PRODUKSI BERSIH
2 Jam kerja dan upah
2 3 0 (0) Upah dan perhitungan jam
kerja tidak layak; (1) Upah belum layak meskipun jam kerja sesuai aturan; (2) Upah dan jam kerja diberikan secara layak (memenuhi kehidupan fisik
minimum) ;(3) Upah dan
jaminan jam kerja di atas kebutuhan hidup minimum
3 Hak-hak dasar 2 3 0 (0) Belum terpenuhinya hak-hak
dasar pekerja dan masyarakat; (1) Pemenuhan hak-hak dasar masih kurang; (2) Pemenuhan hak-hak dasar terpenuhi tetapi belum ada jaminan; (3) Telah
ada jaminan terhadap
pemenuhan hak-hak dasar
4 Relasi sosial 2 3 0 (0) Keterkaitan masyarakat
dengan perkebunan dan
pengolahan lemah; (1)
Keterkaitan dengan perkebunan kuat tetapi pengolahan kurang kuat; (2) Keterkaitan dengan
usaha perkebunan dan
pengolahan kopi baik; (3) Keterkaitan dan keterlibatan
masyarakat dengan usaha
perkebunan dan pengolahan kopi sangat kuat
5 Persepsi dan
kepuasan petani
2 3 0 (0) negatif, tidak puas; (1)
negatif, kurang puas; (2) positif cukup memuaskan; (3) positif sangat memuaskan
Penilaian keberlanjutan terhadap dimensi sosial agroindustri kopi berada pada kisaran cukup berlanjut (59,22%). Atribut jaminan kesehatan dan keamanan yang memiliki nilai tinggi, menjadi faktor pengaruh bagi keberlanjutan dimensi sosial. Penilaian ini didasarkan pada keberadaan fasilitas kesehatan maupun pelayanan kesehatan masyarakat yang baik di Desa Sidomulyo mampu mendukung keberadaan usaha agroindustri kopi rakyat. Kawasan perkebunan kopi yang relatif bersih dan masih bebas dari pencemaran air, tanah maupun udara. Sumber air bersih yang bebas dimanfaatkan oleh masyarakat serta keamanan lingkungan perdesaan mendukung penilaian responden yang tinggi untuk atribut kesehatan dan keamanan.
Gambar 29 Hasil analisis Rap-Coffee dimensi sosial
Atribut persepsi dan kepuasan petani merupakan faktor pengaruh kedua yang memegang peran penting terhadap status keberlanjutan dimensi sosial (Gambar 30). Persepsi dan kepuasan petani akan terkait dengan pemenuhan terhadap atribut keberlanjutan lainnya. Sehingga cukup kompleks untuk merumuskan penilaian dalam atribut ini. Menurut Giovannucci et al. (2008), penilaian terhadap atribut persepsi dan kepuasan petani hendaknya didasarkan pada penilaian petani terhadap harapan dan tingkat kepuasan pada parameter
hubungan sosial antara petani, kualitas lingkungan, kesehatan masyarakat, hubungan antara pengurus dan anggota kelompok tani, kemampuan manajerial pengurus serta pendapatan petani. Oleh karena itu untuk meningkatkan status keberlanjutan dimensi sosial akan terkait dengan upaya peningkatan status keberlanjutan pada dimensi yang lain (ekonomi, lingkungan, dan kelembagaan).
4,53 1,94 1,82 1,76 2,68 0 1 2 3 4 5 Kesehatan & kemanan Jam kerja & upah
Hak-hak dasar Relasi sosial Persepsi dan kepuasan petani
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100) A ttr ib u te Leverage of Attributes
Gambar 30 Hasil analisis leverage dimensi sosial
Rata-rata petani mengelola kebunnya masing-masing dengan bantuan saudara ataupun tetangga dalam lingkungan perkebunan. Kecuali pada musim panen puncak, dimana beban kerja di kebun maupun di pabrik tinggi, maka pemilik kebun menerima tenaga kerja dari luar kebun. Umumnya karyawan yang bekerja di kebun maupun di pabrik menerima hasil kerja dalam bentuk bagi hasil ataupun uang yang telah sesuai dengan rata-rata upah harian yang berlaku. Bagi karyawan yang bekerja di pabrik, mereka juga menerima upah lembur jika harus mengolah melebihi jam kerja terutama pada saat panen puncak. Aturan tersebut berlaku umum dan telah menjadi kebiasaan tanpa adanya peraturan tertulis.
Hubungan antara petani kopi dan kebun kopinya secara umum cenderung fluktuatif seiring fluktuasi harga kopi di pasar, dan pada gilirannya hal ini akan berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja. Pada saat harga kopi tinggi, petani rajin memelihara kebun dan tanaman kopinya. Pada saat itu petani rajin memupuk tanaman, secara teratur melakukan pemangkasan, membersihkan kebun dan berusaha menyerap teknologi baru, pada saat tertentu tentu saja petani memerlukan banyak tenaga kerja. Tetapi pada saat harga rendah petani hampir tidak berhubungan dengan kopinya, mereka dapat jarang memupuk, memangkas maupun membersihkan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Lyn Square dalam Retnandari dan Tjokrowinoto (1991), permintaan tenaga kerja di banyak negara sedang berkembang di sektor pertanian dipengaruhi faktor ketidakpastian harga, ketidakmerataan dan ketidakefisienan distribusi dana investasi. Pemberian harga yang lebih tinggi terhadap petani yang mampu menghasilkan kopi bermutu baik diharapkan mampu mendukung kontinuitas pemeliharaan tanaman kopi yang selanjutnya mempengaruhi tingkat penyerapan tenaga kerja agroindustri kopi rakyat.
5.3.5. Analisis Keberlanjutan Dimensi Kelembagaan Agroindustri Kopi
Kelembagaan memegang peranan penting selain keberadaan sumber daya alam, modal, teknologi, dan sumber daya manusia dalam pembangunan pertanian Indonesia. Kelembagaan umumnya berada dalam konteks sosial. Akan tetapi terkait dengan peran yang cukup besar dari kelembagaan terutama untuk perkembangan petani kopi di Indonesia, maka kelembagaan menjadi dimensi tersendiri untuk dinilai status keberlanjutannya. Terutama, tanpa adanya kelembagaan yang baik, seluruh keberadaan faktor-faktor produksi dalam dimensi ekonomi, lingkungan, dan sosial akan sulit mendukung keberlanjutan agroindustri kopi rakyat.
Menurut Pakpahan (1999), kelembagaan memegang peranan penting dalam pembangunan pertanian di samping keberadaan sumber daya alam, permodalan, teknologi, dan SDM. Kelembagaan memiliki dua (2) arti, pertama kelembagaan mendefinisikan nilai, baik ataupun buruk, salah atau benar. Bagi masyarakat, kelembagaan dapat juga berarti tradisi/tata aturan yang telah terintegrasi dalam kehidupan mereka. Kedua, kelembagaan dalam arti organisasi yang tidak hanya
terdiri atas nilai dan aturan main, tetapi juga struktur, partisipan, teknologi, dan lingkungan yang mampu mentransformasikan input menjadi output masyakat. Atribut serta skoring untuk dimensi kelembagaan di kawasan KUPK dapat dilihat pada Tabel 11.
Kelembagaan petani di KUPK Sidomulyo menjadi aspek yang cukup penting , terutama karena kelembagaanlah yang mengendalikan, mengontrol, atau mengatur interdependensi antar pelaku ekonomi terhadap sumber daya. Petani yang berusaha dengan luas lahan rata-rata 2 ha akan lebih efisien dan produktif serta berkelanjutan jika berusaha dalam bentuk kelompok tani. Melalui kelompok tani, para petani akan lebih kuat dari segi kelembagaan maupun permodalan.
Tabel 11 Nilai indikator keberlanjutan dimensi kelembagaan agroindustri kopi di KUPK Sidomulyo, Jember
No Atribut Kelembagaan
Skor Baik Buruk Keterangan
1 Pengambilan
keputusan yang
terintegrasi
3 3 0 (0)Tidak pernah dilakukan
(1) Dilakukan terbatas
antar pengurus; (2)
Kadang dilakukan
melibatkan anggota; (3) Selalu melibatkan anggota
2 Upaya
Pengembangan kapasitas
2 3 0 (0)Tidak dilakukan (1)
Dilakukan jika ada
dukungan pihak lain ; (2)
Ada upaya melakukan
secara mandiri; (3) Kontinyu dilakukan 3 Upaya peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi 2 3 0 (0)Tidak dilakukan (1) Dilakukan dengan
dukungan pihak lain; (2)
Ada upaya melakukan
secara mandiri; (3)
Kontinyu dilakukan
4 Kesadaran sosial dan