• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI RENCANA STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PELESTARIAN DESTINASI WISATA CAGAR BUDAYA BANTEN LAMA DI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI BANTEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI RENCANA STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PELESTARIAN DESTINASI WISATA CAGAR BUDAYA BANTEN LAMA DI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI BANTEN"

Copied!
268
0
0

Teks penuh

(1)

BANTEN LAMA DI DINAS KEBUDAYAAN DAN

PARIWISATA PROVINSI BANTEN

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik Program

Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh :

FANI MUTIA HANUM

NIM. 6661101182

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)

(Albert Einstein)

Skripsi ini kupersembahkan

untuk kedua Orang Tuaku

dan untuk orang-orang yang kusayangi

(6)

ABSTRAK

Fani Mutia Hanum. NIM. 6661101182. Skripsi. Implementasi Rencana Strategis Pengembangan dan Pelestarian Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten. Pembimbing I: Yeni Widyastuti S.sos, M.si dan Pembimbing II: Arenawati S.sos, M.si

Pariwisata memiliki kontribusi yang cukup tinggi untuk perolehan devisa negara dan dengan alasan tersebut pemerintah begitu memperhatikan sektor wisata. Banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk pengembangan sektor wisata, salah satunya pengembangan dan pelestarian destinasi wisata cagar budaya Banten Lama yang dilakukan oleh Disbudpar Provinsi Banten, namun sampai saat ini kondisi Banten Lama belum memiliki infrastruktur, sarana dan prasarana yang belum memadai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi rencana strategis pengembangan dan pelestarian destinasi wisata Banten Lama di Disbudpar Provinsi Banten. Penelitian ini bertitik tolak pada teori Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam perencanaan strategis dari Fred R David. Metodelogi penelitian yang digunakan adalah metode pendekatan kualitatif eksploratif dan teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui observasi, Wawancara, dan Studi Dokumentasi. Keabsahan data diperoleh dengan cara Triangulasi Data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi rencana strategis pengembangan dan pelestarian destinasi wisata cagar budaya Banten Lama belum baik, Disbudpar Provinsi Banten hanya memprioritaskan Banten Lama dalam renstra dinas 2017, namun dalam pelaksanaannya sejak 2012-2014 belum ada kegiatan kearah pengembangan Banten Lama karena masalah kepemimpinan, kewenangan dan masalah anggaran. Pengembangan Banten Lama oleh Disbudpar Provinsi Banten baru akan dilakukan pada tahun 2015 saja.

(7)

Ageng Tirtayasa, Serang 2014. Advisor Yeni Widyastuti S.sos, M.si. Advisor Arenawati S.sos, M.si

Tourism has a high enough to foreign exchange revenue country and by the government so that reason to pay attention to tourism sector. Much effort undertaken by governments to tourism sector development, one of them is the development and preservation of cultural heritage tourism destination Banten Lama conducted by Disbudpar Banten Province, but so far the condition of old banten not have infrastructure, facility inadequate. The purpose of this research is to know the strategic plan for the development and preservation of Banten Lama tourist destinations in the Disbudpar of Banten Province. The research on the theory of decline dotted aspects to note in strategic planning from Fred R David. We based the research used a qualitative explanatory approach is the method and technique of data collection is done through observation and interview study documentation. The validity of the data obtained by means of triangulation data. The result showed that the implementation of the strategic plan for the development and preservation of cultural heritage tourism destination Banten Lama yet either Disbudpar Banten Province just prioritized Banten Lama in the 2012-2017 renstra, but in its implementation since the 2012-2017 has been no activities towards the development of Banten Lama due to problems of leadhership, authority and budget issue. Development of Banten Lama by Disbudpar Bantten Province recently will be undertaken by just 2015.

(8)

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena atas berkat ridho, rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya yang berlimpah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam rangka memenuhi salah satu syarat skripsi pada Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang berjudul

“Implementasi Rencana Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten”.

Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang senantiasa mendukung membimbing penulis. Maka dari itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

2. Dr. Agus Sjafari, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si sebagai Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Mia Dwianna M., S.Sos., M.I.Kom sebagai Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Ismanto, S.Sos.,MM sebagai Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Rina Yulianti, S.IP, M.Si, Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

(9)

ii

9. Arenawati, S.Sos., M.Si sebagai Pembimbing II yang membantu dan memberikan masukan bagi peneliti dalam menyusun skripsi ini dari awal hingga akhir.

10. Titi Stiawati, S.Sos, M.Si, Dosen Pembimbing Akademik yang memberikan saran dan masukan dalam hal perkuliahan.

11. Dr. Ayuning Budiarti, selaku penguji I seminar skripsi, yang telah memberikan masukan, saran, dan bimbingannya

12. Semua Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan. 13. Ibu dan Bapak yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan

bagi penulis untuk menempuh gelar strata satu. Mohon maaf apabila selama ini belum bisa memberikan yang terbaik dan belum bisa membalas segala kebaikan selama ini.

14. Adik-adikku Wahyu dan Miftah yang memberikan semangat dalam pembuatan skripsi ini.

15. Fityan Ahdiyat, terima kasih telah banyak membantu dan memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini

16. Sahabat-sahabatku Richa Septiawan, Mutiah Purnama Sari, Sonia Novita, Dwi Rahayu, Dilla Azizah, Yuanita Rahmi, Haerul Umam, Muhammad Nurdin, Siska Aulia, terimakasih selalu memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

17. Kawan-kawan Jurusan Administrasi Negara FISIP UNTIRTA Reguler kelas B angkatan 2010 yang memberikan canda tawa, masukan dan nasehat yang bermanfaat.

(10)

iii

19. Kawan-kawan Kostan Nur Hp yang telah bersama sejak pertama kali masuk kuliah dan saling memberikan semangat.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, karena keterbatasan penulis, maka dari itu saran dan kritik yang membangun tetap dinantikan guna perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

Serang, Februari 2014

(11)

iv

Halaman Judul

Lembar Persetujuan

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iv

Daftar Gambar ... ix

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 19

1.3 Pembatasan Masalah ... 19

1.4 Perumusan Masalah ... 20

1.5 Tujuan Penelitian ... 20

1.6 Manfaat Penelitian ... 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Teori ... 22

(12)

v

2.3 Pengertian Implementasi ... 27

2.3.1 Tahapan Implementasi ... 28

2.4 Konsep Pariwisata ... 30

2.4.1 Pengertian Pariwisata ... 30

2.4.2 Pengertian Wisatawan ... 32

2.4.3 Kawasan Wisata ... 33

2.4.4 Pengelolaan Pariwisata ... 34

2.4.5 Pengembangan Destinasi Pariwisata ... 36

2.5 UU No.11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya ... 39

2.5.1 Pengelolaan Cagar Budaya ... 41

2.5.2 Pengembangan Cagar Budaya ... 42

2.6 Penelitian Terdahulu ... 46

2.7 Kerangka Berpikir ... 48

2.8 Asumsi Dasar ... 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 52

(13)

vi

3.4.1 Definisi Konsep ... 54

3.4.2 Definisi Operasional... 55

3.5 Instrumen Penelitian ... 56

3.6 Informan Penelitian ... 57

3.7 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ... 59

3.7.1 Teknik Pengumpulan Data ... 59

3.7.2 Teknik Pengumpulan Data ... 66

3.8 Jadwal Penelitian ... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 70

4.1.1 Provil Disbudpar Provinsi Banten ... 70

4.1.2 Gambaran Umum Banten Lama ... 72

4.2 Pembahasan ... 80

(14)

vii

4.2.2 Implementasi Rencana Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi

Cagar Budaya Banten Lama di Disbudpar Provinsi Banten ... 88

4.2.2.1 Visi Misi ... 88

4.2.2.2 Analisis Lingkungan Eksternal ... 94

4.2.2.3 Analisis Lingkungan Internal ... 107

4.2.2.4 Tujuan Sasaran Jangka Panjang ... 114

4.2.2.5 Strategi ... 122

4.2.2.6 Sasaran Tahunan ... 129

4.2.2.4 Tujuan Sasaran Jangka Panjang ... 113

4.2.2.5 Strategi ... 121

4.2.2.6 Sasaran Tahunan ... 128

4.2.2.7 Kebijakan ... 134

4.2.3 Implementasi Rencana Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama ... 149

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 169

(15)
(16)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Kawasan Mesjid Agung Banten Lama ... 10

Gambar 1.2 Kawasan Jembatan Rantai ... 11

Gambar 1.3 Kawasan Mesjid Pecinan ... 13

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ... 50

Gambar 3.1 Proses Analisis Data Menurut Irawan ... 68

(17)

x

Tabel 1.1 Kontribusi Pariwisata dalam Perolehan Devisa tahun 2011-2012

(dalam miliar USD) ... 1

Tabel 1.2 Jumlah Wisman yang datang ke Indonesia Tahun 2011-2013 ... 2

Tabel 1.3 Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Tahun 2011 ... 6

Tabel 1.4 Jumlah Pengunjung Obyek Wisata Menurut Lokasi di Banten ... 7

Tabel 1.5 Cagar Budaya yang ada di Kawasan Wisata Banten Lama ... 9

Tabel 1.6 Data Pengunjung Museum 2012 dan 2013 ... 14

Tabel 3.1 Kategori Informan ... 58

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ... 64

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ... 71

Tabel 4.1 Perbandingan Visi dan Misi ... 89

Tabel 4.2 Komposisi dan Jumlah Personil ... 108

Tabel 4.3 Komposisi Pegawai Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan ... 110

Tabel 4.4 Jabaran Tujuan dari Misi Disbudpar Provinsi Banten ... 115

Tabel 4.5 Jabaran Strategi Berdasarkan Misi ... 123

Tabel 4.6 Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja untuk Cagar Budaya ... 129

(18)

xi

Tabel 4.8 RAB Indikasi Program Zoning I ... 156

Tabel 4.9 Perlindungan yang telah dilakukan untuk Banten Lama ... 161

Tabel 4.10 Upaya Pengembangan Banten Lama oleh Berbagai Pihak ... 164

(19)

1

1.1Latar Belakang

Indonesia terkenal akan keragaman budaya dan keindahan alamnya. Indonesia juga menyediakan tempat-tempat yang sangat menarik untuk di kunjungi, sekedar berekreasi atau untuk mempelajari tempat yang indah dan penuh budaya. Dari tempat-tempat yang menarik itu Indonesia mampu menarik semua wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri untuk datang dan berwisata. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada Tahun 2012 sektor pariwisata menyumbang devisa bagi Negara sebesar 9.120,89 juta dolar Amerika Serikat dengan total jumlah wisatawan sebesar 8 juta lebih. Untuk lebih lengkapnya mengenai Kontribusi sektor Pariwisata dapat dilihat tabel di bawah ini:

Tabel 1.1

Kontribusi Pariwisata dalam perolehan devisa Tahun 2011-2012 (dalam miliar USD)

No Tahun Jumlah

1 2011 8,554

2 2012 9.120,89

Sumber data: Data Badan Pusat Statistik 2012

(20)

2

Tabel 1.2

Jumlah Wisman yang datang ke Indonesia Tahun 2011-2013

No Tahun Jumlah

1 2011 7. 649. 731

2 2012 8.044. 462

3 2013 8.802. 129

Sumber data: Data Badan Pusat Statistik 2013

Data di atas memberikan gambaran bahwa setiap tahunnya ada jutaan wisatawan mancanegara yang berwisata ke Indonesia, dan semakin meningkat setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi di sektor pariwisata, bagaimana tidak. Tempat-tempat wisata di Indonesia memiliki daya tarik yang kuat terhadap wisatawan, baik wisata alam, wisata budaya, maupun wisata religi. Selain mampu menarik wisatawan, Indonesia juga begitu kaya, ada ribuan bahkan puluhan ribu objek wisata yang tersedia di Indonesia. Menurut data dalam Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Tahun 2010-2025 dari Kementrian Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif, Indonesia memiliki 222 Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) di 50 Destinasi Pariwisata Nasional, dan 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional.

(21)

tambang yang di hasilkan Negara tersebut. (Muljadi, 2012:110). Usaha yang dilakukan pemerintah di sektor wisata salah satunya adalah semakin gencarnya pemerintah mempromosikan pariwisata yang ada di Indonesia atau visit Indonesia guna menarik wisatawan dan juga semakin gencarnya pemerintah melakukan pembangunan dan pengembangan kawasan pariwisata.

Pembangunan dan pengembangan kawasan wisata atau destinasi wisata kini banyak menjadi prioritas pembangunan guna mendatangkan kembali wisatawan yang telah berkunjung, dan semakin menarik minat wisatawan yang belum berkunjung, selain itu. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 mengatakan bahwa visi pembangunan kepariwisatan adalah terwujudnya pariwisata berkelas dunia, berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat. Hal ini seperti yang telah dijelaskan dalam Undang-undang No. 10 Tentang Kepariwisataan dalam Bab I pasal 3 yang berbunyi kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan Negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. pasal 4 juga menyatakan bahwa kepariwisataan bertujuan beberapa hal yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat dan lain-lain.

(22)

4

pariwisata dilakukan berdasarkan rencana induk pembangunan pariwisata dan rencana-rencana strategis yang telah dibuat sebelumnya yaitu Rencana Strategis Kementrian Pariwisata dan Ekonomi 2010-2014. Melakukan pembangunan pariwisata tentu tidak semudah membuat teori dan peraturan yang ada, dalam kenyataannya pembangunan pariwisata memiliki permasalahan baik yang bersifat eksternal maupun internal. Namun masalah utama kepariwisataan Indonesia yang tertuang dalam Rencana Strategis 2012-2014 Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI adalah Pengembangan Industri Kepariwisataan Indonesia belum optimal, Pengembangan Destinasi Wisata belum optimal, kurangnya perluasan dan penetrasi Pasar Wisata di dalam dan luar Negeri, lemahnya kelembagaan dan investasi kepariwisataan dan rendahnya kualitas SDM Pariwisata dan Kesiapan Masyarakat.

(23)
(24)

6

Tabel 1.3

Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Tahun 2011

PROPINSI

Sumber : BPCB Jabar, Banten, Lampung, DKI Jakarta

Dinas Budaya dan Pariwisata Provinsi Banten 2013

(25)

dalam melakukan pendataan cagar budaya dan masih minimnya sumber daya seperti arkeolog menyebabkan masih banyaknya pula cagar budaya yang sudah terindikasi namun belum ditemukan, menurut wawancara peneliti dengan Bapak Tasrif selaku Kepala Seksi Pengelolaan Museum Negeri Banten. (07 Oktober 2013 Pukul 10.00 WIB, Museum Negeri Banten, Kota Serang)

Keanekaragaman Potensi yang dimiliki di Banten tentunya bukan hanya tentang cagar budaya seperti yang telah disampaikan pada data di atas, namun keanakaragaman potensi di Banten meliputi potensi cagar budaya, suaka alam, pantai dan yang lainnya, dari masing-masing kategori lokasi wisata tersebut menghasilkan jumlah wisatawan sebagai di bawah ini adalah tabel jumlah pengunjung wisata menurut lokasinya:

Tabel 1.4

Jumlah Pengunjung Obyek Wisata Menurut Lokasi di Banten

Tahun Pantai

Sumber : Data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten 2013

(26)

8

ini dapat di simpulkan bahwa daya tarik utama pada provinsi Banten adalah Cagar Budaya atau peninggalan bersejarah, kedua wisata lainnya, ketiga wisata kolam renang dan ketiga wisata pantai. Ini menunjukkan betapa Banten sangat kaya akan tempat-tempat wisata.

Menurut RIPPDA (Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah) Pariwisata tahun 2006 dalam website resmi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Banten yang tersebar diseluruh wilayah Provinsi Banten. Terdiri dari 84 obyek wisata alam, 34 obyek wisata sejarah dan Budaya, 24 obyek wisata buatan, 9 obyek wisata Living Culture dan 48 obyek wisata atraksi kesenian. Menurut sumber data dari website resmi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Banten jumlah Obyek Daya tarik Wisata (ODTW) Banten berdasarkan data Tahun 2012 telah tercatat sebanyak 526 obyek yang terbagi kedalam beberapa kategori. Yaitu: Wisata marina, wisata sejarah, suaka alam, dan obyek wisata lainnya.

(27)

Tabel 1.5

Cagar Budaya yang ada Di Kawasan Wisata Banten Lama

No Nama Cagar Budaya

1 Masjid Agung Banten Lama

2 Alun-alun Masjid Agung Kesultanan Banten 3 Menara Masjid Agung Banten

4 Tiyamah

5 Keraton Surosowan 6 Jembatan Rantai

7 Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama 8 Benteng Spelwijk

9 Klenteng Avalokitesvara 10 Kherkof

11 Masjid Pecinan 12 Pengindelan Abang 13 Tasikardi

14 Karang Antu 15 Keraton Kaibon 16 Masjid Kenari

17 Komplek Pemakaman Maulana Yusuf

Sumber: Dokumentasi Benda Cagar Budaya dan Kepurbakalaan Provinsi Banten 2012

(28)

10

Situs ini terlihat kurang rapih dalam penataannya, dan terlihat kumuh. Dapat dilihat pada gambar di bawah ini yang menggambarkan kondisi cagar budaya yang kondisinya lebih parah dari yang lainnya .

Gambar 1.1

Kawasan Mesjid Agung Banten Lama

Sumber: Peneliti 2014(diambil pada tanggal 16-01-2014)

(29)

Undang-undang Cagar Budaya No. 11 Tahun 2010 dijelaskan bahwa Zona inti adalah area pelindung utama untuk menjaga bagian terpenting cagar budaya. Ini menunjukkan bahwa seharusnya tidak ada kegiatan pengembangan potensi cagar budaya di dalam zona inti, melainkan di zona pengembangan, namun yang terlihat pada gambar pengembangan seperti pedagang kaki lima berada di zona inti, ini menyebabkan cagar kehilangan sapta pesonanya. Selain itu kekumuhan semakin terlihat saat hujan datang, kondisinya yang kurang terawat menyebabkan genangan air hujan terlihat dimana-mana, di tambah lagi akses jalan yang rusak, semakin membuat tempat ini terlihat memprihatinkan. Kondisi yang sama juga terjadi di Jembatan Rantai yang tampak pada gambar di bawah ini.

Gambar 1.2

Kawasan Jembatan Rantai

(30)

12

Gambar di atas merupakan gambar jembatan rantai letaknya berada di sebelah Timur Masjid Agung Banten Lama, dahulu jembatan ini digunakan

sebagai “Tol Perpajakan” untuk perahu Asing, namun jembatan ini kehilangan kejayaannya dan kini terlihat kumuh dipenuhi oleh eceng gondok, dan masyarakat yang memancing, tidak ada bentuk perawatan sama sekali, Sebelumnya Jembatan Rantai ini pernah di normalisasi bersih tidak ada eceng gondok, namun secara tiba-tiba banyak masyarakat yang berdatangan ke tempat itu dan mendirikan pemukiman ditempat itu, dan tempat itu kembali tidak terawat dan menjadi seperti itu kondisinya. Bapak Tasrif selaku Kepala Seksi Pengelolaan Museum Negeri Banten. (03 Februari 2014 Pukul 10.00 WIB, Museum Negeri Banten, Kota Serang). Selain itu yang lebih mengenaskan lagi adalah Masjid Pecinan Tinggi yang kondisinya juga terlihat kumuh dan tidak terawat. Kondisi tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

(31)

Gambar 1.1

Kawasan Mesjid Pecinan

Sumber: Peneliti 2014(diambil pada tanggal 16-01-2014)

(32)

14

kawasan yang tidak digambarkan memiliki kondisi yang hampir sama, kumuh, dan tidak terawat baik oleh pemerintah maupun masyarakat sekitar, namun kondisi yang paling parah adalah tiga kawasan yang telah dijabarkan diatas.

Hal demikian sangat disayangkan karena Menurut catatan pengunjung yang datang ke Kawasan Wisata Banten Lama cukup banyak, ini dilihat dari tabel jumlah pengunjung di bawah ini yaitu:

Tabel 1.6

Data Pengunjung Museum 2012 dan 2013 No Bulan

Tahun

2012 2013

1 Januari 1.751 2.356

2 Februari 2.379 5.991

3 Maret 3.119 5.585

4 April 1.728 4.684

5 Mei 2.060 4.463

6 Juni 1.957 5.329

7 Juli 1.591 2.575

8 Agustus 3.243 7.234

9 September 2.213 2.467

10 Oktober 2.619 1.328

11 November 4.060 -

12 Desember 2.487 -

Total 29.207 42.012

(33)

Data Pengunjung di atas menunjukkan bahwa wisatawan cukup antusias untuk mengunjungi kawasan wisata cagar budaya di kawasan wisata Banten Lama karena bila dilihat dari tahun 2012 dengan tahun 2013 perbedaannya cukup signifikan. Pertumbuhan pengunjung mulai antusias sejak 2010, hingga sekarang, namun sekarang museum sedang melakukan renovasi gedung sehingga di bulan November dan Desember sampai Februari 2014 tidak akan dibuka wawancara dengan Bapak Slamet selaku Pegawai Museum Kepurbakalaan Banten Lama (08 Oktober 2013 Pukul 10.00 WIB, Museum Kepurbakalaan Banten Lama). Jumlah data di atas hanya data yang berkunjung ke museum belum jumlah data yang datang ke Mesjid agung, menurut Informasi yang diperoleh dari narasumber, bahwa setiap malam jumat atau kamis malam kawasan ini ramai didatangi oleh peziarah jumlahnya bisa ribuan, dan dapat menguntungkan dari sisi keuangan, karena memiliki potensi keuangan yang besar maka terjadilah perebutan kewenangan pengelolaan baik dari pihak kenadziran, masyarakat, dan pemerintah. Sehingga diperlukan Manajemen Strategi dalam pengembangan dan penataan kawasan wisata Banten Lama agar potensi yang ada dapat dinikmati dan di manfaatkan oleh seluruh pihak.

(34)

16

pernyataan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiah yang dikutip dari “untuk melakukan revitalisasi Banten Lama harus di lakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan kemampuan anggaran yang ada”, ungkapnya.(Hikmat, 2010)

Pemerintah memang melakukan berbagai cara dan strategi dalam Pengembangan dan penataan kawasan Wisata Banten Lama, namun dari pengamatan dan observasi yang dilakukan peneliti sejak bulan Oktober 2013 dan wawancara awal ke beberapa sumber terkait yaitu Pegawai Museum Kepurbakalaan Banten Lama, Kepala Seksi Pengelola Museum Negeri Banten. Pengamatan, observasi dan wawancara ditujukan untuk mencari identifikasi masalah yang sebenarnya terjadi dalam Implementasi Rencana Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten. maka terdapat masalah yaitu sebagai berikut:

Pertama, belum optimalnya pengembangan destinasi Kawasan Wisata

(35)

Kedua, lemahnya Kelembagaan kepariwisataan di Provinsi Banten.

lemahnya kelembagaan kepariwisataan di Provinsi Banten seperti BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) serang, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten dan Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota Serang, Museum Negeri Banten, Museum Kepurbakalaan Banten Lama, masing-masing instansi mengatakan mereka hanya mendukung saja keputusannya ada di pemerintah pusat. Belum jelasnya siapa yang bertanggung jawab penuh dalam pengembangan dan penataan Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama, masih dalam tahap penelitian oleh LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) wawancara dengan Bapak Juliadi selaku Pegawai Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang bagian Pemugaran (10 Februari 2014 Pukul 13.30 WIB, Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang).

Ketiga, Belum Optimalnya Pemberdayaan masyarakat di destinasi

Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama. Dari observasi yang dilakukan peneliti, peneliti melihat belum adanya kesadaran masyarakat sekitar dalam menjaga situs-situs cagar budaya yang ada di lingkungannya, hal ini terlihat dari kurangnya partisipasi masyarakat dalam merawat destinasi yang ada seperti bermain bola di komplek Benteng Surosowan, membuang sampah sembarangan, dan lain sebagainya, dan juga eksploitasi berlebihan dari destinasi tersebut yaitu seperti berdagang di Zona Inti.

Keempat, kurangnya sinergi antara pemerintah atau lembaga

(36)

18

kenadziran, dan pihak masyarakat, dari tahun 2002 hingga sekarang 2014 instasi pemerintah dan pihak-pihak terkait di Kawasan Wisata Banten Lama baru satu kali duduk bersama menyatukan visi dan misi untuk mengembangkan Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama, yaitu pada tahun 2010 dengan

tema “Sosialisasi Master Plan Kawasan Banten Lama” setelah itu tidak ada lagi sosialisasi atau duduk bersama kembali menyatukan tujuan untuk Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama lebih baik.

Kelima, Strategi yang belum berjalan dan kurang tepat dalam

pengembangan dan penataan Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama. Strategi dibangun untuk menghasilkan suatu tujuan yang telah kita tetapkan sebelumnya, seperti yang telah terjadi di Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama, pada tahun 2010 pedagang kaki lima yang kini ada di zona inti telah dipindahkan ke bagian belakang, namun karena pemindahan pedagang tidak mengikuti jalur wisatawan masuk dan keluar sehingga pedagang tidak mendapatkan untung, sehingga lama kelamaan pedagang kembali masuk ke zona inti, selain itu tempat parkir yang telah menghabiskan jutaan rupiah di sia-siakan begitu saja dan menjadi tidak terawat.

Kondisi-kondisi seperti itulah yang melatarbelakangi penelitian dalam penelitian yang berjudul:

(37)

1.2Identifikasi Masalah

Dalam bagian ini peneliti akan menuliskan berbagai permasalahan yang ada pada objek penelitian yang akan diteliti. Seperti yang telah disinggung di dalam latar belakang masalah yang telah peneliti sampaikan di atas, Peneliti menyimpulkan ada beberapa masalah dalam Implementasi Rencana Strategi Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten :

1. Belum Optimalnya Pengembangan Destinasi Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama.

2. Lemahnya Kelembagaan kepariwisataan di Provinsi Banten dalam menangani Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama.

3. Belum Optimalnya Pemberdayaan masyarakat di destinasi Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama.

4. Kurangnya sinergi antara pemerintah atau lembaga kepariwisataan milik pemerintah dengan pihak terkait dalam pengembangan dan pelestarian Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama.

5. Kurang tepatnya dan belum berjalannya rencana strategis yang telah di buat oleh pemerintah Provinsi banten

1.3Pembatasan Masalah

(38)

20

Destinasi Wisata Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten

1.4Perumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas maka, perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Implementasi Rencana Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten?”.

1.5Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi Rencana Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, untuk meningkatkan dan mengoptimalisasi potensi yang ada di Destinasi tersebut. 1.6Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

(39)

2. Manfaat Praktis

(40)

22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA dan KERANGKA BERPIKIR 2.1 Deskripsi Teori

Deskripsi teori menjelaskan tentang teori-teori dan atau konsep yang dipergunakan dalam penelitian yang sifatnya utama di mana tidak tertutup kemungkinan untuk bertambah seiring dengan pengambilan data di lapangan. (Fuad dan Nugroho, 2012:56). Deskirpsi teori menjadi pedoman dalam penelitian ini dan untuk menterjemahkan fenomena-fenomena sosial yang terjadi dalam penelitian. Teori yang relevan peneliti kaji sesuai dengan masalah-masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.

Penelitian mengenai Implementasi Rencana Strategi Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama akan dikaji dengan beberapa teori dalam ruang lingkup administrasi negara jurusan manajemen publik, yaitu: Implementasi, Perencanaan Strategis, Konsep Pariwisata, dan UU No.10 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, dan untuk melengkapinya peneliti lampirkan penelitian terdahulu yang juga menjadi bahan kajian dalam penelitian ini.

2.2 Konsep Perencanaan Strategis

(41)

merupakan cara mencapai tujuan perusahaan atau organisasi yang dapat mempengaruhi keberlangsungan sebuah perusahaan atau organisasi, strategi memberikan kekuatan bagi organisasi atau perusahan dalam menghadapi lingkungan jangka panjang. Dari masing-masing definisi antara rencana, perencanaan dan strategi, maka secara keseluruhan rencana strategis atau perencanaan strategis adalah konsep untuk mencapai tujuan baik jangka panjang maupun jangka pendek.

Allison dan Kaye (2004: 2) disebut rencana bila tidak menegaskan tujuan utama dan metoda prioritas yang dipilih organisasi, menurutnya perencanaan strategi itu mencangkup pemilihan prioritas tertentu membuat keputusan tentang tujuan dan sarana, baik dalam jangka panjang maupun pendek. Sedangkan Bryson (2007: 24) mengatakan bahwa perencanaan strategis adalah salah satu cara untuk membantu organisasi dan komunitas mengatasi lingkungan mereka yang telah berubah, artinya dengan perencanaan strategis odapat membantu organisasi dalam merumuskan dan memecahkan masalah yang sedang atau akan dihadapi.

(42)

24

program dan kegiatan dan juga disusun sesuai dengan tugas dan fungsi serta berpedoman kepada RPJMD Daerah dan bersifat indikatif.

Dalam penyusunannya Renstra SKPD diatur dalam Permendagri No. 54 Tahun 2010 pasal 89 mengatakan bahwa renstra disusun dengan tahapan yaitu:

a. Persiapan Penyusunan Renstra SKPD b. Penyusunan Rencana Renstra SKPD

c. Penyusunan Rancangan Akhir Renstra SKPD d. Penetapan Renstra SKPD.

Bila dalam tahapan rencana strategis RKPD di atur dalam permendagri no. 54 tahun 2010 lain halnya dengan prosesnya perencanaan strategis menurut Allison dan Kaye (2004: 13-18) yang menyatakan tahap-tahap dasar proses perencanaa strategis yaitu sebagai berikut:

1. Bersiap-siap yaitu untuk menyiapkan sedia bagi perencanaan strategis. 2. Rancangan rumusan misi dan rumusan visi

3. Menilai lingkungan

4. Menyepakati prioritas-prioritas dengan produk strategi umum, strategi jangka panjang, san sasaran khusus

5. Penulisan Rencana Strategis dengan hasil produk Rencana Strategis 6. Melaksanakan Rencana Strategis

7. Memantau dan mengevaluasi.

Dalam tahapan-tahapan yang disebutkan di atas setiap tahapannya dilakukan untuk menggodog rencana yang nantinya akan dilaksanakan sampai dievaluasi. Proses perencanaan yang sukses tentunya akan dapat menopang organisasi dalam mencapai kesepakatan tentang hasil akhir.

(43)

1. memulai dan menyepakati proses perencanaan strategis 2. mengidentifikasi mandat organisasi

3. memperjelas misi organisasi dan nilai-nilai

4. menilai envirinment eksternal dan internal untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, dan ancaman oportunities

5. Mengidentifikasi isu-isu strategis yang dihadapi organisasi 6. merumuskan strategi untuk mengelola isu-isu

7. meninjau dan mengadopsi strategi atau rencana strategis 8. Membentuk visi organisasi yang efektif

9. mengembangkan proses implementasi yang efektif

10.meninjau kembali strategi dan proses perencanaan yang strategis

Dari dua proses rencana strategi yang dituturkan oleh allison dan kaye, juga yang dituturkan oleh Bryson, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam tahapan proses rencana strategi harus memperhatikan segala aspek yaitu baik dari aspek lingkungan, aspek organisasi itu sendiri yang akan membuat rencana dan melaksanakannya. Intinya dalam tiap tahapan proses perencanaan strategis hasil bertitik akhir pada hasil yang sesuai dengan kesepakatan awal. Kini banyak sekali perencanaan strategis yang dibuat dengan begitu matang namun kurang memperhatikan kondisi yang ada di lapangan sehingga terkadang rencana strategis tidak sesuai dengan masalah sebenarnya sehingga rencan strategis menjadi sia-sia atau yang lebih parahnya rencana strategis dipaksakan sehingga menimbulkan masalah baru.

(44)

26

Selain itu, Vincent Gasperz (2004: 21) mengemukakan bahwa dalam mencapai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan perencanaan strategis diperlukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

a. Di mana kita berada sekarang? (where are we now?)

b. Di mana kita ingin berada di masa datang? (where do we want to be in the future?)

c. Bagaimana kita mencapai sasaran dan tujuan? (How do we get our goals?)

d. Bagaimana kita menelusuri kemajuan? (How do we track our progress?)

Pendapat lain mengenai Perencanaan Strategis di jabarkan oleh Fred R. David (2004: 9-13) menatakan bahwa dalam perecanaan strategis, aspek-aspek yang perlu dilihat yaitu:

a. Pernyataan Visi dan Misi, di mana pernyataan visi merupakan langkah pertama dalam perencanaan strategis, Sedangkan misi adalah pertanyaan tujuan jangka panjang yang membedakan suatu bisnis dari bisnis serupa lainnya yang mengidentifikasi lingkup operasi-operasi perusahaan dalam hal produk dan pasar

b. Peluang dan ancaman eksternal, yang merujuk pada peristiwa dan tren ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, hukum, pemerintahan, teknologi, dan persaingan yang dapat menguntungkan atau merugikan suatu organisasi secara berarti di masa depan. Sehingga dalam hal ini, peluang dan ancaman merupakan hal yang di luar kendali suatu organisasi.

c. Kekuatan dan Kelemahan Internal, yang merupakan segala kegiatan dalam kendali organisasi yang bisa dilakukan dengan sangat baik atau buruk. Kekuatan dan kelemahan tersebut ada dalam kegiatan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi manajemen di setiap perusahaan.

d. Tujuan Jangka Panjang, sebagai hasil tertentu yang perlu dicapai organisasi dalam memenuhi misi utamanya untuk keberhasilan organisasi karena tujuan menentukan arah, membantu dalam melakukan evaluasi, menciptakan sinergi, menunjukkan prioritas, memusatkan koordinasi, dan menjadi dasar perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, serta pengendalian kegiatan yang efektif.

(45)

akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, rasionalisasi karyawan, divestasi, likuidasi dan joint venture.

f. Sasaran Tahunan, yang merupakan tolak ukur jangka pendek yang harus dicapaiorganisasi untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjangnya. g. Kebijakan , yang merupakan cara mencapai sasaran tahunan. Dalam hal

ini kebijakan berupa pedoman, aturan-aturan, dan prosedur yang ditetapkan untuk mendukung usaha-usaha mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan.

2.3 Pengertian Implementasi

(46)

28

sebuah strategi adalah di mana aktor yang merumuskan strategi dan aktor pendukung memainkan peranan masing-masing dengan benar.

Sedangkan pendapat lain dijelaskan oleh Wheelen dan Hunger (2003:17) mengatakan bahwa implementasi strategi adalah proses di mana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakannya dalam tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan prosedur.

Dari penjabaran mengenai implementasi di atas dapat disimpulkan bahwa implentasi merupakan suatu proses yang mana proses tersebut terdiri dari tindakan yang di kemas dalam bentuk program atau kegiatan-kegiatan yang telah dirumuskan sebelumnya dalam tahapan perumusan kebijakan atau perumusan strategi. Implementasi merupakan tindakan yang sangat menentukan keberhasilan sebuah rencana atau misi yang telah dibuat sebelumnya tanpa implementasi rencana hanya akan jadi angan-angan semu.

2.3.1 Tahapan Implementasi

Bila pengertian atau rumusan mengenai implementasi telah dijabarkan pada point pengertian implementasi maka pada point ini akan melakukan tinjauan apa-apa saja yang harus dilakukan dalam atau tahapa-apan apa-apa saja yang harus dilewati dalam tahapan implementasi. Bryson (2004:50) menjelaskan bahwa dalam mengembangkan proses implementasi yang efektif dalam rangka merealisasikan strategi-strategi harus melalui tindakan sebagai berikut:

1. Peranan Implementasi dan tanggungjawab anggota organisasi 2. Sasaran khusus, hasil dan kejadian penting yang diharapkan 3. Langkah penanganan yang relevan

4. Penyusunan jadwal

(47)

7. Proses review, monitoring dan prosedur koreksi pada pekerjaan yang berjalan

8. Prosedur pertanggung jawaban

Tahapan lain mengenai implementasi strategi yang diungkapkan oleh Hunger dan Wheelen (2003: 296) mengatakan bahwa dalam memulai proses implementasi, manajer strategis harus memperhatikan tiga pertanyaan berikut:

1. Siapa yang akan melaksanakan rencana strategis yang telah disusun? 2. Apa yang harus dilakukan?

3. Bagaimana sumber daya manusia yang bertanggung jawab dalam implementasi akan melaksanakan berbagai hal yang diperlukan?

Dua pendapat di atas memberikan pendapat yang berbeda dalam tahapan yang harus dilalui saat implementasi rencana strategi, namun memiliki inti yang sama yaitu bahwa dalam pelaksanaan rencana strategi harus diketahui siapa?, apa yang dilakukan? Bagaimana sumber dayanya?. Selanjutnya kedua pakar diatas memberikan pandangan yang sama dalam implementasi yaitu bahwa kendaraan atau tindakan implementasi harus melalui pengembangan program, anggaran dan prosedur. Ketiganya menjadi penting dalam pelaksanaan rencana strategi. Pelaksanaan implementasi akan berhasil dengan efektif dan memberikan keuntungan baik bagi lingkungan eksternal maupun bagi lingkungan internal yaitu organisasi itu sendiri.

(48)

30

kelompok-kelompok yang mendukung . Oleh sebab itu dalam pelaksanaan perencanaan strategis sangat diperlukan kesepakatan bersama baik organisasi terkait, maupun lingkungan sekitar.

2.4 Konsep Pariwisata

2.4.1 Pengertian Pariwisata

Istilah pariwisata (tourism) baru muncul di masyarakt kira-kira pada abad ke-18, khususnya sesudah Revolusi Industri di Inggris. Istilah pariwisata berasal dari dilaksanakannya kegiatan wisata (tour), yaitu suatu aktivitas perubahan tempat tinggal sementara dari seseorang, di luar tempat tinggal sehari-hari dengan suatu alasan apa pun selain melakukan kegiatan yang bisa menghasilkan upah atau gaji (Muljadi, 2012:7). Pariwisata merupakan aktivitas, pelayanan dan produk hasil industri pariwisata yang mampu menciptakan pengalaman perjalanan bagi wisatawan (Muljadi, 2012:7).

McIntosh (1995) dalam (Muljadi, 2012:7), menyatakan bahwa pariwisata adalah “... a composite of activities, services and industries that delivers a travel experience: transportation, accommodation, eating and dringking establishment, shops, entertainment, activity, and other hospitality service available for individuals or group that are away from home”.

WTO dalam (Muljadi A.J 2012:9) mendefinisikan pariwisata sebagai “the activities of persons travelling to and staying in places outside their usual environment for not more than one concecutive year for leisure, business and other purposes”atau berbagai aktivitas yang dilakukan orang-orang yang mengadakan perjalanan untuk tinggal di luar kebiasaan lingkungannya dan tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk kesenangan, bisnis, dan keperluan lain.

(49)

keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan Negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha (Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab I, Pasal I, ayat 4).

Definisi lain dari pariwisata yaitu menurut Weaver dan Opperman 2003 dalam (Pitana dan Diarta, 2009:45) sebagai berikut:

Tourism is the sum total of the phenomena and relationship arising from the interaction among tourist, business suppliers, host government, Host communities, origin governments, universities, community colleges and non-governmental organizations, in the process of attracting, transporting, hosting, and managing these tourist and other visitor.

Sedangkan menurut Richardson and Fluker (2004) dalam (Pitana dan Diarta,2009:46) mengatakan bahwa definisi pariwisata yang dikemukakan mengandung beberapa unsur pokok yaitu:

1. Adanya unsure travel (perjalanan), yaitu pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lain.

2. Adanya unsur “tinggal sementara” di tempat yang bukan merupakan tempat tinggal yang biasanya;dan

3. Tujuan utama dari pergerakan manusia tersebut bukan untuk mencari penghidupan/pekerjaan di tempat yang dituju.

(50)

32

Dari definisi yang sudah dijabarkan diatas tentunya tersirat manfaat dari kepariwisataan tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Kepariwisataan merupakan kegiatan pemakaian jasa yang beraneka ragam atau kepariwisataan adalah suatu kumpulan dari beraneka ragam pemakaian jasa, sehingga para wisatawan memerlukan jasa hotel, jasa makan/minum, jasa angkutan, dan lain-lain.

2. Pada hakikatnya, kepariwisataan dengan sektor-sektor ekonomi yang lain “saling ketergantungan” dengan gambaran yang jelas seperti beberapa contoh pertanyaan sebagai berikut.

1) Kenaikan jumlah kedatangan wisatawan, apakah menimbulkan dampak produksi di segala sektor?

2) Kenaikan jumlah kedatangan wisatawan, apakah berdampak pada peningkatan jumlah impor?

3) Kenaikan jumlah kedatangan wisatawan, apakah berdampak pada kesempatan lapangan kerja?

4) Apakah peningkatan dibidang kepariwisataan berpengaruh secara tidak langsung terhadap pajak?

3. Pengeluaran wisatawan disuatu Negara/wilayah yang dikunjungi berpengaruh secara signifikan, sebab:

1) Pengeluaran wisatawan dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu:

a. Transportasi;

b. Akomodasi, makan, dan minum c. Lain-lain.

2) Dampak pengeluaran wisatawan mancanegara menambah devisa Negara Muljadi (2012:119-120).

Dapat disimpulkan manfaat pariwisata yang dijabarkan Muljadi bahwa pariwisata akan memiliki manfaat yang akan dirasakan oleh berbagai pihak baik pihak industry, pemerintah dan masyarakat. Selain itu manfaat pariwisata yang terpenting adalah menambah devisa negara.

2.4.2 Pengertian Wisatawan

(51)

tentang Kepariwisataan Bab I, Pasal I, ayat I ). Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata (Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab I, Pasal I, ayat 2). Dari penjabaran wisata dan wisatawan di atas, dapat pula wisatawan didefinisikan sebagai orang yang melakukan kegiatan perjalanan baik sendiri, ataupun dengan kelompoknya untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari alam sekitar dengan tidak menetap, atau tinggal sementara waktu. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan yang di katakan wisatawan adalah orang ,baik dalam Negeri atau Luar Negeri yang berkunjung ke suatu tempat untuk tujuan rekreasi, berlibur, atau melakukan riset. Sedangkan kesimpulan yang ditarik dari definisi wisata yaitu wisata adalah perjalanan yang dilakukan wisatawan ke tempat kawasan wisata.

2.4.3 Kawasan Wisata

(52)

34

tersebut, sapta pesona yang baik dan indah akan menarik wisatawan, sedangkan kawasan wisata dengan sapta pesona yang rendah memiliki dua kemungkinan. Pertama kawasan wisata itu ramai karena wisatawan tertarik untuk melihat

kondisinya, kedua kawasan wisata tersebut menjadi sepi peminat karena kondisi sapta pesonanya yang memprihatinkan.

2.4.4 Pengelolaan Pariwisata

Pengelolaan Pariwisata merupakan bagian penting dalam kegiatan pariwisata, tanpa pengelolaan pariwisata tentu tidak akan terciptanya sapta pesona yang akan menarik wisatawan untuk datang berkunjung. Pengelolaan pariwisata haruslah mengacu pada prinsip-prinsip pengelolaan yang menekankan nilai-nilai kelestarian lingkungan alam, komunitas, dan nilai sosial yang memungkinkan wisatawan menikmati kegiatan wisatanya serta bermanfaat bagi kesejahteraan komunitas lokal. Cox (1985) dalam (Pitana dan Diarta, 2009: 11), pengelolaan pariwisata harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut:

1. Pembangunan dan pengembangan pariwisata haruslah didasarkan pada kaerifan lokal dan special local sense yang merefleksikan keunikan peninggalan budaya dan keunikan lingkungan.

2. Preservasi, proteksi, dan peningkatan kualitas sumber daya yang menjadi basis pengembangan kawasan pariwisata.

3. Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada khasanah budaya lokal.

4. Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan budaya dan lingkungan lokal.

(53)

Untuk menyinergikan pengelolaan pariwisata yang memenuhi prinsip-prinsip pengelolaan yang diurikan sebelumnya, diperlukan suatu metode pengelolaan yang menjamin keterlibatan semua aspek dan komponen masyarakat. Metode Pengelolaan pariwisata mencangkup beberapa kegiatan berikut (WTO, dalam Richardson dan Fluker, 2004) dalam (Pitana dan Diarta, 2009: 88-89):

1. Pengolsutasian dengan semua pemangku kepentingan

Hal ini dapat dilakukan dengan beragam cara, seperti melalui pertemuan formal dan terstrukutr dengan pelaku industry pariwisata, dewan pariwisata, konsultasi publik dalam subjek tertentu, penjajakan dan survai, konsultasi kebijakan dengan beragam kelompok kepentingan, dan melalui interaksi antara departemen pemerintah terkait dengan berbagai pihak sesuai subjek yang ditentukan.

2. Pengidentifikasian isu

Isu pariwisata akan semakin beragam seiring dengan meningkatnya skala kegiatan yang dilakukan.

3. Penyusunan Kebijakan

Kebijakan yang disusun mungkin akan berdampak langsung maupun tidak langsung dengan pariwisata. Kebijakan ini akan menjadi tuntunan bagi pelaku pariwisata dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan pariwisata.

4. Pembentukan dan pendanaan agen dengan tugas khusus

Agen ini bertujuan menghasilkan rencana strategi sebagai panduan dalam pemasaran dan pengembangan fisik di daerah tujuan wisata.

5. Penyediaan fasilitas dan operasi

Pemerintah berperan dalam member modal usaha, pemberian subsidi kepada fasilitas dam pelayanan yang vital tetapi tidak mampu membiyayai dirinya sendiri tetapi dalam jangka panjang menjadi penentu keberhasilan pembangunan pariwisata.

6. Penyediaan Kebijakan fiscal, regulasi, dan lingkungan sosial yang kondusif.

Hal ini terutama diperlukan sebagai prasyarat bagi organisasi/perusahaan untuk mencari keuntungan atau target perusahaan yang telah ditetapkan. 7. Penyelesaian konflik kepentingan dalam Masyarakat

Hal ini merupakan peran yang sulit tetapi akan menjadi salah satu peran yang sangat penting dalam era di mana isu lingkungan dan konservasi sumber daya menjadi isu penting.

(54)

36

konsistensi dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan agar pengelolaan berjalan lancar dan potensi-potensi yang dimiliki dapat di manfaatkan demi kebaikan bersama. Selain itu juga pengelolaan pariwisata sebaiknya memperhatikan kondisi lingkungan seperti menjaga kelestarian lingkungan sekitar, dan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaannya, karena tujuan awal dari pembangunan pariwisata adalah untuk kesejahteraan masyarakat.

2.4.5 Pengembangan Destinasi Pariwisata

Menurut (Andi, 2001:261) mengatakan Pengembangan mengisyaratkan suatu proses evolusi dengan konotasi positif atau sekurang-kurangnya bermakna “tidak jalan ditempat”. Atau kata pengembangan dapat dikaitkan dengan dua hal, yakni: “Proses” dan “tingkat” perkembangan sesuatu.

Selanjutnya menurut (Andi, 2001:261) mengatakan pengembangan pariwisata merupakan kata yang cukup tinggi penggunaannya di Negara manapun dan level apapun, tetapi kelihatannnya difahami secara berbeda-beda. Pengembangan pariwisata pada mulanya dikembangkan karena mempunyai landasan filosofis. (Muljadi,2012:24) mengatakan pariwisata sangat mengandalkan adanya keunikan, kekhasan, kelokalan, dan keaslian alam dan budaya yang tumbuh dalam masyarakat.

(55)

tangan rakyat atau disebut pembangunan kepariwisataan berbasis masyarakat (community Based Tourism Development). Di bawah ini adalah empat misi Kepariwisataan Indonesia:

1. Pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan.

2. Pemanfaatan kebudayaan untuk kepariwisataan guna kepentingan agama, pendidikan, ilmu pengetahuan, ekonomi, persatuan dan kesatuan, serta persahabatan antar bangsa.

3. Pengembangan produk kepariwisataan yang berwawasan lingkungan bertumpu pada budaya daerah, pesona alam, pelayanan prima, dan berdaya saing global.

4. Pengembangan SDM Kepariwisataan yang sehat, berakhlak mulia dan professional yang mampu berkiprah di arena International.

Untuk dapat melakukan pengembangan yang sebaik-baiknya, maka kata kunci pengembangan pariwisata menurut Menurut (Andi, 2001:263) yaitu sebagai berikut:

1. Perencanaan

Pada umumnya semua pihak menyadari, bahwa pariwisata harus dikembangkan dan dikelola secara terkendali, terintegrasi dan berkesinambungan berdasarkan rencana yang matang. Dengan caraini maka pariwisata dapat member manfaat ekonomi yang berarti begi suatu Negara/daerah tanpa menimbulkan masalah lingkungan dan sosial yang serius. Merencanakan pengembangan pariwisata pada semua tingkat (nasional, regional, dan lokal) sangatlah penting untuk mencapai keberhasilan dalam pembangunan dan pengelolaan pariwisata. Salah satu cara untuk mewujudkan pengembangan yang berkesinambungan adalah melalui pendekatan perencanaan pelestarian lingkungan. Perencanaan yang berorientasi pada pelestarian lingkungan mempersyaratkan, bahwa segala sesuatu yang termasuk elemen lingkungan haruslah dengan teliti disurvey, dianalisa dan dipertimbangkan sebelum menentukan tipe tempat yang paling sesuai untuk dikembangkan.

2. Pelaksanaan

(56)

38

mengenai prosedur dan cara-cara pelaksanaan suatu rencana. Adapun unsur-unsur pokok pelaksanaan suatu rencana pengembangan pariwisata meliputi : Pengesahan rencana, pentahapan program, penerapan zonasi (Zoning), dan penerapan standar pengembangan.Untuk melaksanakan suatu rencana dengan efektif, diperlukan tekad dan dukungan politik yang kuat terhadap pengembangan pariwisata berdasarkan rencana yang telah disahkan disertai kepemimpinan yang berwibawa pada jajaran pemerintahan dan pihak swasta. Dalam kaitan ini penting sekali adanya kejelasan mengenai peran yang harus dimainkan oleh jajaran pemerintahan, pihak swasta dan badan usaha milik Negara/daerah.

3. Pengendalian

Pengendalian yang didalamnnya tercakup pengertian pemantauan dan pengawasan haruslah merupakan bagian integral dari rencana dan pelaksanaan pengembangan pariwisata.Dalam melakukan pengendalian itu berbagai hal perlu dipantau misalnya perkembangan pelaksanaan program, khususnya program kerja atau target tahunan, harus dipantau secara berkesinambungan.Jumlah kedatangan dan karakteristik wisatawan perlu dicatat untuk mengetahui apakah sasaran-sasaran (jumlah dan sumber wisatawan) dapat dicapai atau perlu diadakan revisi/penyesuaian.Bila diperlukan, survey khusus harus dilakukan untuk mengetahui tingkat kepuasan dan persepsi wisatawan terhadap produk-produk pariwisata yang dijual.Pengendalian yang efektif sangat diperlukan untuk pembangunan jangka panjang dan menjamin pengelolaan pariwisata yang berkesinambungan sepanjang masa.

(57)

pelestarian lingkungan, dengan memanfaatkan kekhasan, atau keunikan budaya lokal.

2.5UU No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya

Dalam undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya mendifinisikan Kawasan Cagar Budaya adalah Satuan Ruang geografis yang memiliki dua situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas. Dalam undang-undang yang sama pada pasal 13 Kawasan Cagar Budaya hanya dapat dimiliki dan/atau dikuasai oleh Negara, kecuali yang secara turun-temurun dimiliki oleh masyarakat hukum adat. Sedankan definisi Cagar Budaya menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya adalah Cagar Budaya merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting artinya sebagai pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfataan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

(58)

40

Yogyakarta, atau seperti di Kawasan Wisata Banten Lama yang didalamnya kondisi cagar budayanya berdekatan satu sama lain. Pada pasal selanjutnya dipertegas bahwa cagar budaya tidak dapat dimiliki oleh perseorangan hanya dapat dimiliki oleh negara atau keturunana, atau kaum adat setempat. Hal ini dilakukan mengingat cagar budaya begitu menarik perhatian wisatawan sehingga siapapun yang memilikinya akan merasa beruntung dan mendapatkan keuntungan, sehingga pasal 13 ini menjadi bermanfaat agar tidak sembarang orang memanfaatkan dan memperoleh keuntungan yang tidak seharusnya, pasal 13 ini juga memberikan perlindungan kepada cagar budaya itu sendiri agar tidak salah kelola. Lebih lanjut di bawah ini dijelaskan mengenai criteria Cagar Budaya dalam UU No.11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya .

Dalam Undang-undang Nomor. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya dijelaskan mengenai Kriteria Cagar Budaya pada BAB III pasal 5,6,7yaitu sebagai berikut:

1. Benda, Bangunan, Struktur 1) Berusia 50 tahun atau lebih;

2) Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 tahun;

3) Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan;dan

4) Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa; 2. Situs

(59)

2) Menyimpan informasi kegiatan manusia pada masa lalu. 3. Kawasan

1) Mengandung dua situs cagar budaya atau lebih yang letaknya berdekatan; 2) Berupa lanskap budaya hasil bentukan manusia berusia minimal 50 tahun; 3) Memiliki pola yang memperlihatkan fungsi ruang masa lalu, berusia paling

sedikit 50 tahun;

4) Memperlihatkan bukti pembentukan lanskap budaya;dan

5) Memiliki lapisan tanah terbenam yang mengandung bukti kegiatan manusia atau endapan fosil.

Dari penjelasan di atas bahwa undang-undang telah memberikan kriteria mengenai cagar budaya dengan lengkap dan terinci dengan catatan usia yaitu 50 tahun atau setengah abad. sehingga pengakuan-pengakuan bahwa suatu barang atau bangunan merupakan cagar budaya tidak sembarang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Tidak hanya sekedar pengertian, larangan, dan kriteria, dalam undang-undang inipun dijelaskan mengenai pengelolaan cagar budaya yang akan dijelaskan dibawah ini.

2.5.1 Pengelolaan Cagar Budaya

(60)

42

1. Pemerintah dan Pemerintah Daerah memfasilitasi pengelolaan Kawasan Cagar Budaya

2. Pengelolaan Kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan tidak bertentangan dengan kepentingan masyarakat terhadap Cagar Budaya dan kehidupan sosial.

3. Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh badan pengelola yang dibentuk oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat hukum adat.

4. Badan pengelola sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat terdiri atas unsur pemerintah dan/atau pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat. 5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan Cagar Budaya diatur dalam

Peraturan Pemerintah.

Penjelasan pengelolaan di atas dijelaskan dengan sangat jelas tertera bahwa pemerintah dan pemerintah daerah membentuk, memfasilitasi pengelolaan kawasan wisata dengan tidak bertentangan dengan kepentingan masyarakat. Dalam hal ini pengelolaan kawasan wisata dilakukan oleh pemerintah untuk kepentingan masyarakat bukan untuk kepentingan keuntungan pribadi. Dan dalam hal pengelolaan tidak juga bertentangan dalam kehidupan sosial. Selain itu pengelolaan kawasan cagar buday juga hal memperhatikan nilai sejarah sehingga perlu kehati-hatian dalam pengelolaannya.

2.5.2 Pengembangan Cagar Budaya

(61)

potensi nilai, Informasi, dan promosi cagar Budaya serta pemanfaatanya melalui penelitian, revitalisai dan Adaptasi secara berkelanjutan serta tidak bertentangan dengan tujuan pelestarian.

Penelitian

Dalam Undang-undang Nomor.11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya pada pasal 79 djelaskan mengenai pengembangan cagar budaya dengan cara penelitian. Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode yang sistematis untuk memperoleh informasi, data dan keterangan bagi kepentingan pelestarian Cagar Budaya, ilmu pengetahuan,dan pengembangan kebudayaan.Dan di bawah ini penjabaran tentang pasal 79.

1. Penelitian dilakukan pada setiap rencana pengembangan Cagar Budaya untuk menghimpun Informasi serta mengungkap, memperdalam, dan menjelaskan nilai-nilai budaya.

2. Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap Cagar Budaya melalui:

a. Penelitian dasar untuk pengembangan ilmu pengetahuan; dan

b. Penelitian terapan untuk pengembangan teknologi atau tujuan praktis yang bersifat aplikatif.

3. Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan sebagai bagian dari analisis mengenai dampak lingkungan atau berdiri sendiri. 4. Proses dan hasil penelitian cagar budaya sebagaimana di maksud pada ayat

(62)

44

5. Pemerintah atau pemerintah daerah, atau penyelenggara penelitian menginformasikan dan mempublikasikan hasil penelitian kepada masyarakat.

Revitalisasi

Undang-undang Nomor. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya mendifinisikan revitalisasi adalah kegiatan pengembangan yang ditujukan untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai penting Cagar Budaya dengan penyesuaian fungsi ruang baru yang tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian dan nilai budaya masyarakat. Lebih jelasnya ada di pasal 80, 81, 82 yang dirinci sebagai berikut:

1. Revitalisasi potensi situs Cagar Budaya atau Kawasan Cagar Budaya memperhatikan tata ruang, tata letak, fungsi sosial, dan/atau lanskap budaya asli berdasarkan kajian(Pasal 80).

2. Revitalisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menata kembali fungsi ruang, nilai budaya, dan penguatan Informasi tentang Cagar Budaya (Pasal 80).

3. Setiap orang dilarang mengubah fungsi ruang situs Cagar Budaya dan/atau Kawasan Cagar Budaya peringkat nasional, peringkat provinsi, atau peringkat kabupaten/kota, baik seluruh maupun bagian-bagiannya, kecuali dengan izin menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan tingkattannya (Pasal 81).

(63)

5. Revitalisasi Cagar Budaya harus member manfaat untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mempertahankan cirri budaya lokal (pasal 82).

Adaptasi

Adaptasi adalah upaya pengembangan cagar budaya untuk kegiatan yang lebih sesuai dengan kebutuhan masa kini dengan melakukan perubahan terbatas yang tidak akan mengakibatkan kemerosotan nilai pentingnya atau kerusakan pada bagian yang mempunyai nilai penting. Pengertian diatas merupakan pengertian adaptasi dalam Undang-undang Nomor.11 Tahun 2010 tentang cagar budaya. Selanjutnya dibawah ini adalah penjelasan perpasal mengenai adaptasi: 1. Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya dapat dilakukan

adaptasi untuk memenuhi kebutuhan masa kini dengan tetap mempertahankan:

a. Ciri asli dan/atau muka bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya; dan/atau.

b. Ciri asli Lanskap budaya dan/atau permukaan tanah situs Cagar Budaya atau kawasan cagar budaya sebelum dilakukan adaptasi (Pasal 83 ayat 1).

2. Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan: a. Mempertahankan nilai-nili yang melekat pada cagar budaya; b. Menambah fasilitas sesuai dengan kebutuhan;

(64)

46

d. Mempertahankan gaya arsitektur, konstruksi asli, dan keharmonisan estetika lingkungan di sekitarnya (Pasal 83 ayat 2).

2.6Penelitian Terdahulu

Untuk bahan pertimbangan dalam penelitian ini, dicantumkan hasil penelitian terdahulu yang pernah penulis baca. Penelitian terdahulu ini bermanfaat dalam mengolah atau memecahkan masalah yang timbul dalam implementasi rencana strategis pengembangan dan pelestarian destinasi wisata cagar budaya Banten Lama. Walaupun lokusnya dan masalahnya tidak sama persis tapi sangat membantu peneliti menemukan sumber-sumber pemecahan masalah yang ada di Kawasan Wisata Banten Lama. Di bawah ini adalah hasil penelitian yang peneliti baca:

Penelitian yang pertama yaitu penelitian yang dilakukan oleh P Bagus Baruna, Universitas Diponegoro, 2012 dengan judul implementasi kebijakan pengembangan kawasan kota lama sebagai tujuan wisata Kota Semarang dalam penelitiannya peneliti menjelaskan program-program untuk Kawasan Kota lama yang disediakan oleh Kota Semarang.

(65)

Objek dan Strategi Pengembangan; 2) Pengembangan obyek Wisata berbasis Masyarakat; 3) Konsep Zonasi.

Penelitian selanjutnya adalah dari Sriyanti, M. Ruslin Anwar, dan Antariksa tahun 2012 dengan judul Pengembangan Kawasan Wisata Balekambang Kabupaten Malang. Dalam penelitiannya peneliti menggunakan konsep pengembangan Rapid Growth strategy dengan prioritas pengembangan pada penambahan jenis atraksi budaya, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga kualitas lingkungan, meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana prasarana pendukung pariwisata, memanfaatkan jaringan jalan JLS (Jalur Lintas Selatan) dan letak kawasan wisata balekambang yang berdekatan dengan objek wisata lain serta pendidikan dan pelatihan SDM.

Penelitian lain yaitu oleh Dea Martha, Tri Yuniningsih, Titik Djumiarti 2012 dengan judul Strategi Pengembangan Situs Purbakala Patiayam Sebagai Aset Pariwisata Kabupaten Kudus, penelitian ini menggunakan analisis lingkungan dengan mencari faktor eksternal dan internal yang berkaitan dengan situs pati ayam lalu dari analisis tersebut ditemukan faktor penghambat dan pendukung dalam pengembangan situs patiayam. Lalu dengan mengidentifikasi isu strategis lalu mengevaluasinya mereka mendapatkan dua isu yang paling strategis dalam pengembangan situ patiayam yaitu kerjasama dengan pihak investor dan peningkatan kualitas dan variasi fasilitas pada objek wisata, dari isu tersebut di buat program-program strategi.

(66)

48

Destinasi Wisata Kawasan Banten Lama, Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dan menganalisis dengan teori Tourism Opportunity Spectrum menurut Pitana dan Diarta 2009.

Adapun penelitian-penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti tidak jauh berbeda dengan penelitan sebelumnya yaitu untuk mengetahui proses implementasi rencana strategi dalam pengembangan destinasi pariwisata khususnya Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan berfokus pada proses implementasi strategi dalam pengembangan dan pelestarian destinasi wisata cagar budaya Banten Lama. Dan menganalisisnya menggunakan teori implementasi menurut Fred R David (2004)

2.7 Kerangka Berpikir

Pengembangan Kawasan Wisata khususnya dalam hal ini kawasan Cagar Budaya sangat penting, karena pada dasarnya dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya mengatakan bahwa kawasan cagar budaya dikembangkan untuk kemakmuran dan kesejahteraan mayarakat disekitrnya. Selain itu dilihat dari antusias masyarakat baik Domestik maupun mancanegara yang tertarik akan kawasan budaya, menjadikan kawasan cagar budaya menjadi objek wisata yang memiliki potensi meningkatkan pendapatan daerah.

(67)

Kerajaan Islam Banten terlengkap di Indonesia yang mana bila dikembangkan dan dikelola dengan baik tentu akan banyak menguntungkan berbagai pihak.

Namun Kenyataannya dilapangan Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama, belum optimal dalam pengembangan destinasi selain itu juga masalah lainya yaitu lemahnya Kelembagaan kepariwisataan di Provinsi Banten. lemahnya kelembagaan kepariwisataan di Provinsi Banten seperti BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) serang, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten dan Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota Serang, Museum Negeri Banten, Museum Kepurbakalaan Banten Lama terlihat dari cara mereka berkoordinasi, Belum Optimalnya Pemberdayaan masyarakat di destinasi Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama, kurangnya sinergi antara pemerintah atau lembaga kepariwisataan milik pemerintah dengan pihak terkait seperti pengelola parkir, kenadziran,dan pihak masyarakat, Strategi yang belum berjalan dan kurang tepat dalam pengembangan dan penataan Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama. Oleh karena itu Implementasi Rencana Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata Cagar Budaya di Kawasan Wisata Banten Lama sebaiknya memperhatikan apek-aspek yang perlu diperhatikan dalam Perencanaan Strategis menurut Fred R David 2004 yaitu Visi/misi, analisis eksternal, analisis internal, tujuan sasaran jangka panjang, strategi, sasaran tahunan, kebijakan.

Gambar

Tabel 1.1 Kontribusi Pariwisata dalam perolehan devisa Tahun 2011-2012
Tabel 1.2
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Tahun 2011Tabel 1.3
Tabel 1.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tablodan da görüleceği gibi birincil enerji tüketimi açısından Toprak kaynaklı ısı pompası sistemi %45 daha verimlidir. Isı Üreticisi

Penggunaan yang tercantum dalam Lembaran Data Keselamatan Bahan ini tidak mewakili kesepakatan pada kualitas bahan /. campuran atau penggunaan yang tercantum sesuai

Dengan perkataan lain, studi kasus merupakan penelitian dimana peneliti menggali suatu fenomena tertentu (kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan (program, event, proses,

Untuk kondisi minimum phase, seperti yang terlihat pada gambar 12 dan 13, kedua kontroler baik MPC maupun PI, terlihat mampu mengikuti referensi yang diharapkan,

utilisasi sarana = lamanya sarana (lok, kereta, krl, krd) beroperasi selama kereta api dioperasikan mulai dari titik awal di stasiun sampai kembali lagi di titik

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan terlihat bahwa penerapan strategi pembelajaran aktif tipe The Power Of Two pada materi kepadatan populasi

(2014) diperoleh 56 Responden yang terdiri dari 28 orang ibu post partum dengan persalinan normal dan 28 orang ibu post sectio caesarea, didapatkan hasil bahwa dari 28 orang ibu

menunjukkan terdapat infeksi salmonella serogroup D walau tidak secara spesifik menunjuk pada S.typhi. infeksi oleh S.paratyphi akan memberikan hasil negative. 2 Secara