• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE KAJIAN

5) Panen dan pasca panen

4.6 Analisis Matriks SWOT

Analisis menggunakan matriks SWOT adalah identifikasi sistematis atas kondisi internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan, serta lingkungan eksternal yang menjadi peluang dan ancaman yang dihadapi kelompok tani. Tujuan dari tahap pencocokan (matriks SWOT) adalah untuk menghasilkan alternatif strategi yang layak, bukan untuk memilih strategi mana yang terbaik. Tidak semua alternatif strategi yang dikembangkan dalam matriks SWOT akan dipilih dan diimplementasikan.

Dengan analisa ini diharapkan Poktan dapat menyusun strategi bersaing berdasarkan kombinasi antara faktor- faktor internal dan eksternal yang telah disajikan dalam matriks IFE dan EFE, sehingga pada akhirnya didapatkan strategi yang sesuai berdasarkan posisi dan kondisi kelompok tani. Strategi ini terdiri dari strategi SO, strategi ST, strategi WO dan strategi WT. Hasil analisis matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 28.

88

Tabel 28. Analisis matriks SWOT kelompok tani di Megamendung

Kekuatan (Strengths–S) Kelemahan (Weakness–W)

Faktor

6. Sudah menerapkan JIT dan penjadwalan pengiriman

1. Kemampuan manajerial Petani rendah 2. Sulitnya akses sertifikasi organik 3. Harga tergantung pengumpul, atau

mitra

4. Biaya perawatan tanaman tinggi 5. Keterbatasan modal, sulit mengakses

kredit

6. Mutu produk Petani rendah (retur 50%)

7. Arus keuangan/pembayaran tertunda 8. Fasilitas riset/demplot Petani kurang

memadai

9. Pasokan dan teknologi produksi benih bermutu masih rendah

10. Kapasitas dan kontinuitas produk belum stabil

Peluang

(Opportunities–O) 1. Dukungan dan

pembinaan PPL 2. Kuota permintaan belum

semua terpenuhi 3. Peningkatan jumlah

penduduk dan kesejahteraan 4. Rintisan pasar sayuran

higienis

5. Tingkat harga bersaing 6. Pembinaan teknologi

1. Melakukan perencanaan bersama anggota kelompok dan pasar/mitra pengumpul (W1, W8, O1, O6) 2. Memperbaiki dan meningkatkan

efektifitas budidaya dengan mengurangi limbah (W4, W6, O1) 3. Membangun kemampuan dan

keahlian Petani/pemasok melalui 3. Serangan hama penyakit

tanaman 4. Monopoli oleh

pengusaha besar

Strategi S–T 1. Penguatan fungsi mata

rantai kelembagaan 3. Pemetaan lokasi tanam

yang strategik (S5, T2)

Strategi W–T

1. Menyusun SOP produksi benih dan budidaya sayuran organik, serta menerapkan SL-PHT untuk meningkatkan mutu (W6, W9, T3) 2. Memperluas akses pasar produk

sayur organik. (W3, W7, T4) 3. Mengembangkan kemitraan dengan

pasar Swalayan, menuju standar mutu di pasar terdiversifikasi (W2, W5, T4)

1. Strategi S–O (Strengths–Opportunities)

Strategi S–O adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang eksternal. Inovasi kelembagaan dan restrukturisasi jaringan rantai pasok di Megamendung perlu dilakukan untuk mendukung tercapainya kuota permintaan terhadap produk sayuran organik. Tersebarluasnya pasar dan jaringan rantai pemasaran dapat mendukung program pemerintah “Go Organik”.

Selama ini produk dan pasar sayuran organik di Megamendung masih belum stabil. Hal ini disebabkan mutu, kuantitas dan kontinuitas produk masih belum optimal. Ketidakstabilan mutu, kuantitas dan kontinuitas membuat pelaku pasar enggan untuk membina kontrak kerjasama dengan para Petani.

Dalam pertanian organik, yang menjadi perhatian utama adalah proses, yaitu bahan-bahan yang digunakan harus bebas dari kontaminasi bahan kimia. Kemudian pola tanam yang terencana dan teratur diperlukan untuk menjaga kuantitas pasokan permintaan konsumen.

Ketersediaan produk secara kontinyu akan membuat konsumen semakin loyal demi meningkatkan mutu hidup.

2. Strategi W–O (Weakness–Opportunities)

Strategi W–O merupakan strategi yang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal.

Strategi yang diusulkan untuk produksi dan rantai pasok sayuran organik di Megamendung adalah :

a. Melakukan perencanaan bersama anggota kelompok dan pasar/mitra pengumpul.

b. Memperbaiki dan meningkatkan efektifitas budidaya dengan mengurangi limbah

c. Membangun kemampuan dan keahlian Petani/pemasok melalui pelatihan dan penggunaan metode perbaikan berkesinambungan yang tepat

90

3. Strategi S–T (Strengths–Threats)

Strategi S-T merupakan strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk meminimalisasi ancaman eksternal. Penguatan mata rantai melalui kelembagaan Petani dan perencanaan pola tanam yang lebih baik untuk menghadapi iklim dan cuaca yang tidak menentu, merupakan strategi yang dapat dikembangkan. Pola tanam adalah usaha yang dilakukan dengan melaksanakan penanaman pada sebidang lahan dengan mengatur susunan tata letak dari tanaman dan tata urutan tanaman selama periode tertentu, termasuk masa pengolahan tanah.

Penerapan pola tanam harus dilaksanakan dengan sistem yang benar dan sesuai dengan kondisi lahan yang akan dijadikan sebagai media tanam. Pola tanam yang baik dapat menyediakan produk sesuai dengan kebutuhan atau permintaan dari konsumen.

Strategi lain yang dapat dilakukan oleh kelompok tani di Megamendung yaitu membangun dan memperkuat daerah pemasaran yang sudah ada. Keberadaan pasar mempunyai fungsi yang sangat penting. Bagi kelompok tani, pasar menjadi tempat untuk mempermudah proses penyaluran produk kepada konsumen.

Memanfaatkan pasar yang sudah ada dapat dijadikan sebagai peluang, mengingat daerah pemasaran produk sayuran organik di Megamendung saat ini masih terbatas. Saat ini pasar yang paling dekat dan paling mudah diakses oleh kelompok tani untuk memasarkan sayuran organik adalah PT. Agato dan CV. Sirna Galih Abadi Jaya.

4. Strategi W–T (Weakness–Threats)

Strategi W-T adalah taktik defensif yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal.

Strategi yang dapat diterapkan oleh kelompok tani adalah melakukan riset pasar untuk memantau perkembangan pemasaran produk, harga dan tingkat persaingan. Memperkenalkan dan menginformasikan produk sayuran organik perlu dilakukan untuk menarik minat konsumen. Promosi dapat dapat dilakukan dengan berbagai cara antara

lain melalui pameran, iklan media massa maupun cetak, menyebarkan brosur, dan sebagainya.

Strategi lain yang dapat dilakukan oleh Poktan adalah memperluas akses pasar produk sayuran organik. Selama ini akses pasar merupakan salah satu kelemahan yang dihadapi oleh para Petani, maupun Poktan di Megamendung. Kelompok tani di Megamendung belum memiliki informasi yang lengkap, atau rinci terkait pasar yang akan ditembus bila memasarkan produk. Padahal kemampuan mengakses pasar merupakan salah satu kunci pokok dalam bersaing. Kemudian posisi produsen (Petani) perlu diperkuat agar memiliki daya tawar, serta akses konsumen ke Petani diperluas, agar rantai distribusi lebih efisien.

Ketidakstabilan harga merupakan ancaman bagi para Petani untuk memasarkan produknya. Mengingat harga merupakan unsur yang sangat sensitif bagi Petani, maka dibutuhkan akses pasar yang lebih luas. Dengan demikian perluasan akses pasar akan memberi nilai tambah bagi Petani, terutama dalam menghadapi persaingan harga dan memudahkan konsumen untuk mendapatkan produk.