• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Kota Pontianak merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Barat yang terdiri dari 6 (enam) kecamatan dan terbagi menjadi 29 (dua puluh sembilan) kelurahan dengan luas 107,82 km². Kota Pontianak terletak pada lintasan garis khatulistiwa dengan ketinggian berkisar antara 0,10 meter sampai 1,50 meter di atas permukaan laut.

Hampir seluruh sektor ekonomi Kota Pontianak pada tahun 2007 mengalami pertumbuhan. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Pontianak tahun 2007 adalah sebesar 5,29%. Angka ini didapat dari adanya peningkatan PDRB Kota Pontianak menurut harga konstan 2000, di mana pada tahun 2006 sebesar Rp5.477.863,73 juta meningkat menjadi Rp 5.767.721,69 juta di tahun 2007. Laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 ini antara lain didukung oleh pertumbuhan di sektor dominan seperti sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor-sektor lain yang peranannya lebih kecil. Sektor perdagangan, hotel dan restoran yang merupakan sektor yang paling dominan pada perekonomian Kota Pontianak (22.32%), di tahun 2007 pertumbuhannya meningkat dibandingkan pertumbuhan di tahun 2006. P ada tahun 2006 pertumbuhan di sektor

perdagangan, hotel dan restoran sebesar 5,55 persen dan di tahun 2007 meningkat menjadi 5,82 persen.

Jumlah perusahaan industri besar/sedang di Kota Pontianak yang telah terdata selama tahun 2005 adalah 34 perusahaan. Dari 34 perusahaan tersebut, 21 perusahaan diantaranya terletak di Kecamatan Pontianak Utara dan sisanya tersebar di tiga kecamatan lainnya yaitu di Kecamatan Pontianak Selatan sebanyak 5 perusahaan, Pontianak Timur 2 perusahaan dan Pontianak Barat 3 perusahaan dan Pontianak Kota sebanyak 3 perusahaan.

Jumlah kesempatan kerja baru pada tahun 2005 sebanyak 6,106 orang, tahun 2006 sebanyak 9,089 orang, tahun 2007 sebanyak 7,851 orang dan tahun 2008 diperkirakan kesempatan kerja baru yang tercipta sebanyak 9,218 orang. Angka tersebut diperhitungkan berdasarkan produktivitas dan elastisitas tenaga kerja tiap sektor lapangan kerja. Pertumbuhan tenaga kerja pada tahun 2005-2008 rata-rata sebesar 4 % pertahun. Sedangkan jumlah tenaga kerja yang tak tertampung pada tahun 2006 sebanyak 17,353 orang, tahun 2007 sebanyak 18,520 orang dan tahun 2008 sebanyak 18,655 orang. Tingkat pegangguran pada tahun 2006 sebesar 7,12 %, tahun 2007 sebesar 7,33 % dan tahun 2008 sebesar 7,12 %.

Jumlah unit usaha industri, tenaga kerja, besarnya nilai investasi dan nilai penjualan dari sentra industri kecil jenis Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan (IHPK) terlihat bahwa sentra industri kecil jenis IHPK terbanyak adalah usaha industri makanan ringan yang terpusat di Kelurahan Sungai Bangkong, dengan tenaga kerja yang diserap sebanyak 329 orang, nilai investasinya mencapai 249,50 juta rupiah dan nilai penjualannya sebesar 780,50 juta rupiah. Sedangkan industri anyaman keladi air pada tahun 2005 ini hanya memiliki 16 unit usaha dengan nilai investasi 17,5 juta rupiah dan nilai penjualan 110 juta rupiah yang terletak di Tanjung Hulu (Pontianak Timur).

Posisi industri kecil jenis IHPK di Kota Pontianak selama tahun anggaran 1998/1999 dan 1999/2000. Jenis usaha yang dominan pada tahun anggaran 1999/2000 adalah industri makanan yang terdiri dari 216 unit usaha dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 2 339 orang, dan nilai produksinya sebesar

!"#$"%&'()*+&,*%-*'."%-"%&,*)"-"%-&!"!$&+$'" 85!

31,927 milyar rupiah. Industri makanan ini merupakan satu-satunya industri kelompok IHPK yang hasil produksinya di ekspor ke luar negeri yang nilainya mencapai 8,24 milyar rupiah.

4.3.1 Kinerja PKL dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Berdasarkan hasil lapang di wilayah Pontianak menunjukkan kondisi tingkat pendidikan PKL masih cukup rendah. Dari 10 PKL di Pontianak, sebanyak 30% PKL berpendidikan SD, 40% berpendidikan SLTP, dan sisanya berpendidikan SLTA. Rendahnya tingkat pendidikan dapat berpengaruh pada komitmen para PKL dalam hal pelayanan dan penggunaan ruang publik yang mereka pakai sebagai tempat usaha. Sebagian besar PKL (40%) melakukan kegiatan usahanya di jalur hijau, 20% di lahan parkir, 10% di trotoar, dan sisanya melakukan kegiatan usaha di alun-alun. Dari 10 PKL yang beroperasi di Pontianak, sebanyak 9 PKL (90%) menempati lokasi tidak resmi, sedangkan sisanya menempati lokasi terjadwal. Sarana usaha yang paling banyak digunakan adalah tenda sebanyak 9 PKL dan gerobak sebanyak 9 PKL.

Jenis usaha kuliner yang dilakukan PKL di Pontianak, antara lain bakso, nasi goreng, gorengan, jagung bakar, minuman dan warung kopi. PKL tersebut melakukan kegiatan usahanya mulai dari 6 jam sampai 12 jam setiap hari. Lama kegiatan usaha tersebut mereka anggap sudah cukup untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Kegiatan usaha PKL di Pontianak memperoleh omzet setiap hari yang berkisar dari Rp 180.000 sampai Rp 560.000 dengan keuntungan bersih mulai dari Rp 30.000 sampai Rp 210.000. Omzet tersebut merupakan indikator yang dapat menunjukkan kinerja PKL. Berdasarkan informasi yang diperoleh, dapat diketahui bahwa sebanyak 50% PKL mengalami penurunan omzet usaha dan PKL yang mengalami penurunan keuntungan bersih sebanyak 40%.

Dalam melakukan kegiatan usaha PKL tersebut, dibantu oleh tenaga kerja yang berasal dari keluarga dan orang luar (karyawan). Jumlah tenaga kerja keluarga yang membantu PKL di Pontianak mulai dari 1 orang sampai 4 orang, sedangkan tenaga kerja yang berasal dari

luar keluarga mulai dari 1 orang sampai 5 orang. Sebagian besar PKL menggunakan tenaga kerja yang berasal dari keluarga sebanyak 1 orang tenaga kerja (40%) dan tenaga kerja dari luar keluarga sebanyak 1 orang tenaga kerja (30%). Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha kaki lima menggunakan tenaga kerja dalam jumlah kecil dan cenderung bersifat mandiri. Selain itu, para PKL menggunakan juga modal usaha yang berasal dari dana masing-masing PKL untuk kegiatan usahanya. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari 10 PKL, untuk investasi berupa peralatan modal yang dikeluarkan sebesar Rp 1.000.000-Rp 10.000.000, sedangkan untuk modal kerja dalam kegiatan usaha setiap hari modal yang dikeluarkan sebesar Rp 100.000-Rp 500.000.

Tabel 11 Pendapatan Bersih PKL-Pangan Pontianak

Pendapatan T.K.keluarga T.K.luar Total T.K Indeks kinerja

(Rp) (orang) (orang) (orang) (Rp/bulan/orang)

13,200,000 1 1 3,960,000 5,400,000 2 2 810,000 15,000,000 2 2 2,250,000 16,800,000 1 1 5,040,000 15,000,000 4 2 6 750,000 12,000,000 1 1 3,600,000 12,000,000 3 3 1,200,000 13,500,000 2 2 2,025,000 8,400,000 1 1 2 1,260,000 12,000,000 1 1 2 1,800,000 Rata-rata 2,269,500

Berdasarkan data di atas maka dapat pendapatan bersih rata-rata PKL-Pangan Pontianak adalah Rp 2,269,500. Lalu dapat ditentukan rata-rata IK-PKL Pontianak adalah 2.77 mendekati angka 3 yang berarti IK-PKL mempunyai kinerja yang baik dengan pendapatan di atas 1.000.000/tenaga kerja/bulan.

Dari perhitungan data di bawah dapat dilihat bahwa ada tiga faktor yang lebih dominan mempengaruhi kinerja PKL-pangan yaitu

!"#$"%&'()*+&,*%-*'."%-"%&,*)"-"%-&!"!$&+$'" 87!

kondisi lokasi usaha, keterjangkauan lokasi usaha dan prospek konsumen.

Tabel 12 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja PKL-pangan di Pontianak

No

Faktor Skala Rata-rata

1 2 3 4 5

1 Tingkat pendidikan 3 4 3 2.90

2 Jumlah Tenaga Kerja 3 5 1 1 1.85

3 Lama Usaha 2 8 2.41

4 Kondisi Omzet 5 3 2 2.59

5 Kondisi Keuntungan 4 3 3 2.78

6 Lokasi Usaha 3 1 4 2 2.29

7 Status Lokasi usaha 9 1 1.12

8 Tempat berusaha 10 1.00

9 Bentuk Sarana Usaha 9 9 2.45

10 Luas Tempat Usaha 1 2 7 3.84

11 Kelengkapan Tempat Usaha 2 3 2 2 1 2.38

12 Kondisi Lokasi Usaha 1 7 2 3.90

13

Keterjangkauan Lokasi

Usaha 1 8 1 3.97

14 Prospek Konsumen 1 8 1 3.97

4.3.2 Dampak PKL Terhadap Aspek Ekonomi dan Sosial

Keberadaan PKL di Pontianak dapat berperan dalam mengembangkan keadaan ekonomi masyarakat. Hal tersebut terlihat dari penghasilan perbulan sebagian besar PKL (70%) sebesar Rp 11.000.000-Rp 15.000.000, sebanyak 20% berpenghasilan Rp 5.000.000-Rp 10.000.000, dan sisanya berpenghasilan di atas Rp 15.000.000. Selain itu, adanya PKL juga dapat membantu mengurangi jumlah pengangguran dengan menyerap tenaga kerja yang tidak dapat bersaing di sektor formal. Dari informasi yang diperoleh diketahui jumlah tenaga kerja keluarga yang membantu PKL di Pontianak mulai dari 1 orang sampai 4 orang, sedangkan tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga mulai dari 1 orang sampai 5 orang. Dengan demikian, adanya PKL dapat berperan dalam pemberdayaan masyarakat.

Keberadaan PKL di Pontianak diduga dapat menimbulkan masalah ketertiban dan kenyamanan karena sebagian besar PKL melakukan kegiatan usahanya di tempat umum, misalnya trotoar, jalur hijau, lahan parkir dan alun-alun. Kesadaran para PKL dalam pemeliharaan kebersihan juga berpengaruh terhadap kondisi lokasi usaha yang bersih, tertib dan nyaman. Sebanyak 70% PKL melakukan pembuangan sampah secara berkelompok dan diatur oleh petugas kebersihan, sebanyak 10% melakukan pembuangan sampah berkelompok secara mandiri, dan sisanya memiliki tempat pembuangan sampah khusus. Selain itu, keberadaan PKL berpengaruh terhadap masalah kependudukan. Sebagian besar PKL tinggal di pemukiman dengan jumlah anggota rumah tangga yang besar. Berdasarkan informasi yang diperoleh, PKL di Pontianak mempunyai jumlah tanggungan dalam keluarganya mulai dari 2 orang sampai 8 orang.

4.3.3 Fasilitasi Dukungan Dalam Pengembangan PKL

Berdasarkan informasi yang diperoleh, sebanyak 80% PKL di Pontianak menyatakan belum adanya pembinaan terhadap kegiatan usaha kaki lima dari pemerintah daerah. Sedangkan sisanya menyatakan pernah mendapatkan pembinaan dari dinas perdagangan, Satpol PP dan humas walikota. Pembinaan yang diterima meliputi aspek pemasaran/lokasi dan sosialisasi. Para PKL memandang perlunya pembinaan dari pemerintah daerah agar kegiatan usaha dapat berkembang. Sebagian besar PKL (70%) membutuhkan pembinaan pada aspek keuangan dan pemasaran/lokasi. Selain itu, saran perbaikan yang dapat meningkatkan efektivitas pemerintah daerah dalam menunjang kegiatan usaha menurut PKL di Pontianak adalah pengembangan koperasi PKL, dan sebanyak 70% PKL menyetujui adanya penyuluhan dan penataan lokasi usaha.

!"#$"%&'()*+&,*%-*'."%-"%&,*)"-"%-&!"!$&+$'" 89! 4.3.4 Analisis Kebijakan

Kota Pontianak mendefinisikan PKL sebagaimana dimuat dalam Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 4 Tahun 2005 tentang Retribusi Pelayanan Pasar. Beberapa pasal terkait dengan PKL dapat diuraikan sebagai berikut :

Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1,

l. PKL adalah perorangan yang melakukan penjualan pada pinggir jalan atau suatu tempat yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dengan menggunakan gerobak, meja, tenda yang harus dialihkan dan/atau dibongkar setelah selesai waktu berjalan.

Bab II Nama, Obyek, Subyek dan Golongan Retribusi Pelayanan Pasar, Pasal 3,

Obyek retribusi Pelayanan Pasar adalah setiap penggunaan pasar dan Tempat Perdagangan Umum yang disediakan oleh Pemerintah Daerah seperti :

a. Pasar Tradisional termasuk di dalamnya kios dan los b. Pertokoan

c. Toko di dalam maupun di luar kawasan

d. PKL termasuk didalamnya gerobak, tenda, bakulan, hamparan baik di dalam maupun di luar kawasan pasar yang diizinkan oleh Pemerintah Daerah

Bab IV Jenis, Struktur Besarnya Tarif Retribusi Pasar, Pasal 10,

(1) Besarnya tarif retribusi pasar bagi orang pribadi atau badan yang berdagang/berusaha pada toko milik Pemerintah Daerah ditetapkan sebagai berikut :

e. PKL (bakulan, hamparan) di dalam maupun di luar kawasan pasar dan pasar tradisional sebesar Rp 1.000/hari.