• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kebijakan ..................................................................9 4

Dalam dokumen Kajian Model Pengembangan Pedagang Kaki Lima (Halaman 101-109)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4 PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

4.4.4 Analisis Kebijakan ..................................................................9 4

Ketentuan mengenai PKL di kota Mataram telah tercantum dalam Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 13 Tahun 2003 tentang Pedagang Kaki Lima. Beberapa pasal yang terkait dengan PKL diuraikan sebagai berikut :

Definisi PKL sebagaimana tercantum dalam Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1,

f. PKL adalah perorangan yang melakukan penjualan barang dan atau jasa dengan menggunakan bagian jalan / trotoar dan tempat-tempat untuk kepentingan umum serta tempat lain yang bukan miliknya yang dalam melakukan kegiatan usahanya menggunakan sarana/ perlengkapan yang mudah di bongkar pasang.

g. Retribusi PKL adalah pungutan uang yang dikenakan pada setiap PKL yang menggunakan fasilitas umum.

Dalam melaksanakan kegiatannya PKL wajib mendapat izin sebagaimana tercantum dalam Bab III Perizinan, Pasal 4,

(1) Setiap PKL sebelum menjalankan kegiatan usahanya wajib mendapatkan izin terlebih dahulu dari Kepala Daerah.

!"#$"%&'()*+&,*%-*'."%-"%&,*)"-"%-&!"!$&+$'" 95!

(2) Untuk mendapatkan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pedagang Kaki Lima mengajukan permohonan kepada Kepala Daerah dengan syarat-syarat sebagai berikut :

a. foto kopy KTP yang masih berlaku sebanyak 1 (satu) lembar; b. pas foto ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar; dan

c. foto kopy keanggotaan salah satu organisasi pedagang kaki lima sebanyak 1 (satu) lembar.

(3) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Kepala Daerah dapat mempertimbangkan untuk menerbitkan izin. (4) Atas diterbitkannya izin tidak dipungut biaya.

Bab IV Kriteria PKL,

Pada Pasal 9 dijelaskan bahwa :

Rancang bangun / konstruksi bangunan tempat usaha PKL harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. mudah dibongkar pasang (knock down);

b. atap I penutup terbuat dari bahan terpal atau sejenisnya; dan c. ukuran maksimal adalah 3 x 5 meter.

Apabila dalam kegiatannya PKL mengganggu ketertiban masyarakat maka akan direlokasi sebagaimana tercantum dalam Pasal 13,

(1) Untuk kepentingan kemasyarakatan dan untuk kepentingan pembangunan daerah dengan pertimbangan yang lebih luas, Kepala Daerah dapat mengatur kembali dan memindahkan lokasi usaha PKL ke lokasi lain baik untuk sementara waktu maupun permanen/tetap.

(2) Pemindahan lokasi sebagaimana dimaksud ada ayat 1 (satu) dilaksanakan dengan menyampaikan pemberitahuan 1 (satu) bulan sebelumnya secara tertulis

(3) Dalam melakukan pengaturan kembali dan pemindahan sebagaimana dimaksud pada awat 1 (satu). Kepala Daerah mempertimbangkan masukan-masukan dan organisasi pedagang. Bab V Subyek dan Obyek Retribusi, Pasal 16,

(1) Obyek retribusi adalah pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada PKL.

(2) Subyek retribusi adalah setiap PKL yang mendapat pelayanan dari pemerintah daerah.

(3) Subyek retribusi sebagaimana dimaksud pada awal (2) merupakan wajib retribusi.

Bab VI Ketentuan Retribusi, Pasal 17,

(1) Atas dasar pemberian pelayanan kepada PKL dipungut retribusi (2) Besarnya retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

sebagai berikut :

a. Golongan A ukuran 10 - 15 m2 Rp 1.500/perhari b. Golongan B ukuran 4 - 9 m2 Rp 1 .000/perhari c. Golongan C ukuran 2 – 3 m2 Rp 500/perhari Bab VIII Larangan dan Kewajiban, Pasal 21, Kepada setiap PKL dilarang :

a. bermalam / menginap pada lokasi usaha

b. memperluas lokasi usaha melebihi ketentuan maksimal; c. merubah konstruksi yang telah ditetapkan; dan atau d. memindahkan tempat usaha ke lokasi lain.

Kepada setiap PKL diwajibkan :

a. menyediakan tempat sampah sesuai dengan kebutuhan; b. menjaga kebersihan lingkungan sekitar

c. menjaga keindahan dan keserasian tempat usaha dan d. menjaga keamanan masing-masing

4.5 PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kota Makasar mempunyai posisi strategis karena berada di persimpangan jalur lalu lintas dari arah selatan dan utara dalam provinsi di Sulawesi, dari wilayah kawasan barat ke wilayah kawasan timur Indonesia dan dari wilayah utara ke wilayah selatan Indonesia. Jumlah kecamatan di kota Makassar sebanyak 14 kecamatan dan memiliki 143 kelurahan. Di antara

!"#$"%&'()*+&,*%-*'."%-"%&,*)"-"%-&!"!$&+$'" 97!

kecamatan tersebut, ada tujuh kecamatan yang berbatasan dengan pantai yaitu Kecamatan Tamalate, Mariso, Wajo, Ujung Lahan, Tallo, Tamalanrea dan Biringkanaya. Kota Makasar berdekatan dengan sejumlah kabupaten yakni sebelah utara dengan Kabupaten Pangkep, sebelah timur dengan Kabupaten Maros, sebelah selatan dengan Kabupaten Gowa dan sebelah barat dengan Selat Makassar.

Penduduk Kota Makassar tahun 2004 tercatat sebanyak 1.179.023 jiwa yang terdiri dari 582.382 laki-laki dan 596.641 perempuan. Jumlah penduduk Kota Makassar tahun 2003 tercatat sebanyak 1.160.011 jiwa. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat ditunjukkan dengan rasio jenis kelamin. Rasio jenis kelamin Kota Makassar yaitu sekitar 97,61%, yang berarti setiap 100 penduduk perempuan terdapat 97 penduduk laki-laki. Penyebaran penduduk Kota Makassar dirinci menurut kecamatan, menunjukkan bahwa penduduk masih terkonsentrasi di wilayah Kecamatan Tamalate, yaitu sebanyak 143.987 atau sekitar 12,21% dari total penduduk, disusul Kecamatan Rappocini sebanyak 136.128 jiwa (11,55 %). Kecamatan Panakkukang sebanyak 129.240 jiwa (10,98%), dan yang terendah Kecamatan Ujung Pandang sebanyak 27.165 jiwa (2,30%).

4.5.1 Kinerja PKL dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Berdasarkan data yang diperoleh dari 10 PKL di wilayah Makassar, sebanyak 20% PKL berpendidikan SD, 40% SLTP, dan 40% SLTA. Tingkat pendidikan yang masih cukup rendah berpengaruh pada komitmen mereka dalam hal penggunaan ruang publik yang mereka pakai sebagai tempat usaha. PKL yang beroperasi di Makassar menempati lokasi terjadwal, sebagian besar PKL (80%) melakukan kegiatan usahanya di trotoar, sebanyak 10% di badan jalan, dan sisanya melakukan kegiatan usaha di lahan parkir. Sarana usaha yang paling banyak digunakan dari 10 PKL adalah tenda sebanyak 6 PKL dan sisanya menggunakan gerobak.

Jenis usaha PKL di Makassar yang bergerak di bidang kuliner, antara lain kue kering, kue basah, minuman, mie ayam, bakso dan

snack. PKL tersebut melakukan kegiatan usahanya selama 5 jam setiap hari. Dari lama kegiatan usaha tersebut, PKL mampu mendapat omzet setiap hari berkisar dari Rp 50.000 sampai Rp 400.000 dengan keuntungan bersih mulai dari Rp 40.000 sampai Rp 150.000. Omzet usaha tersebut berperan dalam menunjukkan kinerja PKL. Berdasarkan informasi yang diperoleh, dapat diketahui bahwa sebanyak 70% PKL mengalami penurunan omzet usaha dan PKL yang mengalami penurunan keuntungan bersih sebanyak 80%.

Kegiatan usaha para PKL tersebut dibantu oleh tenaga kerja yang berasal dari keluarga atau orang luar (karyawan). Jumlah tenaga kerja keluarga yang membantu PKL mulai dari 1 orang sampai 2 orang, sedangkan tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga berjumlah 1. Sebagian besar PKL di Makassar menggunakan tenaga kerja yang berasal dari keluarga sebanyak 1 orang tenaga kerja (80%) dan tenaga kerja dari luar keluarga sebanyak 1 orang tenaga kerja (40%). Hal ini menunjukkan lebih banyak PKL yang menggunakan tenaga kerja dari lingkungan keluarga, sehingga usaha kaki lima tersebut cenderung mengarah kepada family enterprise. Modal usaha yang diperlukan PKL tersebut terdiri dari investasi dan modal kerja. Modal yang dikeluarkan sebagian besar PKL (40%) untuk investasi berupa peralatan adalah di atas Rp 10.000.000 dan 20% PKL mengeluarkan modal sebesar Rp 5.000.000-Rp 10.000.000. Untuk modal kerja sebagian besar PKL (50%) di Makassar mengeluarkan modal sebesar Rp 1.000.000-Rp 5.000.000, 20% mengeluarkan modal kerja sebesar Rp 5.000.000-Rp 10.000.000, sedangkan sisanya mengeluarkan modal di atas Rp 10.000.000. Modal usaha yang digunakan PKL tersebut sebagian berasal dari Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Hal ini menunjukkan PKL Makassar sudah mulai memanfaatkan bantuan lembaga keuangan dalam pengadaan modal usaha.

!"#$"%&'()*+&,*%-*'."%-"%&,*)"-"%-&!"!$&+$'" 99! Tabel 15 Pendapatan Bersih PKL-Pangan Makassar

Pendapatan T.K.keluarga T.K.luar Total T.K Indeks kinerja

(Rp) (orang) (orang) (orang) (Rp/bulan/orang)

6,000,000 1 1 1,800,000 6,000,000 1 1 1,800,000 7,500,000 1 1 2 1,125,000 6,000,000 1 1 1,800,000 3,000,000 1 1 900,000 4,500,000 1 1 1,350,000 9,000,000 1 1 2 1,350,000 12,000,000 2 1 3 1,200,000 12,000,000 2 1 3 1,200,000 5,100,000 1 1 1,530,000 Rata-rata 1,405,500

Berdasarkan data di atas maka dapat pendapatan bersih rata-rata PKL-Pangan Makassar adalah Rp 1,405,500. Lalu dapat ditentukan rata-rata IK-PKL Makassar adalah 2.88 mendekati angka 3 yang berarti IK-PKL mempunyai kinerja yang baik sekali dengan pendapatan di atas 1.000.000/tenaga kerja/bulan.

Tabel 16 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja PKL-pangan di Makassar

No Faktor Skala

Rata-rata

1 2 3 4 5

1 Tingkat pendidikan 2 4 4 3.10

2 Jumlah Tenaga Kerja 6 2 2 1.43

3 Lama Usaha 10 1.00

4 Kondisi Omzet 7 3 2.26

5 Kondisi Keuntungan 8 2 2.17

6 Lokasi Usaha 8 1 1 1.26

7 Status Lokasi usaha 10 3.00

8 Tempat berusaha 10 1.00

9 Bentuk Sarana Usaha 1 3 6 2.38

10 Luas Tempat Usaha 10 1.00

11 Kelengkapan Tempat Usaha 7 3 1.23

12 Kondisi Lokasi Usaha 10 4.00

13

Keterjangkauan Lokasi

Usaha 10 3.00

Pada perhitungan tabel 16 dapat dilihat bahwa ada tiga faktor yang lebih dominan mempengaruhi kinerja PKL-pangan yaitu tingkat pendidikan, kondisi lokasi usaha dan prospek konsumen.

4.5.2 Dampak PKL Terhadap Aspek Ekonomi dan Sosial

PKL merupakan salah satu sektor informal yang menjadi bagian dari kegiatan perekonomian rakyat. Dalam kegiatan usahanya, keberadaan PKL dapat membantu pertumbuhan ekonomi rakyat. Berdasarkan informasi yang diperoleh, sebagian besar PKL (40%) di wilayah Makassar mempunyai penghasilan perbulan sebesar Rp 5.000.000-Rp 10.000.000, 30% mempunyai penghasilan di bawah Rp 5.000.000, 20% mempunyai penghasilan sebesar Rp 11.000.000-Rp 15.000.000 dan sisanya mempunyai penghasilan di atas Rp 15.000.000. Selain itu, jumlah tenaga kerja yang terserap dalam kegiatan usaha PKL dapat membantu mengurangi jumlah pengangguran dalam masyarakat. Jumlah tenaga kerja keluarga yang membantu PKL mulai dari 1 orang sampai 2 orang, sedangkan tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga berjumlah 1. Sebagian besar PKL di Makassar menggunakan tenaga kerja yang berasal dari keluarga sebanyak 1 orang tenaga kerja (80%) dan tenaga kerja dari luar keluarga sebanyak 1 orang tenaga kerja (40%), sehingga keberadaan PKL dapat berperan dalam pemberdayaan masyarakat.

Keberadaan PKL di samping berperan dalam mengembangkan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, terkadang dapat menimbulkan masalah kenyamanan dan ketertiban ketika menggunakan ruang publik sebagai tempat usaha, antara lain badan jalan, trotoar, dan lahan parkir. Kesadaran para PKL dalam pemeliharaan kebersihan juga berpengaruh terhadap kondisi lokasi usaha yang bersih, tertib dan nyaman. PKL di wilayah ini melakukan pemeliharaan kebersihan lokasi usaha dengan cara pembuangan sampah secara berkelompok dan diatur oleh petugas kebersihan. Masalah kenyamanan dalam pemukiman juga dapat terganggu karena sebagian besar PKL memiliki jumlah

!"#$"%&'()*+&,*%-*'."%-"%&,*)"-"%-&!"!$&+$'" 101!

anggota keluarga yang besar. PKL yang ditemui di Makassar mempunyai jumlah tanggungan dalam keluarganya sebanyak 2 orang sampai 4 orang.

4.5.3 Fasilitasi Dukungan Dalam Pengembangan PKL

PKL sebagai bagian dari aspek ekonomi dan sosial membutuhkan dukungan dari berbagai pihak dalam pengembangan kegiatan usahanya. Berdasarkan informasi yang diperoleh dapat diketahui bahwa PKL di wilayah Makassar belum mendapat pembinaan dari pemerintah daerah. PKL tersebut sebenarnya sangat mengharapkan adanya pembinaan sebagai bentuk perhatian pemerintah daerah terhadap PKL. Sebagian besar PKL (50%) membutuhkan pembinaan pada aspek pemasaran/lokasi dan 40% merasa perlunya pembinaan pada aspek keuangan. Selain itu, saran perbaikan yang dapat meningkatkan efektivitas pemerintah daerah dalam menunjang kegiatan usaha menurut PKL di Makassar antara lain permodalan/kredit tanpa agunan, kepastian lokasi usaha, penataan lokasi usaha, pengembangan koperasi PKL, pengolahan sampah, pencatatan data PKL dan asuransi/santunan atas bencana.

4.5.4 Analisis Kebijakan

Ketentuan dalam pembinaan PKL di Makassar tercantum dalam Peraturan Daerah Kota Makassar nomor 4 Tahun 2005 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi Dan Tata Kerja. Dalam Bab V Tugas Pokok Dan Fungsi Jabatan, Bagian Pertama, Asisten Bidang Pemerintahan, Sekretariat Daerah Kota Makassar, Pasal 13 Ayat 2, poin f disebutkan bahwa :

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bagian Perekonomian dan Pembangunan menyelenggarakan fungsi: Penyiapan bahan bimbingan dalam rangka mengumpulkan dan mengelola data dari dampak pembangunan serta menyusun bahan laporan dampak dari pembangunan termasuk PKL.

Dalam dokumen Kajian Model Pengembangan Pedagang Kaki Lima (Halaman 101-109)