• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Lingkungan Industri

TAS Strategi 2

V. ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN

5.4. Analisis Lingkungan Eksternal

5.4.2. Analisis Lingkungan Industri

Menurut Porter (1997), kekuatan industri bergantung kepada lima faktor yaitu ancaman terhadap kekuatan tawar menawar pemasok, kekuatan tawar menawar pembeli, ancaman terhadap produk substitusi, masuknya pendatang baru, dan intensitas persaingan anggota industri.

5.4.2.1. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok

Perusahaan tidak mempunyai pemasok yang tetap, mereka membeli seafood segar secara bebas di Pelelangan Muara Angke. Namun sebelumnya perusahaan pernah memiliki pemasok seafood yang lokasinya di Indramayu.

Dalam pemesanan barang, pemasok menentukan harga terlebih dahulu sebelum diantar ke perusahaan. Jika harga telah disepakati, pemasok mengantar seafood-seafood tersebut sesuai dengan pesanan, namun belum tentu semua seafood-seafood akan dibeli perusahaan, seafood-seafood tersebut akan dipilih dan dicek ulang.

Hanya berjalan dua bulan, perusahaan tidak lagi bekerja sama dengan pemasok tersebut karena harga dari pemasok tidak bersaing di pasar (terlalu mahal dibandingkan harga di Muara Angke), selain itu pemasok sering kali tidak memenuhi semua jenis item yang diinginkan perusahaan. Perusahaan akhirnya memilih untuk belanja secara bebas di Pelelangan Muara Angke, selain harga kompetitif dan item yang komplit, perusahaan juga dapat mempekerjakan karyawan untuk tim belanja, sesuai dengan misi perusahaan untuk mengurangi pengangguran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh pemasok dalam usaha ini.

5.4.2.2. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli

Pembeli adalah raja bagi perusahaan Esther seafood, sehingga pelayanan yang terbaik selalu mereka berikan. Seperti pelanggan supermarket yang merupakan pelanggan utama perusahaan, service level yang baik selalu diusahakan agar tidak mengecewakan pelanggan.

Seafood yang dipasok oleh perusahaan Esther seafood selama ini berdasarkan pesanan, sehingga barangnya langsung diantar kepada pelanggan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Kekhawatiran terhadap kekuatan pembeli tidak terlalu mengancam keberadaan perusahaan karena pembeli mengikuti harga yang ditetapkan oleh perusahaan.

5.4.2.3. Produk Substitusi

Keberadaan produk substitusi ini akan membatasi potensi suatu perusahaan. Jika perusahaan tidak mampu meningkatkan daya saing maka laba dan pertumbuhan perusahaan dapat terancam. Produk substitusi ditentukan oleh banyaknya jumlah produk yang memiliki fungsi yang sama dengan produk perusahaan yang dapat mempengaruhi eksistensinya di pasar.

Daging dan ayam adalah produk substitusi dari ikan secara umum yang ada di pasar, karena memiliki fungsi yang sama dengan ikan yaitu sebagai sumber protein dan zat gizi lainnya bagi tubuh manusia. Seperti halnya ikan, ayam dan daging adalah lauk yang disantap saat makan nasi, khususnya bagi orang Indonesia, sehingga sudah menjadi makanan pokok. Produk substitusi ini harganya tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan produk perusahaan.

Perusahaan tidak menganggap daging dan ayam sebagai produk yang dapat mengancam keberadaan ikan laut di pasar, karena sudah menjadi konsumsi umum bahwa gizi yang dikandung ikan lebih baik dari pada gizi yang dikandung daging dan ayam. Apalagi dengan beredarnya isu tentang penyakit-penyakit hewan seperti flu burung, anthraks, dan sapi gila. Hal inilah yang menyebabkan perusahaan tetap yakin bahwa seafood adalah komoditi yang akan diminati banyak orang dengan semakin berjalannya waktu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seafood tidak memiliki ancaman dari produk substitusinya.

5.4.2.4. Ancaman Pendatang Baru

Masuknya perusahaan pendatang baru dalam suatu industri akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang ada, antara lain perebutan pangsa pasar, perebutan sumber daya produksi, dan peningkatan kapasitas.

Ancaman pendatang baru sangat bergantung pada hambatan yang mungkin ada untuk memasuki industri. Beberapa hambatan dalam memasuki industri ini antara lain skala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, keunggulan biaya, akses saluran distribusi, dan peraturan pemerintah.

Jika dilihat dari skala ekonomis, menurut perusahaan Esther seafood termasuk besar, nilainya bisa mencapai puluhan juta bahkan lebih. Berbeda dengan bisnis sayur misalnya, mungkin pengusaha sayur hanya membutuhkan kurang dari satu juta rupiah untuk mendapatkan sayur yang bisa memuat dua pick up (mobil pengangkut sayur). Untuk skala ekonomis yang besar tentunya juga membutuhkan modal yang relatif besar, bisa puluhan juta bahkan lebih karena harga ikan yang relatif mahal dan memmbutuhkan penanganan yang mengeluarkan biaya yang tidak sedikit misalnya mobil box es, kulkas besar, dan pemberian es yang kontinyu. Esther seafood sendiri mengeluarkan biaya sekitar Rp. 1.000.000 per harinya untuk es dan bensin atau sekitar 30 jutaan per bulan (biaya operasional), sementara untuk biaya tetap, perusahaan mengeluarkan biaya sekitar Rp. 35.000.000 per bulan untuk gaji karyawan.

Bagi pendatang baru tidak mudah dalam mengakses saluran distribusi atau saluran pemasaran dalam bisnis ini. Saat ini sudah banyak sekali bisnis yang sama dengan Esther seafood, artinya jika pendatang baru ingin mudah dalam memasuki pasar maka sebaiknya komoditi yang akan diusahakan berbeda dengan yang lain. Mungkin komoditi yang belum ada di pasar yang ingin dimasuki dengan cara mengimpor atau mencari komoditi yang langka. Misalnya untuk bisnis ikan, mungkin sebaiknya pendatang baru tersebut mencari ikan-ikan dari luar Indonesia

karena ikan-ikan lokal sudah penuh di pasar. Berdasarkan penjelasan di atas jelas bahwa pendatang baru tidak menjadi ancaman bagi perusahaan Esther seafood.

5.4.2.5. Para Pesaing dalam Industri

Persaingan yang terjadi dalam industri pemasaran seafood segar ini sangat kompetitif. Sebagai perusahaan pemasar seafood, perusahaan Esther seafood juga memiliki banyak perusahaan yang bergerak di bidang yang sama di Jakarta dan Jawa Barat. Sebenarnya di Kota Bogor tidak begitu banyak pesaing perusahaan ini namun di wilayah lain se-Jabodetabek terdapat banyak pesaing Esther seafood dan hal ini tentunya menjadi sebuah ancaman bagi usaha yang dijalankan.

Seperti dijelaskan pada Bab 1 bahwa perusahaan Esther Seafood memiliki beberapa pesaing usaha sejenis di Jakarta dan Jawa Barat seperti Banyuasin Seafood Chain, CV. PMP Indonesia, PT. Era Mandiri Cemerlang, Vanda Seafood, Indah Seafood, Mutiara Seafood, AMJ, dan UD Jamaluddin.