• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.2 Pembahasan

4.2.1 Perencanaan Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata

4.2.2.4 Tujuan Sasaran Jangka Panjang

Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, yaitu apa yang akan dihasilkan dalam jangka waktu lima tahun kedepan. Selain itu tujuan dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam evaluasi pelaksanaan suatu program atau kegiatan. Tujuan dapat diibaratkan sebuah mimpi yang akan dicapai dan harus dicapai sehingga tentunya tujuan amat penting dirumuskan dan disepakati di awal agar dalam pelaksanaan program dan kegiatan dapat lebih terarah.

Tujuan yang akan dicapai oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten Tahun 2012-2017 berdasarkan rumusan Misi dalam Rencana Strategis 2012-2017 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4

Jabaran Tujuan dari masing-masing Misi Disbudpar Provinsi Banten

Tujuan Misi Ke-1 1. Meningkatkan kualitas

perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan bidang kesenian

2. Meningkatkan pelestarian nilai-nilai tradisi

3. Meningkatkan kualitas pelestarian Warisan Budaya

Tujuan Misi Ke-2 1. Mengembangkan destinasi wisata yang berdaya saing

2. Meningkatkan kualitas usaha pariwisata berbasis ekonomi kreatif

Tujuan Misi Ke-3 1. Meningkatkan kerja sama dan

kemitraan

2. Meningkatkan penguatan kelembagaan

3. Meningkatkan daya saing sumber daya manusia

Tujuan Misi Ke-4 Meningkatkan pemasaran kebudayaan, pariwisata dan ekonomi kreatif

Tujuan Misi Ke-5 1. Meningkatkan kualitas SDM Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten yang professional dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi. 2. Terwujudnya rencana program dan penganggaran serta evaluasi dan pelaporan yang berkualitas.

3. Terwujudnya organisasi dan tatalaksana yang sesuai dengan kebutuhan tugas pokok dan fungsi 4. Meningkatkan ketersediaan data dan

informasi pembangunan yang akurat Sumber: Rencana Strategis Disbudpar Provinsi Banten tahun 2012-2017

Melihat tujuan jangka panjang tentunya dilihat dari hasil evaluasi kinerja secara keseluruhan, namun tentunya terdapat sasaran dan indikator sasaran dari

masing-masing tujuan yang telah dijabarkan di atas. Sasaran dan indikator sasaran membantu pengukuran seberapa tercapainya tujuan dengan melalui program-program atau prioritas yang mana dalam bagian visi misi telah dijabarkan apa-apa saja yang menjadi prioritas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, yang salah satunya adalah mengarah kepada pengembangan dan pelestarian Banten Lama. Selain itu visi dinas adalah Mewujudkan kebudayaan dan pariwisata Banten yang berdaya saing dan berkelanjutan.

Pengembangan dan pelestarian destinasi cagar budaya Banten Lama, tentunya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten akan mengembangkan berbagai Destinasi pariwisata termasuk salah satunya Destinasi Cagar Budaya Banten Lama. Pengembangan ini tentunya tidak dilakukan hanya saat ini saja, namun di tahun sebelumnya sekitar tahun 2006-2007 melakukan kegiatan pemagaran masjid, alun-alun dan relokasi pedagang tentunya dengan tujuan utama pengembangan dan pelestarian Banten Lama.

Berdasarkan narasumber pembangunan pagar masjid dan alun-alun bertujuan untuk mengontrol para peziarah yang akan berziarah dan mengontrol para pengemis yang berada di Banten Lama, namun ternyata tujuan yang diharapkan tidak tercapai karena pengemis kembali masuk dan pemagaran tersebut melanggar aturan mengenai cagar budaya. Selain itu relokasi pedagang dan pembangunan kios memiliki tujuan agar pedagang tidak menutupi area alun-alun dan menutupi kemegahan Masjid Agung Banten Lama, namun yang terjadi adalah pedagang kembali ketempatnya semula bahkan semakin menjalar, dan menimbulkan kekumuhan. Kaitannya dalam hal ini semua tujuan yang diharapkan

pemerintah dalam pengembangan dan pelestarian Destinasi Cagar Budaya Banten Lama, terkadang mereka hanya sekedar menggugurkan kewajiban melakukan pembangunan, namun dalam hal tercapai atau tidaknya tujuan yang diharapkan semulanya.

“Banyak sekali program tidak maksimal dalam implementasi misalnya pemagaran, itu niatnya mengontrol para peziarah dengan pengemis ternyata setelah di bangun pengemis tetap saja banyak, atau relokasi pedagang yang kini tidak terpakai, sehingga pemerintah seperti hanya

menggugurkan kewajiban namun tidak ada tindaklanjutnya” Wawancara

dengan Bapak Subagiyo selaku Sekertariat Kecamatan Kasemen, Pada tanggal 26 Juni 2014, pada pukul 09.30 WIB di Kecamatan Kasemen

Pernyataan yang menyatakan bahwa di Banten Lama terutama saat melakukan Ziarah di Mesjid Agung itu pedagang dan pengemis, hal ini di sampaikan oleh wisatawan yang diwawancarai mengenai kondisi di banten Lama mengatakan sebagai berikut:

“Kondisinya sudah mendingan tapi masih parah, tapi kalo mesjid udah tertata rapihlah. Cuman banyak pengemisnya parah banget, udah gitu yang jualan minyak wangi maksa banget” Wawancara dengan I2-2, pada 08 Juli 2014 Pukul 13.00 WIB di Warung di pinggir jalan

Pernyataan yang sama diungkapkan oleh wisatawan lain yang mengungkapkan sebagai berikut:

“Kondisinya kurang nyaman, karena banyaknya pengemis dan para pedagang yang tidak beraturan” Wawancara dengan I2-2, pada 10Juli 2014 pukul 19.30 WIB di Warung di pinggir jalan.

Berdasarkan pernyataan di atas tentunya hal ini sangat disayangkan karena tujuan yang telah ditetapkan sudah sangat jelas, bahkan memiliki sasaran dan indikator program, namun perlu konsistensi dalam mengembangkan dan pelestarian Banten Lama, pembangunan-pembangunan yang telah berjalan harus

berkelanjutan dan konsisten. Hal ini dimaksudkan agar Banten Lama menjadi tujuan wisata yang diminati banyak kalangan. Untuk saat ini peneliti mencoba menelusuri apa prioritas dinas terkait untuk Banten Lama, dan dalam hasil wawancara didapatkan prioritas apa yang akan dilakukan untuk pengembangan dan pelestarian Destinasi Cagar Budaya Banten Lama di Disbudpar Provinsi Banten di mana penataan pedagang menjadi sorotan kegiatan pengembangan Banten Lama yang akan di lakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten di tahun 2015 hal ini seperti di sampaikan oleh:

“prioritas kita nanti penataan pedagang” Wawancara dengan Bapak

Tasrief selaku Kepala Seksi Pengelolaan Museum Negeri Banten, pada tanggal 26 Februari 2014, pada pukul 10.00 WIB di Museum Negeri Banten Hal ini diperjelas oleh pernyataan bapak Sapta Gumelar selaku kepala bagian pengembangan destinasi wisata sebagai berikut:

“Adapun perencanaan untuk Banten Lama pada tahun 2015 itu lebih kepada penataan pedagang setempat”(Wawancara dengan Pak Sapta, Bagian Pengembangan Destinasi, Pada Tanggal 10 Juni 2014, pukul 10.00 WIB di Disbudpar Provinsi Banten)

Lebih jelas mengenai kegiatan yang akan dilakukan untuk Banten Lama pada tahun 2015 melalui pernyataannya sebagai berikut:

“Tahun 2015 kita telah siap kantong anggaran dengan yang akan ditangani oleh provinsi adalah Revitalisasi kios pedagang, Perkerasan lahan dan fasilitas umum, serta relokasi pedagang dari Keraton Surosowan dan Alun-alun Masjid Banten Lama” Wawancara dengan Bapak Elda selaku staff Bidang Evaluasi dan Pelaporan Program, pada tanggal 16 Juni 2014, pada pukul 10.00 WIB di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten. Penataan Pedagang memang menjadi sorotan utama, bagaimana tidak berkumpulnya para pedagang baik di alun-alun maupun di dalam komplek Masjid Agung Banten Lama menjadi menutupi kemegahan dari bangunan tersebut, selain

itu terkadang mereka meniggalkan begitu saja lapak mereka tanpa diurus sehingga menimbulkan kekumuhan, selain itu pedagang di alun-alun dan di dalam masjid memang harus ditata karena alun-alun bukan tempat untuk berdagang dan itu melanggar undang-undang Cagar Budaya. Di bawah ini adalah pernyataan Ibu Mimi selaku Kepala Pokja Museum Kepurbakalaan Banten Lama sebagai berikut:

“Secara pribadi saya kurang setuju, karena mereka mendirikan warung di Zona inti, jadi saya katakana itu tidak benar, tetapi itu bukan menjadi tanggung jawab pokja Museum situs kepurbakalaan Banten Lama, namun menjadi tanggung jawab pemda”. Wawancara dengan Ibu Mimi selaku Kepala Pokja Museum Kepurbakalaan Banten Lama, pada Jumat, 27 Juni 2014 pukul 10.30 WIB di Museum Kepurbakalaan Banten Lama

sehingga penataan yang paling utama adalah penataan pedagang di mana pedagang disiapkan tempat yang layak selain itu disediakan ketermapilan atau dagangan yang menarik minat masyarakat sehingga dapat memberikan keuntungan bagi mereka.

Namun tentunya melakukan penataan pedagang tidak semudah membalikkan telapak tangan tentunya pasti akan mendapat penolakan, karena pada masa lalu juga dilakukan hal yang sama di buatkan kios namun kembali lagi ketempat asal karena jalur pengunjung tidak sesuai dengan jalur kios sehingga dagangan mereka tidak laku, dan mereka kembali ketempat asal, kini kios-kios tersebut di biarkan tidak terpakai. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Tasrief

“nanti kita bangun dulu kiosnya yang bener, kita atur dulu jalur pengunjung, yang melewati pedagang, dan juga tentunya kita sosialisasi, intens kepada para pedagang agar mereka mau direlokasi” Wawancara dengan Bapak Tasrief selaku Kepala Seksi Pengelolaan Museum Negeri Banten, pada tanggal 26 Februari 2014, pada pukul 10.00 WIB di Museum Negeri Banten

Melakukan penataan pedagang tanpa menimbulkan masalah baru itu harus dilakukan oleh pemerintah, penataan pedagang dan sosialisasi relokasi harus memboyong turut serta para tokoh masyarakat yang dihormati, dan disegani warga atau pedagang setempat agar mereka tergerak untuk direlokasi, dan tentunya perencanaan baik dari segi kios dan jalur pengunjung yang melewati kios-kios pedagang perlu diatur hal ini sesuai dengan pernyataan salah satu pedagang yang peneliti wawancara sebagai berikut:

“Kita mau aja direlokasi atau dipindah asalkan disediakan tempat yang layak dan dilewati pengunjung, jangan seperti itu yang lama, kalau yang lama itu kekecilan cuman 2 x 2 kalau segitumah ga muat neng apalagi jual baso kaya gini buat naroh meja juga sempit, ya minimal 3 x 3 lah sedeng” Wawancara pedagang pada tanggal 27 Juni 2014 pukul 11.00 WIB.

Pernyataan di atas terkait prioritas apa yang akan dilakukan dinas kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, sedangkan di bawah ini akan disampaikan mengenai prioritas apa yang harus didahulukan untuk pengembangan dan pelestarian Banten Lama oleh Bapak Sigit sebagai berikut pernyataannya:

“Infrastruktur dulu dibenahi jalan, trus drainase, air bersih, penataan kawasan permukiman di sana. Baru penataan PKL”. Wawancara dengan Bapak Sigit selaku staff Bappeda Kota Serang, Pada Rabu, 11 Juni 2014, pukul 10.00WIB di Bappeda Kota Serang.

Melihat pendapat mengenai prioritas apa saja yang harus dilakukan untuk pengembangan dan pelestarian cagar budaya Banten Lama, mereka memiliki pandangan yang berbeda-beda, namun satu yang terlewat oleh mereka adalah bahwa seharusnya yang menjadi prioritas adalah pemberdayaan masyarakat pengembangan infrastruktur, penataan Kawasan, dan penataan PKL. Prioritas ini

memang dilakukan untuk menciptakan sapta pesona yang indah karena saat ini sapta pesona tersebut rusak karena kurang terawatnya fasilitas dan sarana prasarana yang ada, namun lagi-lagi memang peneliti menekankan bahwa pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk terlebih dahulu dilakukan, karena tujuan akhir dari pengembangan pariwisata adalah kesejahteraan masyarakat seperti yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya menyebutkan bahwa pengelolaan Cagar Budaya adalah upaya terpadu untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan Cagar Budaya melalui kebijakan pengaturan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat, selain itu dalam undang-undang yang sama menyebutkan bahwa pengembangan adalah peningkatan potensi nilai, revitalisasi dan adaptasi secara berkelanjutan serta tidak bertentangan dengan tujuan pelestarian.

Misi kepariwisataan yang disampaikan oleh Muljadi (2012:26) yang pertama adalah pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan dan yang terakhir adalah pengembangan SDM kepariwisataan yang sehat, berakhlak mulia dan professional yang mampiu berkiprah di arena internasional, hal inilah yang menyebabkan mengapa peneliti begitu menekankan bahwa pemberdayaan masyarakat sangat penting karena pariwisata yang baik adalah dari rakyat dan untuk rakyat, sehingga dinas kebudayaan dan pariwisata sebaiknya memprioritaskan pemberdayaan masyarakat terkebih dahulu tentunya dengan bekerja sama dengan pihak terkait, hal ini sama saja menyiapkan masyarakat yang siap menerima, menjaga, melindungi, dan

memelihara peninggalan bersejarah yang ada di tempatnya sehingga tujuan jangka panjang yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai. Menurut peneliti tujuan utama atau kepentingan utama pemerintah daerah adalah meningkatkan pendapatan asli daerah dan menciptakan lapangan kerja diwilayahnya sehingga optimalisasi pemanfaatan kawasan merupakan perhatian utama dari pemerintah daerah.