• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal

Dalam dokumen Lampiran 1 Pedoman Wawancara (Halaman 130-154)

BAB IV RENCANA STRATEGIS DAN RENCANA

ANALISIS DAN PROGRAM STRATEGI

3.2 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal

Data hasil analisis lingkungan internal dan eksternal ditinjau dari tujuh unsur marketing mix pada STT Tawangmangu akan diuraikan dari kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunities), dan ancaman (threats).

3.2.1 Kekuatan (Strength)

1. Tingkat serapan lulusan kampus cukup tinggi

Hasil wawancara dan forum group discussion (FGD) yang pertama menunjukkan bahwa permintaan tenaga kerja dari gereja dan lembaga lainnya cukup tinggi di STT Tawangmangu. Sehingga, lulusan dari STT Tawangmangu memiliki peluang yang besar untuk mendapatkan pekerjaan dengan cepat. Waktu tunggu mencari pekerjaan sekurang-kurangnya 6-12 bulan. Data tracer study yang dibagikan kepada lulusan 3 tahun terakhir menunjukkan bahwa tidak ada lulusan yang menganggur. Sebagian lulusan juga melanjutkan pendidikan ke jenjang magister.

STT Tawangmangu dinilai cukup aktif terlibat dengan kegiatan berskala nasional seperti dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan berbasis seni dan budaya; Pentas Budaya Indonesia dengan penampilan tarian budaya, kegiatan Clinic and Music Performance tahun 2017, dan pernah berpartisipasi dalam Bekraf Habibie Festival dengan meluncurkan batik Gatot Kaca dan membulikasikannya dalam buku pada tahun 2018.

131

Keunggulan STT Tawangmangu juga dapat dilihat dari jurnal Fidei yang telah ter-index Garuda (Garba Rujukan Digital), Crossref, Google Scholar, Dimensions, dan SINTA (Science and Technology Index). STT Tawangmangu juga menjadi salah satu Sekolah Tinggi Teologi di Jawa Tengah yang memperoleh akreditasi BAN-PT.

2. Pembiayaan pendidikan terbilang murah

Pembiayaan di STT Tawangmangu dapat dikategorikan sebagai kampus yang murah jika dibandingkan dengan kompetitor lainnya di Jawa Tengah. Biaya yang dipatok STT Tawangmangu cukup murah dengan Rp40.000-, per SKS. Selama ini orang tua dan para sponsor mahasiswa belum pernah menyampaikan keberatan tentang rincian biaya pendidikan. Pembiayaan yang terjangkau ini juga didasari dengan pertimbangan latar belakang mahasiswa yang sebagian berasal dari kalangan tidak mampu.

Sistem transparansi pembiayaan di STT Tawangmangu juga menambah kepercayaan bagi pengguna jasa. Biro Administrasi Umum dan Keuangan (BAUK) secara rutin mengirimkan laporan pembayaran dan surat ucapan terima kasih kepada orang tua, serta secara khusus mengirimkan laporan tambahan kepada para donatur tentang bagaimana pengelolaan donasi yang telah diberikan. Hal ini selalu ditanggapi dengan positif dari mereka.

3. Adanya aksesbilitas dan kondusifitas pada lokasi kampus

Lokasi STT Tawangmangu terletak di Kelurahan Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Tawangmangu berada pada daerah pegunungan tepatnya di lereng Gunung Lawu yang

132

subur dan dikelilingi oleh hutan dan perbukitan sehingga memiliki udara yang dingin. Selain itu, Tawangmangu terkenal sebagai kawasan wisata dengan berbagai sarana pendukung wisata seperti penginapan.

Kondisi kampus dengan udara yang sejuk dan memiliki keindahan alam di sekitarnya serta jumlah penduduk 4416 jiwa menjadikan hal ini sebagai kekuatan dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif karena jauh dari keramaian, kebisingan, dan polusi udara dari berbagai kendaraan. Jarak menuju pusat pemerintahan Kecamatan Tawangmangu kurang lebih 1,9 km dengan kondisi jalan beraspal sehingga mudah diakses.

4. Adanya jejaring dalam dan luar negeri untuk melakukan promosi STT Tawangmangu memiliki jejaring yang cukup kuat di dalam maupun di luar negeri. Hal ini mendukung promosi kampus untuk dapat dilakukan hingga ke mancanegara. Jejaring ini didapatkan dari hasil kerja sama dengan beberapa gereja dan organisasi non pemerintah seperti dalam bentuk pelayanan khotbah dan pelayanan sosial lainnya.

Selain itu, pembina yayasan secara rutin membagikan newsletter tentang kegiatan-kegiatan kampus terkini kepada rekan atau organisasi di luar negeri.

STT Tawangmangu memiliki akun resmi seperti situs web, instagram, facebook, dan grup whatsapp. Akun-akun ini bertujuan untuk memberi informasi seputar profil dan kegiatan kampus sekaligus menjadi sarana promosi untuk memperkenalkan kampus. Pengelolaan promosi kampus di media sosial ini meningkatkan engagement atau tingkat interaksi akun virtual kampus untuk menarik para pelanggan.

133

Program promosi secara rutin dilaksanakan oleh STT Tawangmangu pada saat menjelang PMB. Jenis kegiatan yang ada antara lain permintaan ke lembaga yang bermitra contohnya gereja untuk memasang poster dan mendistribusikan brosur tentang PMB. Kampus juga meminta kepada setiap mahasiswa aktif untuk berpartisipasi dalam kegiatan promosi tersebut. Selain itu, STT Tawangmangu juga memiliki program baru yang diberi nama mission trip. Program ini telah berjalan setahun dan dianggap efektif dalam meningkatkan jumlah calon mahasiswa baru.

5. Adanya program peningkatan kualifikasi SDM

STT Tawangmangu memiliki program lanjut belajar yang secara khusus diberikan kepada tenaga pendidik dan tenaga kependidikan untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi atau sesuai dengan bidang ahli yang dibutuhkan. Program ini merupakan beasiswa penuh yang diberikan oleh yayasan kepada dosen tetap dan staf kampus. Program ini juga bertujuan untuk meningkatkan loyalitas, profesionalisme, dan kompetensi SDM sehingga hal ini juga diharapkan akan berpengaruh dalam peningkatan mutu institusi.

6. Tersedianya sarana dan prasana untuk menunjang proses pembelajaran

Sarana dan prasarana yang disediakan STT Tawangmangu cukup memadai. Hal ini ditandai dengan kelas yang representatif, ruang perpustakaan, dan aula yang memadai. STT Tawangmangu juga menyediakan bangunan asrama pria dan wanita yang terpisah. Kekuatan lain dari unsur physical evidence di STT Tawangmangu tersedianya

134

tempat tinggal bagi dosen dan staf khususnya mereka yang harus menempuh jarak cukup jauh untuk sampai ke kampus. Desain interior dan eksterior setiap bangunan terlihat klasik, bersih, dan rapi.

7. Adanya kegiatan yang fokus pada proses pembentukan karakter dan akademik

STT Tawangmangu pada dasarnya mengutamakan pendidikan secara holistik yang dapat membentuk karakter mahasiswa, namun tidak menyingkirkan kebutuhan akademis. Maka dari itu, terhitung dari tahun akademik 2021/2022 dimulai, kegiatan Pembimbingan Akademik (PA) dikembangkan menjadi kegiatan rutin setiap minggu yang dimanfaatkan menjadi program pembimbingan akademik sekaligus pembinaan karakter. Program ini diharapkan dapat membantu mahasiswa mengatasi kesulitan belajar dan juga mengatasi kelemahan-kelemahan karakter mereka.

3.2.2 Kelemahan (Weakness)

1. Belum optimalnya kompetensi lulusan yang dibutuhkan di pasar Daya serap lulusan STT Tawangmangu secara kuantitas memang cukup unggul. Akan tetapi, dari segi kualitas STT Tawangmangu perlu mempertimbangkan bagaimana meningkatkan kompetensi dalam bentuk hard skill dan soft skill yang saat ini dibutuhkan dalam pasar. Menurut hasil wawancara, sebagian besar lulusan tiga tahun terakhir tidak menempati posisi yang strategis di gereja atau lembaga lainnya. Hal ini juga diperkuat dari tinjauan hasil tracer study yang didistribusikan kepada lulusan.

135

Gaya kampus yang ketat dan kaku juga menjadi kelemahan dari STT Tawangmangu. Resistensi terhadap perbedaan dan kebaruan akan ilmu pengetahuan juga mempengaruhi kampus ini sulit untuk berkembang. Dualisme antara agama dan duniawi tidak dapat dipungkiri masih terindoktrinasi pada beberapa pemimpin sehingga secara tidak langsung menciptakan eksklusivisme. Padahal seharusnya seorang akademisi dapat terbuka dan menampung segala bentuk informasi sebagai referensi wawasan mereka.

Program kelas pilihan yang dilaksanakan setiap minggu sebenarnya dapat mendukung kreativitas mahasiswa. Akan tetapi, kelas ini tidak dikelola dengan serius misalkan tidak adanya pembicaraan khusus tentang perencanaan dan pelaksanaan kelas ini. Variasi kelas pilihan direalisasikan hanya karena melaksanakan apa yang sudah menjadi tradisi di STT Tawangmangu.

2. Dana operasional kampus sangat bergantung pada donatur

Faktor yang menyebabkan STT Tawangmangu mengalami kesulitan dalam pembiayan yaitu tidak adanya sumber dana mandiri.

Selama ini STT Tawangmangu hanya mengandalkan sumber dana dari pendidikan mahasiswa dan para donatur tetap. Walaupun STT Tawangmangu memiliki donatur tetap, namun jumlah bantuan yang diberikan secara sukarela dengan kata lain nominalnya tidak selalu sama.

Sementara itu, badan penyelenggara YBPI yang seharusnya menjadi sumber utama dinilai belum cukup siap dan stabil untuk menyediakan anggaran biaya yang dibutuhkan oleh lembaga.

136

3. Lokasi secara geografis cukup jauh dan adanya keterbatasan lahan Kelemahan lain dari STT Tawangmangu terletak pada aspek jarak kampus yang cukup jauh dari Kota Surakarta sebagai pusat kegiatan masyarakat perkotaan. Kecamatan Tawangmangu berjarak sekitar 39,1 km dari Surakarta dengan waktu tempuh sekitar 1 jam 30 menit. Kondisi ini juga menyulitkan STT Tawangmangu bersaing dengan keberadaan lima STT lainnya yang berada di pusat kota dengan nilai akreditasi sama.

Keterbatasan lahan juga menjadi kelemahan dari STT Tawangmangu. Berdasarkan laporan dari ketua prodi PAK bahwa kekurangan kelas menyebabkan terhambatnya proses belajar mengajar.

Kondisi ini juga disebabkan oleh pendirian bangunan Institusi Teknologi dan Bisnis Kristen Bukit Pengharapan (ITBK BP) di wilayah yang sama.

ITBK BP merupakan PTS yang berdiri sejak tahun 2019 dan berada di bawah penyelenggaran yang sama dengan STT Tawangmangu. Maka dari itu, yayasan perlu segera melakukan pembelian lahan untuk pemenuhan kekurangan ruangan-ruangan di kedua lembaga ini.

4. Kurangnya memanfaatkan dan menciptakan momen promosi karena keterbatasan waktu, kompetensi, dan anggaran

Kegiatan promosi di STT Tawangmangu belum berjalan dengan optimal berdasarkan hasil FGD yang pertama. Momen-momen promosi tampaknya tidak dapat dimanfaatkan dengan cukup baik. Kondisi ini dipengaruhi karena ketidakhadiran SDM secara khusus yang fokus mengelola sarana promosi di kampus. Padahal di era dewasa ini, masyarakat begitu memanfaatkan media daring sebagai sumber informasi. Sebagian besar perusahaan dan lembaga tidak heran apabila

137

saat ini semakin bersaing dalam meningkatkan engagement akun-akun virtual mereka

Kegiatan promosi STT Tawangmangu hanya dilakukan ketika menjelang PMB. Waktu promosi seperti ini jelas kurang efisien dan efektif karena seharusnya STT Tawangmangu merancang sebuah kalender editorial oleh tenaga khusus. Kegiatan dan informasi yang penting perlu untuk didokumentasi dan dipublikasi dalam meningkatkan keaktifan akun resmi yang berbasis online dan memudahkan calon pengguna jasa mendapatkan informasi tentang kampus. Selain itu, beberapa kegiatan eksternal dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan eksposur.

5. Peran yayasan belum siginifikan dalam penyelenggaraan dan pengelolaan perguruan tinggi

Keterbatasan dari pihak yayasan dalam dalam penyelenggaraan di STT Tawangmangu menjadikan ini sebagai kelemahan. Strukturisasi dalam yayasan menunjukkan kurangnya kompetensi para pengurus di bidang manajemen untuk mengelola sebuah perguruan tinggi. Hal ini dapat ditinjau dari riwayat pendidikan dan absennya pembuatan dokumen-dokumen penting dari pihak yayasan. Selain itu, nuansa kepemimpinan otokratis masih cukup kental yang di mana kebijakan dan keputusan masih terkonsentrasi pada pemimpin. Gaya kepemimpinan seperti ini memang cocok untuk beberapa kondisi tetapi juga memiliki kelemahan terhadap aspek fleksibilitas dan kreatifitas dari para bawahan.

Antusiasme dan simpati dari yayasan memang tampak menonjol.

Hal ini dibuktikan dengan sikap responsif dari ketua yayasan untuk melakukan pertemuan rutin atau situasional apabila memerlukan

138

keputusan yang mendesak. Akan tetapi, program-program jangka panjang tetap harus dipikirkan. Hal ini diperoleh dengan adanya tata kelola perguruan tinggi yang menjadi esensial untuk melaksanakan pengelolaan PTS oleh badan penyelenggaraan sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014. Badan penyelenggara STT Tawangmangu juga belum menghadirkan tenaga ahli di bidang perpustakaan dan bidang teknologi dan digital.

6. Jumlah dan kesesuaian ruangan serta fasilitas kampus belum mencapai standar peraturan pemerintah

Kelemahan mengenai sarana dan prasarana (sarpras) di STT Tawangmangu ditunjukkan dengan kekurangan jumlah ruangan kelas untuk prodi PAK, kantor untuk beberapa unit, dan kamar-kamar di asrama. Selian itu, ruang dan layanan perpustakaan diketahui tidak sesuai dengan standar nasional perpustakaan perguruan tinggi yang tertuang dalam Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2017. Demikian juga dengan fasilitas-fasilitas yang belum dimiliki oleh STT Tawangmangu seperti ketersediaan layanan kesehatan dan mahasiswa. Fasilitas olahraga dan kesenian yang tersedia juga dinilai masih terbatas.

7. Proses pembelajaran belum terlaksana dengan efektif

Proses pembalajaran di STT Tawangmangu masih belum berjalan secara efektif. Proses pembelajaran sering terhambat dengan jaringan internet mahasiswa mengalami gangguan dan lamban. Kapasitas internet yang didapatkan hanya sebesar 5 megabita per mahasiswa. Hal ini

139

semakin menyulitkan ketika masa pandemi terjadi. Internet merupakan komponen paling dibutuhkan untuk melakukan pembelajaran jarak jauh.

Faktor lainnya yang dianggap sebagai kendala dalam proses pembelajaran yaitu sistem blok masih dilakukan. Beberapa dosen yang tinggal cukup jauh memilih untuk block scheduling sebagai antisipasi masalah tentang jarak tempat tinggal yang jauh. Akan tetapi, berdasarkan hasil evaluasi akademik diketahui bahwa sistem ini membuat kualitas pembelajaran menurun karena tidak sesuai dengan waktu ideal belajar.

Sistem ini juga sering kali menganggu jadwal kegiatan kampus lainnya.

Kesiapan dosen sebagai tenaga pendidik perlu ditingkatkan.

Selama ini prodi menyiapkan Rencana Pembelajaran Semester (RPS) untuk perkuliahan karena mempertimbangkan segi kepraktisan. Akan tetapi peran dosen dalam pengembangan RPS tidak begitu signifikan.

Dosen seharusnya terlibat aktif dalam penyusunan RPS dengan tujuan agar setiap dosen melakukan proses pembelajaran secara lebih bertanggungjawab untuk mencapai standar proses pembelajaran sebagaimana telah diamanatkan dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP).

3.2.3 Peluang (Opportunities)

1. Penyelenggaraan kelas bagi mahasiswa yang sudah bekerja (tidak berasrama)

STT Tawangmangu selama ini menerapkan sistem asrama bagi seluruh mahasiswa. Peraturan ini telah ada sejak STT Tawangmangu didirikan mengingat dasar dari visi lembaga terletak pada aspek pembentukan karakter. Pelaksanaan kelas non asrama pernah dijalankan selama 5 tahun bagi mahasiswa yang telah menikah atau bekerja.

140

Program yang dinamakan kelas non reguler ini terhenti karena faktor administrasi dan SDM yang belum siap pada saat itu. Akan tetapi, permintaan dibukanya kelas non reguler ini kembali muncul setelah beberapa mahasiswa yang lulus melalui program ini telah terbantu untuk mengikuti pendidikan tanpa harus mengikuti sistem keasramaan.

Program ini juga dapat dimanfaatkan bagi mereka yang berada di luar kecamatan Tawangmangu untuk mengikuti perkuliahan jarak jauh.

2. Adanya dukungan donatur secara rutin

Komitmen para donatur selama ini sangat bermanfaat dalam pembiayaan di STT Tawangmangu. Setiap tahunnya, STT Tawangmangu menerima lebih banyak calon mahasiswa yang mengajukan beasiswa kampus daripada mereka yang memilih dengan tanggungan mandiri. Mereka yang mengajukan beasiswa berasal dari latar belakang ekonomi yang tidak mampu. Dengan adanya donatur yang secara rutin memberikan sumbangan dapat mendukung mereka yang kesulitan secara ekonomi untuk meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi.

3. Lokasi kampus yang berada di area wisata dengan tingginya minat pengunjung

STT Tawangmangu secara geografis terletak di area wisata yang di mana tingkat pengunjung cukup tinggi. Wisata yang paling terkenal adalah air terjun Grojokan Sewu yang berjarak sekitar 500 m dari STT Tawangmangu. Setiap menjelang akhir pekan wisatawan lokal berdatangan dan memadatkan wilayah ini. Tawangmangu juga menjadi pilihan bagi para pengusaha untuk membangun berbagai penginapan

141

hingga restoran dengan menawarkan pemandangan yang dikelilingi hutan dan perbukitan.

Pemerintah juga terus mendukung dalam memelihara jalur transportasi dan membangun jalan aspal hingga ke area pelosok. Selain pembangunan jalan, pemerintah juga telah melakukan rebuilding pasar Tawangmangu yang tadinya hanya berskala pasar tradisional menjadi pasar wisata sehingga diharapkan tingkat kunjungan para wisatawan semakin tinggi. Dengan lokasi geografis dan dukungan pemerintah tersebut diharapkan menjadi peluang untuk meningkatkan rekognisi masyarakat dan wisatawan terhadap keberadaan STT Tawangmangu.

4. Kegiatan-kegiatan LPPM mendukung eksposur lembaga

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) membuka peluang kampus mendapatkan eksposur secara tidak langsung. Kerja sama LPPM dan Kampung Batik Manding Siberkrasi (KBMS) Wonogiri telah berlangsung selama lima tahun dalam pelatihan membatik sebagai upaya peningkatan ekonomi masyarakat Kelompok Wanita (KW) Makmur di Desa Tepus. Kegiatan ini telah diliput oleh berbagai media berita online antara lain www.timesindonesia.co.id, www.matahatinews.com, www.

krjogja.com, dan CNN Indonesia dengan mencatumkan LPPM STT Tawangmangu.

Kegiatan yang belum dilaksanakan STT Tawangmangu dan dapat menjadi peluang yaitu kegiatan sosialisasi ke Sekolah Menengah Teologi Kristen (SMTK) dan yayasan-yayasan Kristen di area Jawa Tengah. Kegiatan ini pernah direncanakan namun belum terealisasi karena munculnya pandemi COVID-19. Kegiatan mission trip ke

142

daerah-daerah di luar Jawa yang telah terprogram sejak tahun lalu juga diyakini akan meningkatkan jumlah mahasiswa.

5. Dosen dan staf terlibat dalam pengelola dan keanggotaan dalam asosisasi teologi nasional

Keterlibatan dosen tetap sebagai pengelola jurnal di lembaga lain dan partisipasi secara intensif untuk menulis di berbagai jurnal menjadikan ini sebagai peluang. Keanggotaan beberapa staf dan dosen dalam Perhimpunan Sekolah-sekolah Teologi di Indonesia (PERSETIA) dan Griya Konseling juga menambah peluang dalam kerja sama antar lembaga dan organisasi.

6. Sikap pemerintah yang responsif terhadap urusan pertanahan di STT Tawangmangu

Hubungan STT Tawangmangu dengan pihak pemerintah setempat terjalin dengan baik. Keterlibatan STT Tawangmangu dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan sampai pada skala kabupaten menunjukkan kepercayaan publik terhadap kampus. STT Tawangmangu beberapa kali menjadi perwakilan dari Kabupaten Karanganyar pada kegiatan karnaval yang diadakan setiap tahun dalam memperingati hari kemerdekaan.

Pemerintah juga cukup memudahkan dalam urusan proses pemindahan status tanah dari Hak Guna Bangunan (HGB) menjadi Sertifikat Hak Milik (SHM).

7. Pemanfaatan IPTEK dalam akses bahan kuliah

Perkembangan era saat ini yang mengandalkan IPTEK dapat dimanfaatkan oleh STT Tawangmangu untuk mengakses dan

143

mengembangkan materi-materi perkuliahan. Walaupun jarak kampus jauh dari perkotaan namun dengan pemanfaatan IPTEK ini tidak menjadikan dosen dan mahasiswa tertinggal dengan berbagai informasi terkini. Perkuliahan juga tidak terpatok kepada satu sumber saja sebagai fasilitator pembelajaran. Di samping itu, pemanfaatan IPTEK memudahkan pekerjaan para tenaga kependidikan dalam berbagai kemajuan sistem yang mendukung pelaksanaan proses pembelajaran.

Saat ini, STT Tawangmangu sedang merencanakan penerapan Sistem Informasi Akademik (SIA) untuk memperbarui sistem-sistem yang masih berbasis manual.

3.2.4 Ancaman (Threats)

1. Adanya kesulitan dalam bersaing dengan prodi yang serupa dari kampus lain yang memiliki akreditasi lebih tinggi

Jumlah prodi Teologi dan PAK di Indonesia yang telah terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dengan nilai A sebanyak 6 prodi. Sementara itu, ada 50 prodi yang terakreditasi dengan nilai B. Ketika STT Tawangmangu untuk pertama kalinya telah memperoleh akreditasi nilai C pada kedua prodi, lembaga ini belum juga berhasil meningkatkan nilai akreditasi baik institusi maupun prodi. Dari perolehan nilai akreditasi ini dapat mengancam eksistensi STT Tawangmangu apabila terus-menerus berada dalam keadaan stagnan.

2. Adanya kompetitor yang menyediakan beasiswa penuh

STT Tawangmangu saat ini terbilang kampus dengan biaya pendidikan murah. Tetapi, hal ini tidak membuat STT Tawangmangu

144

berada di posisi aman. Beberapa STT diketahui telah menyediakan beasiswa pendidikan yang menanggung 100% biaya pendidikan sementara STT Tawangmangu hanya sanggup menanggung 80% dari total keseluruhan pembiayaan mahasiswa. Apabila STT Tawangmangu mengalokasikan beasiswa seperti kompetitor lainnya maka akan meningkatkan pembengkakan pada pembiayaan lembaga. Dampak ini juga akan menimbulkan dilema dan kesulitan pada unsur pembiayaan karena STT Tawangmangu masih mengandalkan sumber dari mahasiswa non sponsor dan donatur tetap.

3. Belum adanya keputusan dari negosiasi tentang lahan untuk perluasan pembangunan

Perluasan pembangunan merupakan kebutuhan yang mendesak di STT Tawangmangu. Dengan berdirinya dua lembaga dalam satu wilayah, maka membatasi STT Tawangmangu dalam penggunaan lahan karena harus membagi lahan dengan ITBK BP. Kebutuhan lahan tersebut terhambat dengan keterbatasan dana yang dimiliki STT Tawangmangu. Lahan-lahan di sekitar kampus menawarkan harga yang cukup tinggi sekitar Rp2.500.000-, hingga Rp3.000.000-, per meter.

Proses negosiasi dengan pemilik-pemilih tanah di sekitar kampus telah dilakukan namun belum dapat dieksekusi karena yayasan masih mengupayakan sumber dana untuk pembelian tanah.

4. Adanya keraguan masyarakat terhadap kualitas kampus dengan akreditasi yang minim

Akreditasi yang diperoleh sebuah lembaga pendidikan tentu saja akan mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap kualitasnya. Seperti

145

yang diketahui bahwa akreditasi merupakan indikator yang dapat menentukan mutu dari sebuah lembaga pendidikan. Walaupun reputasi STT Tawangmangu dalam aspek karakter terbilang baik, orang tua atau pengguna jasa tetap memprioritaskan mutu akademik untuk calon mahasiswa. Orang tua atau pengguna jasa pastinya begitu selektif dalam pemilihan perguruan tinggi untuk melanjutkan studi calon mahasiswa dengan harapan mudah dalam pencarian kerja. Oleh karena itu, mereka akan mencari kampus dengan nilai akreditasi yang tinggi.

5. Adanya dosen tetap yang mendapatkan tugas tambahan sebagai pejabat struktural dan merangkap jabatan sebagai gembala sidang (pendeta jemaat)

Anatomi masalah rangkap jabatan ini telah lama menjadi perbincangan di dunia pendidikan. Beberapa dosen tetap di STT Tawangmangu mendapatkan tugas tambahan sebagai pejabat struktural.

Belum lagi beberapa di antara mereka merangkap sebagai pendeta.

Rangkap jabatan ini mengancam untuk terjadinya kerancuan tata kelola lembaga contohnya ketua prodi mengatur ketua untuk mengajar atau kepala LPPM mengatur ketua untuk penelitian. Sementara ketua adalah pimpinan tertinggi di STT Tawangmangu.

Rangkap jabatan ini juga akan mengganggu pelaksanaan tugas dari dosen tetap dalam pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Hal ini terbukti ketika dosen tetap STT Tawangmangu yang

Rangkap jabatan ini juga akan mengganggu pelaksanaan tugas dari dosen tetap dalam pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Hal ini terbukti ketika dosen tetap STT Tawangmangu yang

Dalam dokumen Lampiran 1 Pedoman Wawancara (Halaman 130-154)