mendukung kemampuan penyimpanan karbon

dalam perspektif perubahan iklim. Dengan demikian pengusahaan tanaman kopi yang tetap berupaya memperhatikan karakteristik alaminya merupakan usaha produktif menarik dan menguntungkan bagi lingkungan. Upaya penjagaan karbon dalam tanah dan biomassa di atas tanah dapat dilakukan melalui pengelolaan tanah, pemangkasan yang terjadwal, dan pengelolaan limbah. Adanya inisiatif sertifikasi yang mempromosikan tanaman pelindung dan keanekaragaman hayati dalam perkebunan kopi, secara langsung memiliki peran penting dalam upaya penjagaan kapasitas penyimpanan karbon dan mengurangi dampak rumah kaca.

0,94 0,76 5,17 0,82 1,07 0,99 1,38 0 1 2 3 4 5 6 Manajemen energi Manajemen air Manajemen sumberdaya lahan Keanekaragaman hayati Pengurangan polusi

Daur ulang dan penggunaan ulang

Penyimpanan karbon

Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100) A tt ri bu te Leverage of Attributes

Gambar 28 Hasil analisis leverage dimensi lingkungan

Adanya industri pengolahan kopi di KUPK Sidomulyo yang mulai menerapkan metode olah basah berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan yang selanjutnya akan mengancam keberlanjutan KUPK Sidomulyo. Pencemaran bahan organik dari proses pengolahan kopi dengan sistem olah basah ke badan air dapat menimbulkan permasalahan, terutama karena tingginya konsentrasi pencemar dalam bentuk pulp, limbah cair, dan kulit kopi. Dampak lingkungan

terjadi karena polutan organik yang dibuang ke badan air dapat mengambil oksigen dalam jumlah besar yang sangat dibutuhkan oleh kehidupan akuatik. Oleh karena itu dibutuhkan upaya dan teknologi untuk mencegah pencemaran, melakukan konversi pencemar agar layak dibuang ke badan air. Pemanfaatan limbah padat menjadi produk bernilai ekonomis juga perlu dilakukan untuk meningkatkan status keberlanjutan lingkungan.

Atribut pengurangan polusi secara tidak langsung berkaitan dengan upaya penjagaan karbon dan mengurangi dampak rumah kaca. Melalui pemanfaatan limbah padat hasil olah kering sebagai pupuk organik yang ditebar di lahan kebun kopi merupakan salah satu cara yang telah dilakukan petani untuk menjaga keberlanjutan siklus nutrien dalam perkebunan kopi. Upaya-upaya penjagaan lingkungan ini hendaknya masih terus diupayakan dalam agroindustri kopi yang telah menerapkan proses olah basah. Dalam hal ini, pemahaman dan keikutsertaan petani di KUPK Sidomulyo menentukan upaya-upaya yang perlu dilakukan terkait atribut pengurangan polusi.

Aktivitas pengolahan kopi dapat menyumbangkan emisi gas rumah kaca (GRK) karena penggunaan energi dan transportasi. Jenis sumber energi sangat mempengaruhi besarnya emisi GRK yang dikeluarkan. Pengolahan kopi yang menggunakan pengeringan mekanis berbahan bakar kayu atau bahan bakar fosil serta pembuangan residu atau limbah proses dapat mempengaruhi keberlanjutan sumberdaya perkebunan kopi. Melalui upaya pencegahan pencemaran dan daur ulang sumberdaya pengolahan dapat mempertahankan keseimbangan sistem agroindustri kopi.

Pola perkebunan yang telah menerapkan tanaman penaung dan penutup tanah merupakan salah satu persyaratan kopi organik. Beberapa keuntungan pemilihan tanaman penaung dan penutup tanah adalah menjaga keberadaan siklus nutrien, menjaga kestabilan pendapatan petani meskipun dapat mengurangi produktivitas kopi. Pola keanekaragaaman tanaman di perkebunan kopi membantu petani untuk dapat merespon perubahan karena fluktuasi harga kopi dunia. Pada saat harga kopi merosot, petani dapat lebih mengintensifkan tanaman lainnya sebagai kompensasi pendapatan tanpa harus menggantikan tanaman kopi sebagai tanaman utama.

Reed (1997) diacu dalam Adams dan Ghaly (2007) menegaskan bahwa keberlanjutan sistem lingkungan akan mempengaruhi keberlanjutan usaha produksi. Hal ini berarti dibutuhkan adanya upaya untuk: (a) menjaga kestabilan sumber daya yang menjadi basis usaha industri, (b) mencegah usaha eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya yang dapat pulih, (c) pengurangan sumberdaya yang tidak dapat pulih hanya apabila dapat dilakukan investasi untuk sumberdaya substitusi. Dengan demikian upaya pengurangan polusi, upaya penggunaan kembali maupun daur ulang dari output yang dihasilkan haruslah diupayakan. Peningkatan pemahaman masyarakat dapat ditingkatkan melalui pendayagunaan lembaga masyarakat yang ada di KUPK Sidomulyo.