• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.2 Pembahasan

4.2.1 Perencanaan Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata

4.2.2.2 Analisis Lingkungan Eksternal

Menurut Solihin (2012: 128) analisis lingkungan eksternal perusahaan terutama bertujuan untuk mengidentifikasi sejumlah peluang dan ancaman yang berada di lingkungan eksternal perusahaan. Sehingga dalam perencanaan strategis dan dalam tahap pelaksanaan implementasi strategis analisis lingkungan eksternal sangat diperlukan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan dan memberikan gambaran terhadap apa-apa saja terkait peluang yang dapat digali untuk menghasilkan suatu keuntungan, dalam hal Implementasi Rencana Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, tentunya sebelum melakukan implementasi dan melakukan perencanaan yang pertama dilakukan setelah menentukan visi dan misi adalah menentukan atau menganalisis lingkungan eksternal. Dalam buku Rencana Strategis Tahun 2012-2017 Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Provinsi Banten menjelaskan bahwa ada peluang dan tantangan dalam Pengembangan Pelayanan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten adalah sebagai berikut:

Peluang yang dihadapi dalam 5 (lima) tahun pembangunan kebudayaan dan pariwisata, meliputi:

1. Potensi keanekaragaman dan kekayaan kebudayaan dan pariwisata yang dimiliki

2. Posisi strategis kewilayahan

3. Terbukanya peluang kerjasama dan kemitraan dengan berbagai pihak dalam pembangunan kebudayaan dan pariwisata

4. Perkembangan trend pasar wisatawan

5. Peningkatan investasi pariwisata melalui pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pariwisata

Sementara itu tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan kebudayaan dan pariwisata berupa:

1. Meningkatkan daya saing pertumbuhan kepariwisataan daerah lain 2. Investasi belum berorientasi pada pemberdayaan sumberdaya lokal 3. Masuknya pengaruh negatif kebudayaan asing yang berkembang di

masyarakat

4. Infrastruktur dan fasilitas wisata kurang mendukung

5. Belum optimalnya dukungan masyarakat, organisasi profesi, pelaku kebudayaan dan pariwisata serta dunia usaha dalam pembangunan budpar.

6. Kecenderungan terhadap berkembangnya isu keamanan, kesehatan, lingkungan, ekonomi, sosial, budaya dan bencana alam

7. Kesenjangan pembangunan antara kawasan pariwisata

8. Belum optimalnya sinergitas eksekutif dan legislatif dalam pelaksanaan kebijakan pembangunan budpar.

Sedangkan di bawah ini merupakan pendapat dari dinas-dinas terkait mengenai hambatan dalam pengembangan Banten Lama yaitu sebagai berikut:

“Hambatannya itu yang pertama koordinasi antar kabupaten kota, BPCB, dan kenadziran koordinasi sering, namun sebatas di atas meja, pembinaan masyarakat, khususnya pedagang untuk membantu tugas pemerintah, hambatan selanjutnya adalah kewenangan dan anggaran”. (Wawancara dengan Bapak Elda selaku Kepala bidang Program di Disbudpar Provinsi Banten, pada Senin, 16 Juni 2014, pukul 10.00 WIB di Disbudpar Provinsi Banten.)

Hambatan yang hampir serupa mengenai anggaran dan pembinaan masyarakat juga diungkapkan oleh Bapak Tb. Ismetullah selaku pihak Kenadziran yaitu sebagai berikut:

“Kendala disini yaitu masalah anggaran, jika di Jawa Barat itu ada anggaran 1 keraton itu 8 Milyar, kalo disini ga ada sama sekali, anggaran semua dari sumbangan-sumbangan para peziarah yang dari kotak amal itu, kendala kedua adalah masyarakat, masyarakatnya kadang bandel”. Wawancara dengan Bapak Tb. Ismatullah Ismet selaku Ketua Kenadziran Banten Lama, pada Kamis 06 Maret 2014, pukul 10.00 WIB di Kediaman Bapak Ismet.

Sama halnya dengan Bapak Ismet dan Bapak Elda, Bapak Juhaeri juga memandang bahwa kurangnya kesadaran masyarakat setempat menjadi kendala, dengan ungkapan seperti tertulis di bawah ini;

“Kurang sadarnya penduduk setempat, yaitu dengan pedagang belum bisa ditertibkan, dan belum adanya juru pengendalian”. Wawancara dengan Bapak Juhaeri selaku Kepala Seksi Pengembangan nilai-nilai tradisional di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang, pada Selasa, 17 Juni

2014, pukul 11.00 WIB di Dinas pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang.

Pernyataan mengenai kendala yang dihadapi dalam pengembangan dan pelestarian Banten Lama yaitu karena kurangnya kesadaran masyarakat juga diungkapkan oleh ibu Elly selaku Kasubag TU di BPCB Serang yaitu sebagai berikut:

“Kendalanya masyarakat, tingkat kesadarannya masih rendah” Wawancara

dengan Ibu Elly selaku Kasubag TU di BPCB Serang, pada 02 Juli 2014, pukul 13.00 WIB di Kantor BPCB Serang.

Hambatan lain mengenai pengembangan Banten Lama selain masalah koordinasi, masyarakat dan anggaran juga terdapat hambatan dalam tarik menarik kepentingan seperti yang diungkapkan oleh Ibu Rina sebagai berikut:

“Untuk sarana dan prasarana susah menatanya karena di sana terdapat tarik menarik kepentingan”. Wawancara dengan Ibu Rina selaku Kepala Seksi Perencanaan Ruang Dinas Tata Ruang Kota Serang, pada Selasa, 10 Juni 2014 pukul 09.00 WIB di Dinas Tata Ruang Kota Serang

Ibu Rina menjabarkan bahwa hambatan dalam pengembangan Banten Lama dikarenakan banyak terdapatnya kepentingan di dalamnya. Di bawah ini Bapak Irfan menyebutkan salah salah satu kepentingan yang disiratkan oleh ibu Rina yaitu sebagai berikut:

Hambatannya itu di dalam Banten Lama ada yang namanya kenadziran, nah kenadzirn adalah keturunan sultan sehingga kebijakan tergantung pada kenadziran, sehingga sulit dalam mengintervensi”. Wawancara dengan Bapak Irfan selaku staff Bagian Perencanaan Ruang di Bappeda Provinsi, pada Senin 16 Juni 2014, pukul 11.00 WIB di Bappeda Provinsi.

Peneliti lebih jauh meminta gambaran apa yang sebenarnya dihadapi dalam pengembangan Banten Lama khususnya oleh pihak Bappeda Kota Serang, yaitu sebagai berikut:

Sebernarnya masalah kewenangankan milik provinsi, kemudiankan saluran air, sungai, itu kewenangannnya SDA, kalo kita mau bangun apa-apa di Banten Lama terbentur undang-undang cagar budaya oleh BPCB, organisasi masalah kenadziran, kurang bekerjasama, yaitu si seharusnya ditingkat pimpinan yang seharusnya merundingkan, cumankan sampai saat ini belum ada pembenahan” Wawancara dengan Bapak Sigit Julian sebagai Staff Bappeda Kota Serang, pada Rabu, 11 Juni 2014 pukul 10.00 WIB di Bappeda Kota Serang.

Hambatan-hambatan di atas apabila disimpulkan secara keseluruhan maka hambatan-hambatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Anggaran, hambatan anggaran ini diungkapkan oleh berbagai pihak bahwa hambatan masalah anggaran menghambat pembangunan, karena tanpa anggaran tentunya tidak akan berjalan

2. Koordinasi, hambatan berikutnya adalah koordinasi di mana hambatan ini mengakibatkan tumpang tindih kegiatan, dan tidak diketahuinya apa-apa saja yang telah di lakukan untuk Banten Lama, sehingga harus dilakukan inventarisasi ulang tentang apa yang akan dilakukan untuk Banten Lama

3. Banyaknya kepentingan yang terdapat di Banten Lama, kepentingan terebut yaitu, pedagang yang menginginkan ramai dikunjungi pengunjung yang datang, kenadziran pengelola Banten Lama, BPCB sebagai lembaga yang pelestarian Cagar Budaya, serta masyarakat sekitar.

4. Kewenangan, masalah kewenangan menjadi seperti masalah terbesar, karena apabila melakukan sesuatu yang bukan kewenangannya maka

tentunya akan menjadi masalah besar, sehingga dalam pengembangan dan pelestarian Banten Lama, harus dibagi secara jelas apa-apa saja kewenangan baik pihak provinsi, Kabupaten Serang dan Kota Serang. Menurut Solihin (2012: 128) mengatakan bahwa peluang (opportunities) merupakan tren positif yang berada di lingkungan eksternal perusahaan dan apabila peluang tersebut dieksploitasi oleh perusahaan maka peluang usaha tersebut berpotensi untuk menghasilkan laba bagi perusahaan secara berkelanjutan. Sedangkan ancaman (threats) adalah berbagai tren negatif yang terdapat di lingkungan eksternal perusahaan dan apabila ancaman ini tidak dapat diantisipasi dengan baik oleh perusahaan maka ancaman tersebut berpotensi menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Dalam hal organisasi pemerintah tentunya bukan ancaman yang dihadapi melainkan tantangan karena dalam sistem organisasi pemerintah tidak akan mendapat ancaman kerugian seperti yang dialami dalam organisasi perusahaan, sehingga dalam organisasi pemerintahan ancaman lebih dikenal dengan tantangan.

Penjabaran mengenai peluang dan tantangan pembangunan kebudayaan dan pariwisata dan kaitannya dengan teori yang dijabarkan baik dalam BAB II dan yang ditambahkan di atas maka peluang dan tantangan tersebut sangat menggambarkan apa yang ada di lapangan, yang mana lingkungan dan masyarakat menjadi lingkungan eksternal terutama dalam kaitannya dengan pengembangan dan pelestarian Destinasi Cagar Budaya Banten Lama oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, namun untuk lebih spesifiknya bila dilihat dari sisi lingkungan eksternal dalam pengembangan dan pelestarian destinasi wisata cagar

budaya Banten Lama maka faktor-faktor eksternal baik dari segi peluang dari sudut pandang para dinas Kota maupun Provinsi sebagai berikut:

“Peluangnya sangat banyak ya yang mana bila dikembangkan dan di tata maka akan menghasilkan potensi yang luar biasa sehingga dapat mensejahterakan masyarakat sekitarnya” Wawancara dengan pak Sigit selaku staff Bappeda Kota Serang, pada Rabu, 11 Juni 2014, pukul 10.00 WIB di Bappeda Kota Serang

Pendapat mengenai banyaknya peluang di Banten Lama juga diungkapkan oleh Bapak Tasrief yaitu sebagai berikut:

“sangat banyak peluang atau potensinya yang mana akan memberikan nilai positif atau keuntungan yang sangat besar bagi masyarakat” Wawancara dengan Bapak Tasrief, Selaku Kepala Pengelolaan Museum Negeri Banten, pada tanggal 05 Juni 2014 pukul 09.00 WIB

Dua Pendapat di atas menjelaskan potensi secara keseluruhan, di bawah ini pendapat dari Bapak Irfan menjelaskan alasan mengapa Banten Lama begitu berpotensi yaitu sebagai berikut:

“Potensi Banten Lama adalah wisata Ziarah di mana tempat demikian merupakan tempat sejarah perkembangan islam pertama sehingga memiliki potensi yang besar” Wawancara dengan Bapak Irfan selaku staf bagian Perencanaan Tata Ruang di Bappeda Provinsi Banten, Pada tanggal 16 Juni 2014, Pada Pukul 11.30 WIB di Bappeda Provinsi Banten

Lebih jelas selaku Sekertaris Kecamatan Bapak Subagiyo mengatakan apa saja yang akan di peroleh apabila Banten Lama dikelola dengan baik yaitu sebagai berikut:

“Banten Lama merupakan salah satu wisata ziarah, dan banyak orang dari luar daerah berziarah, bahkan dari seluruh Indonesia, sehingga jika dikelola dengan dengan baik, akan memiliki manfaat dalam peningkatan PAD dan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar” Wawancara dengan Bapak Subagiyo selaku Sekertaris Kecamatan Kasemen, Pada tanggal 26 Juni 2014, pada pukul 09.30 WIB di Kecamatan Kasemen.

Selain pendapat dari Dinas di bawah ini merupakan pandangan dari wisatawan dan juga masyarakat dalam melihat potensi Banten Lama yaitu sebagai berikut:

“Potensinya sangat besar jika dikelola dengan baik, soalnya disini mah ga perlu lari ngejar-ngejar wisatawan juga pada datang sendiri” Wawancara dengan I2-1, pada tanggal 27 Juni 2014, pukul 11.30 WIB di Warung milik I2-1.

Potensi yang besar terhadap Banten Lama juga diungkapkan oleh wisatawan yang rutin berkunjung ke Banten Lama setiap malam jumat yaitu sebagai berikut:

“Potensinya besar pihak kenadziran itu sehari bisa dapat seratus juta, tapi omzetnya itu ga tau larinya untuk apa”. Wawancara dengan I2-2, pada tanggal 10 Juli 2014, pukul 19.30 WIB di Warung pinggir jalan.

Rahadjo dkk (2011: 112-113) mengatakan bahwa Kawasan Banten Lama memiliki potensi sebagai salah satu tujuan “wisata ziarah” atau “wisata spiritual” di Provinsi Banten, karena di kawasan ini terdapat sejumlah makam keramat yang dikeramatkan. Kegiatan wisata ziarah berpotensi meningkatkan pendapatan dan ekonomi masyarakat sekitarnya. Penjelasan mengenai potensi dan peluang di atas sebagai gambaran mengenai apa saja yang akan didapatkan apabila Banten Lama dikembangkan dan di lestarikan, namun tentunya banyaknya peluang pastinya akan memicu konflik yang menjadi hambatan dalm pengembangan dan pelestarian Banten Lama konflik-konflik yang ada dalam pengelolaan Banten Lama. Beberapa konflik masih terjadi sampai saat ini, di mana terdapat konflik atau hambatan yang dirasakan antara pemerintah dan pengusaha, dalam konteks saat ini bukan lagi antara pemerintah dan pengusaha dalam pengelolaan Tasikardi,

namun juga dengan para pengusaha yang diharapkan menanamkan investasinya di Banten Lama untuk kesejahteraan Banten Lama.

Konflik antara pemerintah dengan kenadziran adalah dimana masih sama seperti yang di jabarkan pada konflik tahun tersebut, yang mana BP3 Serang menginginkan monument ditampilkan secara orisinil sedangkan pihak kenadziran menginginkan tampilan yang megah, hal ini terlihat dari sumber di lihat di Koran yang mengatakan bahwa pihak kenadziran atau ismatullah merencanakan untuk membangun replika 2 keraton yang ada di Banten, dan replika ini di tempatkan di tempat lain dan biarlah peninggalan menjadi saksi dan pelajaran bagi anak cucu, selain sumber Koran, saat di wawancarai Bapak Ismatullah juga menyampaikan hal yang sama yaitu sebagai berikut:

“Rencananya saya mau bangun replika 2 keraton tempatnya nanti di belakang dekat dengan Tasik Ardi, tapi saya juga meminta bantuan dari pihak pemerintah” Wawancara dengan Bapak Tb. Ismatullah ismat selaku ketua Kenadziran Banten Lama, pada tanggal 06 Maret 2014 pukul 10.00 WIB, di kediaman Bapak Ismatullah Ismet

Selain konflik kemegahan dan orisinal antara BP3 dan pihak kenadziran, konflik antara pihak pemerintah dan kenadziran adalah masalah ego pribadi antara pemerintah dan pihak kenadziran, ego pribadi dalam hal ini adalah pemerintah kurang berkoordinasi dengan kenadziran, dan pihak kenadziran juga kurang berkoordiniasi dengan pihak pemerintah, mereka merasa siapa yang butuh siapa yang harus datang ke siapa sehingga ego demikian menjadi daftar masalah yang ada, hal ini di benarkan oleh bapak Ismatullah ismet sebagai berikut:

“ego masing-masing neng siapa butuh siapa, kalo lu butuh gw ya paranin sini, kalo lu ga butuh gw ya udah, tapi itu pikiran atau sifat masa lalu, saat

ini saya rela mengalah untuk kemajuan Banten Lama, saya jemput bola sekarang saya datangi Disbudpar Provinsi, dan Walikota untuk

membicarakan ini”. Wawancara dengan Bapak Tb. Ismatullah ismat selaku

ketua Kenadziran Banten Lama, pada tanggal 06 Maret 2014 pukul 10.00 WIB, di kediaman Bapak Ismatullah Ismet

Pendapat di atas menunjukkan bahwa pihak kenandziran begitu berupaya demi memajukan Banten Lama, pihak pemerintah tentunya senang apabila pihak kenadziran sudah mau dan bahkan datang sendiri untuk bekerja sama hal ini di cantumkan dalam wawancara dengan bapak Tasrief.

“Kemarin pihak kenadziran kesini dia mau kerja sama sama kita, tapi yang penting dia di naungin sama kita biar kuat, bagus si tapi juga harus di lihat apa yang nau dia buat ga bisa sembarangan” Wawancara dengan Bapak Tasrief, Selaku Kepala Pengelolaan Museum Negeri Banten, pada tanggal 26 Februari 2014 pukul 09.00 WIB

Kehadiran kenadziran tentunya perlu mendapat sambutan positif karena bukankah ini yang ditunggu-tunggu dan tidak perlu harus mensosialisasikan kepada tokoh masyarakat setempat dan malah tokoh masyarakat setempat yang datang ini harus diberi apresiasi baik dengan mendengarkan apa maksudnya, dan menyetujui apa yang direncanakannya tentunya dengan mempertimbangkan hal-hal lain.

Konflik terakhir adalah konflik antara pemerintah dan Warga pada masa lalu tahun 2011 konflik yang terjadi adalah seperti yang telah dijelaskan yaitu sengketa tanah, penataan pedagang di kawasan wisata, dan pemanfaatan lahan situs untuk berbagai kepentingan warga yang dapat mengancam kelestarian dan kenyamanan situs. Lain dahulu lain sekarang saat ini masalah sengketa tanah sudah dapat teratasi namun mungkin dapat timbul kembali apabila pemerintah benar-benar melakukan rencana entah itu master plan Banten Lama, atau

melaksanakan Banten Waterfront city dan rencana-rencana lain yang memerlukan penggusuran lahan yang di harapkan tanpa ganti rugi. Masalah yang saat ini terjadi antara pihak pemerintah dan pihak warga adalah penataan pedagang di kawasan wisata dan pemanfaatan lahan situs untuk kepentingan warga, dan kegiatan sehari-hari seperti bermain bola, atau menggembala kambing, bahkan untuk tempat-tempat berbuat negatif.

Masalah pemanfaatan lahan situs untuk kepentingan warga yang mana masih kurangnya masyarakat setempat memiliki kesadaran akan pelestarian cagar budaya di wilayahnya, pemanfaatan ini seperti membangun kios-kios sembarangan dan beberapa kios tidak di tempati, tempat bermain bola bahkan menurut salah satu sumber pedagang sekitar di Benteng Speelwijk sering di adakan tournament sepak bola, yang mana seharusnya hal ini dilarang keras, selain itu masyarakat masih membuang sampah sembarangan sehingga walaupun sudah ada petugas kebersihan hal ini menjadi sia-sia karena warga setempat belum berpartisipasi banyak dalam pelestarian kawasan wisata cagar budaya Banten Lama. Untuk lebih dalam masalah konflik di Banten Lama akan dijelaskan lebih dalam di bawah ini adalah macam-macam konflik yang ada di Banten Lama, Rahardjo,dkk (2011: 146-151) Sebagai berikut;

1. Konflik Internal di antara lembaga pemerintah 2. Konflik antar lembaga pemerintah dan pengusaha 3. Konflik antar lembaga pemerintah dengan kenadziran 4. Konflik antar lembaga pemerintah dengan Warga 5. Konflik antar pengusaha dan warga

6. Konflik internal pimpinan Kenadziran 7. Konflik antara kenadziran dan Warga

8. Konflik antara warga setempat dan warga pendatang 9. Konflik antara Warga dan peneliti

Konflik-konflik di atas tentunya yang menjadi masalah atau analisis lingkungan eksternal adalah sebagai berikut:

1. Konflik antar lembaga pemerintah dan pengusaha

Konflik ini terutama terpusat di sektor Tasik Ardi dalam kasus perizinan usaha, Pengembangan kawasan untuk sarana wisata, dan kewajiban membayar pajak usaha. Pengusaha mengeluhkan banyaknya prosedur yang harus dilakukan untuk menjalankan usahanya, sedangkan pemerintah menjalankan kewajiban sesuai dengan kewenangannya. 2. Konflik antar lembaga pemerintah dan kenadziran

Sumber utama konflik adalah pada penafsiran yang berbeda tentang bagaimana monument-monumen harus ditampilkan di depan publik, Lembaga pemerintah, khususnya BP3, menginginkan agar monument tampil secara orisinal, sedangkan kenadziran menghendaki tampilan yang lebih bagus dan sedapat mungkin megah.

3. Konflik antar lembaga pemerintah dan Warga

Dalam kasus Banten Lama, Konflik muncul dalam tiga kasus utama, yaitu sengketa tanah, penataan pedagang di kawasan wisata, dan pemanfaatan lahan situs untuk berbagai kepentingan warga yang dapat mengancam kelestarian dan kenyamanan situs. Dalam kasus pertama dan kedua, pihak BP3 dan pemda di satu pihak berhadapan dengan warga di pihak lain, sedangkan dalam kasus ketiga BP3 berhadapan sendirian dengan warga

Tiga hambatan yang di cantumkan dalam buku Rahardjo,dkk (2011) tersebut memang sudah terjadi dalam waktu yang lama yaitu konflik yang terjadi di tahun 2011, namun

Konflik-konflik di atas terjadi tentunya bukan tanpa sebab, dalam Rahardjo,dkk (2011: 153) dijelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang memicu konflik tersebut yaitu sebagai berikut:

1) Aspirasi yang tersumbat, tersumbatnya aspirasi juga tercermin dalam kasus konflik antara pemda dan BP3S, khususnya dalam kegiatan proyek pembangunan fisik sarana pariwisata di atas lahan situs.

2) Ego Sektoral/kurangnya sinergi antara pemangku kepentingan. Ego sektoral tercemin dalam hamper semua proyek yang ditujukan untuk pemanfaatan situs Banten Lama merupakan proyek-proyek sektoral yang hanya mengakomodasi kepentingan sektoral masing-masing.

Selain itu masih terasa kuatnya bahwa para pemangku kepentingan melihat kawasan Banten Lama semata-mata untuk kepentingan sendiri-sendiri.

3) Sikap pemerintah yang kurang yang kurang tegas dan kurang cepat bertindak. Hal ini tercermin dari pembiaran para pedagang yang kini menduduki kawasan situs dan membangun warung-warung semipermanen di tepian jalan dekat kanal.

4) Kepemimpinan yang kurang memahami kultur setempat. Bagi para pengelola situs yang tidak memahami karakter orang Banten akan menilai bahwa mereka sulit diatur tetapi bagi mereka yang memahaminya akan melihat tidak terlalu sulit. Uka Tjandrasasmita, yang selalu disebut tokoh masyarakat setempat sebagai panutan, member saran kepada siapa pun yang menangani Banten Lama untuk bisa bersikap tegas tetapi tidak harus keras dan sekali-kali agak luwes. Jika terlalu keras akan sering terjadi konflik dan jika terlalu lemah akan disepelekan

5) Perencanaan yang tidak matang dan kurang konsisten, Pemerintah daerah telah memiliki sejumlah rencana semacam masterplan untuk pengembangan situs Banten Lama sebagai tempat wisata sejarah, namu belum sempat diterapkan sudah mengalami perubahan-perubahan sehingga tidak ada satupun yang diterapkan secara konsekuen.

6) Sosialisasi yang kurang intensif dan berkala

7) SOP yang tidak transparan. Dalam kasus pelaksanaan proyek pembangunan sarana fisik di atas Banten Lama masing-masing instansi menerapkan prosedur sendiri tanpa mempertimbangkan prosedur pihak lain

8) Dukungan aspek legal yang kurang kuat. Pengelola situs Banten Lama sebagai keseluruhan sesungguhnya memerlukan landasan hukum yang lebih jelas.

Kesimpulan dalam penjabaran mengenai faktor pemicu konflik, peneliti akui masih terjadi hingga saat ini dari point satu sampai dengan point delapan. Bahkan hingga saat ini belum diketahui dengan jelas siapa yang memiliki kemampuan untuk menjadi leader dalam pengembangan dan pelestarian Banten Lama. Menurut peneliti yang paling cocok untuk menjadi leader dalam hal pengembangan dan pelestarian Banten Lama yaitu pihak BPCB, karena secara background BPCB sangat memahami apa-apa saja yang harus dilakukan dalam hal pengembangan dan pelestarian Banten Lama.

Faktor eksternal memiliki pengaruh yang sangat besar, karena faktor eksternal memberikan gambaran seperti apa sebenarnya masalah yang terjadi di lapangan, selain itu faktor eksternal memberikan gambaran apa saja yang harus dihadapi dalam pelaksanaan implementasi sehingga sebelum tahapan implementasi di lakukan sudah disiapkan upaya penanganan hambatan yang terjadi yang mana hambatan tersebut tertuang di dalam analisis lingkungan eksternal, sehingga saat dilakukan implementasi semua masalah yang menghadang dapat diatasi dengan baik.