• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DEKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.9 Analisis Model Sinergitas Antar Stakeholder dalam Pengembangan Desa

Berdasarkan data hasil penelitian yang penulis peroleh, secara sederhana model sinergitas antar stakeholder dalam pengembangan dapat digambarkan dan termuat pada Bagan berikut ini:

Pengembangan Desa Mandiri Masyarakat

Lembaga Masyarakat

Pihak Swasta Pemerintah Desa

Perencanaan Program

Pelaksanaan Program Pembangunan

Evaluasi Program Pembangunan

Sumber: Data Hasil Penelitian

Sinergitas yang terjadi antara pemerintah desa, lembaga, pihak swasta dan masyarakat telah berjalan dengan baik dalam pembangunan desa sesuai RPJM Desa Buntu Pane. Sinergitas antar stakeholder terjadi dalam setiap tahapan pembangunan desa. Pada tahap perencanaan program pembangunan, stakeholder yang terlibat ialah pemerintah desa, perangkat, lembaga, dan masyarakat.

Selanjutnya pada tahap pelaksanaan pembangunan melibatkan stakeholder dari lembaga desa, masyarakat, dan pihak swasta. Sinergitas pada tahap ini, terjadi berdasarkan bidang pembangunan seperti pemberdayaan, bantuan sosial, dan sebagainya. Pada tahap evaluasi pembangunan melibatkan lembaga desa seperti Badan Permusyawaratan Desa, tokoh masyarakat.

Sinergitas pada pembangunan ini telah berjalan baik dapat dilihat dari keberhasilan Desa Buntu Pane memenangkan tiga kategori lomba. Pada tahun 2019, Desa Buntu Pane meraih juara I Desa Terbaik Tingkat Kabupaten Asahan, uara 1 Tertib Administrasi Tingkat Kabupaten Asahan, dan Juara II Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Kategori Kabupaten Tingkat Nasional. Prestasi yang diraih oleh desa Buntu Pane memberikan hasil postitif darri penambahan jumlah dana desa. Pada tahun 2019, desa Buntu Pane mendapatkan dana desa yang cukup besar sejumlah Rp. 1.392.635.000.

Namun, prestasi tersebut menjadi motivasi untuk pemerintah, lembaga, masyarakat melalukan pengembangan desa dengan memaksimalkan potensi desa yang meliputi sumber daya manusia, dan alam. Berdasarkan data Kemendesa, PDTT (2019) Desa Buntu Pane dikategorikan sebagai desa maju dengan Indeks Desa Membangun sebesar 0,7241. Berdasarkan data Kementerian Desa,

embangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (2015), berikut ini klasifikasi status desa jika dilihat dengan Indeks Desa Membangun, yaitu

1. Desa Sangat Tertinggal : < 0,491

2. Desa Tertinggal : > 0,491 dan < 0,599 3. Desa Berkembang : > 0,599 dan < 0,707 4. Desa Maju : > 0,707 dan < 0,815 5. Desa Mandiri : > 0,815

Berdasarkan data penelitian, sinergitas yang telah dilakukan oleh stakeholder dalam pelaksanaan pengembangan desa, termuat dalam Tabel berikut ini:

Tabel 4.14 Model Sinergitas Antar Stakeholder dalam Pengembangan Desa

No. Masalah Solusi Penyelesaian Aktor atau Pihak Terlibat

4. Banjir Memberikan bantuan

makanan secara gotong

Dalam melakukan pengembangan desa menjadi mandiri, pemerintah memiliki rencana program atau kegiatan yang akan menjadi penguatan lembaga dan meningkatkan partisipasi masyarakat. Beberapa rencana yang akan dilakukan sebagai berikut.

1. Penguatan lembaga ekonomi desa

Langkah pemerintah desa dalam mengembangkan desa mandiri dengan mengembangkan unit usaha ekonomi melalui penguatan lembaga Badan Usaha Milik Desa. Penguatan lembaga ekonomi desa yang dilakukan oleh pemerintah desa dan pengurus dengan mengembangkan unit usaha BUMDes yaitu pemberian modal usaha kepada pemilik angkutan sawit. Kerjasama yang dilakukan ini dengan syarat agunan seperti surat tanah, dan jika satu tahun tidak memulangkan modal, agunan akan menjadi milik BUMDes. Selanjutnya, agunan tersebut akan di lelang untuk mengembalikan modal awal unit usaha BUMDes. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pendapatan ekonomi desa agar dapat mensejahterahkan masyarakat.

2. Meningkatkan partisipasi pemuda dalam kegiatan pelaksanaan pembangunan

Partisipasi pemuda dalam pelaksanaan pembangunan desa cukup rendah, hal ini dapat dilihat karena lambatnya kemajuan usaha sablon yang digagas oleh pemerintah desa. Langkah pemerintah desa dan karang taruna dalam meningkatkan minat pemuda yang rendah dalam melaksanakan program pembangunan adalah dengan mengadakan kegiatan sepak bola secara rutin dengan menghadirkan pelatih dari pemerintah daerah seperti Komite Olahraga Nasional Indonesia Kabupaten Asahan. Selain mengadakan sepak bola secara rutin,

pemerintah desa dan karang taruna berencana akan melakukan turnamen sepak bola antar Asahan, Labuhan Batu, Siantar, dan Batu Bara dengan memperebutkan piala Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia Kabupaten Asahan. Kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk meningkatkan partisipasi pemuda dalam pembangunan desa.

3. Pembentukan tim mitigasi bencana

Desa Buntu Pane cukup sering mengalami banjir saat hujan deras dengan intensitas yang lama maupun kiriman air sungai Asahan. Banjir ini merendam rumah warga dan membuat masyarakat tidak dapat melakukan aktivitas ekonomi atau sosial. Untuk itu, lembaga pemberdayaan masyarakat desa dan pemerintah berencana akan membentuk tim mitigasi bencana, bekerjasama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Asahan.

4. Pengembangan potensi wisata

Pembangunan bendungan untuk pengairan pertanian masyarakat di Kecamatan Meranti dan Rawang Panca Arga yang saat ini sedang berjalan di desa Buntu Pane, membuat pemerintah desa berinisiatif untuk mengembangkan potensi wisata alam baru. Wisata alam ini rencananya akan melibatkan lembaga pemerintah desa dan pengelola bendungan serta masyarakat sekitar dalam mengelola dan mengembangkan wisata alam baru ini. Pengembangan potensi wisata bendungan irigasi bertujuan untuk dapat meningkatkan perekonomian masyarakat desa Buntu Pane.

BAB V

PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan oleh peneliti dan hasil dari interpretasi dan wawancara terhadap informan, maka dapat disimpulkan sinergitas antar stakeholder berjalan dengan baik. Sinergitas ini dapat dilihat dari jaringan sosial yang terbentuk antara pemerintah, lembaga, pihak swasta dan masyarakat.

Sinergitas dalam jaringan sosial antar stakeholder terjadi karena adanya hubungan kekerabatan atau tinggal ditempat yang sama, sehingga terbentuk interaksi sosial antar individu dalam perencanaan pembangunan. Adanya jaringan sosial tersebut, akan tercipta kerjasama sehingga terbentuknya tatanan baru atau inovasi program pembangunan yang melibatkan multi pihak seperti, apel pagi dan rapat koordinasi pemerintah desa, adopsi program pembangunan, dan sebagainya.

Sinergitas yang terjadi antar stakeholder dibangun atas rasa kepercayaan, komunikasi yang efektif, adanya hubungan timbal balik, kreativitas dengan pemberian reward atau inovasi dalam program pembangunan. Hal ini dapat dilihat dengan adanya inovasi yang dilakukan oleh pemerintah desa melalui media sosial dan website, dan segala kegiatan akan dibagikan ke dinding media sosial facebook sehingga menjadikan pemerintah tertarik memberikan kepercayaan untuk desa Buntu Pane mengikuti lomba.

Faktor pendukung dalam pengembangan desa antar stakeholder adalah sumber daya masyarakat desa yang telah memadai dalam melaksanakan program pembangunan. Selain itu adanya kesadaran kolektif masyarakat saat adanya kegiatan lomba yang diikuti, masyarakat akan secara sadar ikut melakukan gotong

royong karena adanya nilai dan norma yang menjadi penggerak masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan. Kemajuan pembangunan di Buntu Pane didukung oleh kepedulian pemerintah daerah kepada desa Buntu Pane. Namun, dalam pelaksanaan pengembangan desa juga mengalami hambatan seperti adanya sikap egois masyarakat, perilaku masyarakat yang tidak berkelanjutan dalam menjaga lingkungan, dan peranan lembaga lain yang belum memberikan hasil maksimal.

Untuk itu pemerintah desa bekerjasama dengan berbagai pihak seperti lembaga, pemerintah daerah agar masalah atau hambatan dalam pembangunan desa dapat diatasi. Hasil sinergitas antar stakeholder memberikan perubahan status desa Buntu Pane yang sebelum berkembang menjadi maju. Hal ini dilihat dari indikator indeks pembangunan desa yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Asahan pada tahun 2014 sampai 2018. Selain itu juga dilihat dari indikator indeks desa membangun yang dikeluarkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi pada tahun 2019. Pada tahun 2014, indeks pembangunan desa Buntu Pane sebesar 69.51 (skala 0-100). Pada tahun 2018, indeks pembangunan desa Buntu Pane mengalami peningkatan menjadi 74.26 (skala 0-100). Pada tahun 2019, desa Buntu Pane mengalami perubahan menjadi maju dengan indeks desa membangun sebesar 0,7241 dengan skala nilai dari >

0,707 dan < 0,815. Hal ini tidak mustahil dapat dicapai oleh Desa Buntu Pane, jika dilihat dari aspek sosial masyarakat yang guyub, ketersediaan fasilitas penunjang seperti pendidikan, kesehatan dan lingkungan.

Pengembangan desa mandiri terus dilakukan oleh pemerintah desa, dengan melakukan berbagai rencanan kegiatan dan penguatan kelembagaan agar dapat memberikan hasil yang maksimal dalam pembangunan. Rencana pengembangan

desa mandiri yang dilakukan oleh pemerintah desa penguatan lembaga ekonomi desa, meningkatkan partisipasi pemuda, pembentukan tim mitigasi bencana, dan pengembangan potensi wisata alam di area bendungan irigasi. Model sinergitas telah berjalan dengan baik sesuai dengan pola dan bentuk sinergitas yang terjadi diantara stakeholder.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil data lapangan yang ditemukan oleh penulis, terdapat berbagai saran yang dapat menjadi rekomendasi pengambilan kebijakan kepada stakeholder dalam rangka menwujudkan pengembangan desa mandiri. Penulis menyadari bahwa pengetahuan dan kapasitas dalam merumuskan suatu kebijakan masih terbatas.

1. Bagi Pemerintah Desa, seharusnya dapat memberikan pelatihan rutin mengenai fungsi dan tugas pengurus dalam suatu lembaga atau pemahaman kembali kepada beberapa anggota lembaga yang baru dengan melibatkan pemerintah daerah, pengurus lama atau pihak swasta agar dapat mengerti dan memahami fungsi dan peranannya dalam lembaga tersebut. Pemerintah desa harus aktif memaksimalkan peranan lembaga BUMDes dengan melakukan study tour ke desa lain yang meraih prestasi baik dalam mengembangkan BUMDes atau dapat menjadi mitra kerjasama dalam pelaksanaan unit usaha. Pemerintah desa juga harus melakukan pendekatan langsung ke masyarakat desa melalui sarana interaksi sosial seperti kunjungan kerumah warga, perwiritan, kemalangan, pelaksanaan pembangunan bagi yang tidak menerapkan perilaku secara berkelanjutan dan melibatkan pihak kontra untuk mengikuti kegiatan desa.

2. Bagi Pemerintah Daerah, seharusnya juga dapat memberikan pelatihan secara berkelanjutan dan menyeluruh kepada masyarakat atau lembaga, seperti pelatihan peremajaan tanaman sawit yang unggul berkerjasama dengan pendamping desa untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat.

3. Bagi Pemuda, seharusnya menjadi pemuda yang inovatif dengan menciptakan ide baru dalam pengembangan unit usaha sablon. Pemuda seharusnya juga dapat mensosialisasikan produk sablon melalui media sosial yang dimiliki untuk kemajuan usaha dan menarik minat pembeli dari luar desa. Pemuda seharusnya tidak memikirkan keuntungan pribadi dan mengabaikan kemajuan usaha sablon yang sudah dibuat oleh pemerintah desa. Selain itu, pemerintah desa berkerjasama dengan karang taruna dapat memberikan pemahaman kepada pemuda mengenai peran pemuda dalam pengembangan desa melalui sosialisasi secara rutin dan berkelanjutan.

4. Bagi Pihak Swasta, seharusnya membuat kerjasama perjanjian antara desa dalam suatu program yang dilakukan oleh pemerintah desa seperti pelatihan hidroponik atau pakan ternak secara rutin. Pihak swasta jangan hanya sebatas memberikan materi dasar dalam kegiatan pelatihan kepada masyarakat. Pihak swasta seharusnya juga ada melakukan pendampingan secara bertahap kepada masyarakat seperti peternak, petani, agar masyarakat dapat mengembangkan usaha yang dimiliki.

5. Bagi Lembaga Desa, seharusnya dapat mencari informasi dan pengetahuan mengenai fungsi dan tugas dalam suatu lembaga melalui media massa, rutin mengikuti pelatihan dasar kelembagaan yang diadakan pemerintah

desa, melakukan diskusi kepada pengurus lama dan tokoh masyarakat terkait rencana dan langkah yang akan dilakukan dalam memajukan suatu lembaga. Hal ini agar menguatkan pemahaman pengurus terhadap lembaga atau program yang dijalankan sehingga tujuan pengembangan desa dapat tercapai. Khususnya kepada lembaga BUMDes, seharusnya dapat mengembangkan unit usaha tambak ikan dengan memanfaatkan aliran Sungai Asahan.

6. Bagi Peneliti lain, khususnya bagi yang berminat pada masalah-masalah pembangunan atau pengembangan desa. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku

Alqadrie, Razak. 2018. Katarak Anggaran: Interaksi dan Simbol Kebijakan Demi Kepentingan Rakyat. Malang: Wineka Media

Bungin, Burhan. 2013. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, Format – format Kuantitatif dan Kualitatif untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Publik, Komunikasi, Manajemen, dan Pemasaran. Jakarta: Kencana

Covey, R. Stephen. 2004. The 7 Habits of Highly Effective People. India: Manjul Publishing House Pvt Limited

Damsar, dan Indrayani. 2019. Pengantar Sosiologi Kapital. Jakarta: Kencana Damsar. 2016. Pengantar Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Kencana.

Hajar, dkk. 2018. Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat Pesisir. Medan:

Lembaga Penelitian dan Penulisan Aqli

Haryanto, Sindung. 2016. Sosiologi Ekonomi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Liliweri, Alo. 1997. Sosiologi Organisasi. Bandung : PT. CITRA ADTYA BAKTI

Maliki, Zainuddin. 2018. Rekontruksi Teori Sosial Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Martono, Nanang. 2015. Metode Penelitian Sosial: Konsep-konsep Kunci. Jakarta:

Rajawali Pers.

Moleong, J Lexy. 2019. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Paul, Doyle. 1988. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Di Indonesiakan oleh:

Robert. M.Z. Lawang. Jakarta: PT Gramedia.

Sagala, Syaiful. 2017. Human Capital – Membangun Modal Sumber Daya Manusia Berakarakter Unggul Melalui Pendidikan Berkualitas. Depok:

Kencana

Wijaya, Andestian, dkk. 2016. Hutan Rakyat Pulai – Ekonomi dan Kelembagaan.

Bogor: Terbit Press

Wijaya, Haw. 2010. Otonomi Desa Merupakan Otonomi Asli, Bulat, dan Utuh.

Jakarta: Rajawali Pers

Yustika, Erani. 2013. Ekonomi Kelembagaan: Paradigma, Teori, dan Kebijakan.

Jakarta: Penerbit Erlangga

Sumber Jurnal:

Badaruddin, B., Kariono, K., Ermansyah, E., Sudarwati, L. 2020. Village community empowerment through village owned enterprise based on social capital in North Sumatera, Asia Pacific Journal of Social Work and Development. https://doi.org/10.1080/02185385.2020.1765855

Eno, Hariadi, dkk, 2015. Penggunaan Konsep Rules – In – Use Ostrom Dalam Analisis Peraturan Pembentukan Organisasi Kesatuan Pengolaan Hutan.

Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 12 No. 1, : 13-27

Fathy, Rusydan. 2019. Modal Sosial: Konsep, Inklusivitas dan Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 6 No. 1, Januari 2019 Handoko, G.P. 2017. Sinergi Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut IV Dengan

Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau Dalam Penanganan Perompakan di Perairan Nipah dan Selat Singapura. Jurnal Prodi Strategi Perang Semesta, Juni 2017 Volume 3 Nomor 2

Haryanti, Lena, dkk. 2018. Sinergi Stakeholder Dalam Mewujudkan Aktivitas Pariwisata Di Desa Wisata Baha, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Jurnal Destinasi Pariwisata. p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937. Vol. 5 No. 2

Mukhtaromi, Ayu, dkk. 2012. Sinergi Pemerintah Daerah dan Lembaga Adat Dalam Melaksanakan Pelestarian Kebudayaan (Studi pada Budaya Suku Tengger Bromo Sabrang Kulon Desa Tosari Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan). Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal.

155-163

Promono, Joko, dkk. 2019. Sinergitas Antar Stakeholder Dalam Penyelenggaraan Kamtibmas di Kelurahan Gilingan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

Research Fair Unisri 2019 P- ISSN: 2550-0171 Vol 3, No.1

Subagyo, Agus. 2018. Sinergi TNI AD dengan POLRI dan Pemerintah Daerah Dalam Penanganan Konflik Sosial (Studi Kasus Kota Tarakan). Jurnal Ilmiah Wahana Bhakti Praja. p-ISSN 2614-0241, e-ISSN 2301-6965. Vol.

8, No. 2, Desember 2018: 113-126

Sulasmi, Siti. 2006. Peran Perilaku Belajar Inovatid, Intensitas Kerjasama Kelompok, Kebersamaan Visi dan Rasa Saling Percaya Dalam Membentuk Kualitas Sinergi. Jurnal Ekuitas. ISSN 1411-0393

Suwarno, Eno, dkk. 2015. Penggunaan Konsep Rules-In-Use Ostrom Dalam Analisis Peraturan Pembentukan Organisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan (The Use of Ostrom’s Concept on Rules-in-Use in the Analysis of Regulation of Forest Management Unit Formation). Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 12 No. 1

Sumber Internet

Badan Pusat Statistik (BPS). 2019. Persentase Penduduk Miskin Maret 2019 Sebesar 9.41 Persen. https://www.bps.go.id/penduduk-miskin-maret-2019-sebesar-9-41-persen diakses tanggal 11 Oktober 2019 pada jam 20.11 WIB.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2019. Persentase Penduduk Miskin di Sumatera Utara Maret 2019 Sebesar 8,83 Persen https://sumut.bps.go.id/persentase-penduduk-miskin-di-sumatera-utara-maret-2019-turun-menjadi-8-83.

diakses pada 12 November 2019 pada jam 10.30 WIB.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2019. Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2018 https://asahankab.bps.go.id/. diakses tanggal 12 Oktober 2019 pada jam 20:21 WIB.

Desa Panggung Harjo. 2010. Permensos No.77 Tahun 2010. tentang Pedoman Dasar Karang Taruna. www.panggungharjo.desa.id diakses tanggal 28 April 2020 pada jam 20.35 WIB

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). 2014. UU No. 6 Tahun 2014.

https://www.dpr.go.id/ diakses tanggal 8 Oktober 2019 pada jam 19.35 WIB.

Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Pemerintahan Desa, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2016. Pengembangan Desa. http://bpmpd.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2016/.BUKU 5 Pengembangan Desa Rev pdf diakses tanggal 4 November 2019 pada jam 17.00 WIB.

Fatmawijayati, Jati. 2018. Telaah Kreativitas.

https://www.researchgate.net/publication/328217424. Diakses tanggal 30 April 2020 pada jam 19.30

JDIH Kemendesa PDTT. 2015. Permendesa PDTT Nomor 4 tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan, dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa https://jdih.kemendesa.go.id/ diakses tanggal 29 April 2020 pada jam 19.30 WIB.

JDIH. Kemensos. 2019. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2019 tentang Karang Taruna. https://jdih.kemsos.go.id/. Diakses tanggal 29 April 2020 pada jam 20.45

JDIH, Sekretariat Kabinet RI. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2017 tentang Gerakan Pemberdayaan dan Kesejaheraan Keluarga.

https://jdih.setkab.go.id/. Diakses tanggal 28 April 2020 pada jam 20.35 WIB

Kementrian Dalam Negeri. 2015. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2015 tentang Evaluasi Perkembangan Desa

dan Kelurahan http://setjen.jdih.www.kemendagri.go.id diakses tanggal 4 November 2019 pada jam 17.30 WIB.

Kementrian Dalam Negeri. 2016. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2016 Tentang Badan Permusyawaratan Desa.http://setjen.jdih.www.kemendagri.go.id diakses tanggal 29 April 2020 pada jam 20.00 WIB.

Kementrian Dalam Negeri. 2018. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2018 Tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa http://setjen.jdih.www.kemendagri.go.id diakses tanggal 29 April 2020 pada jam 19.45 WIB.

Kementrian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. 2015.

Indeks Desa Membangun. http://idm.kemendesa.go.id//idm_data. Diakses tanggal 11 Mei 2020 pada jam 14.50

Vipriyanti, Utari Nyoman. 2018. Teori dan Aplikasi Ekonomi Kelembagaan bagi Perencana Pembangunan. http://fp.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/. Diakses tanggal 30 April 2020 pada jam 19.15

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I: DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1: Wawancara Bersama Bapak Kepala Desa Buntu Pane

Gambar 2: Wawancara Bersama Bapak Sabar Gunawan (Ketua LPM Desa)

Gambar 3: Wawancara Bersama Pihak Swasta PT WIKA

Gambar 4: Wawancara Bersama Bapak Dwika (Ketua BPD)

Gambar 5: Wawancara Bersama Ibu Syamsiah Sitorus (Ketua PKK)

Gambar 6: Wawancara Bersama Bapak Agus (Bendahara BUMDes)

Gambar 7: Wawancara Bersama Bapak Suwardi (Ketua Karang Taruna)

Gambar 8: Wawancara Bersama Pihak Swasta Perorangan (Hidroponik)

Gambar 9: Wawancara Bersama Tokoh Masyarakat Desa

Gambar 10: Wawancara Bersama Masyarakat Desa

Gambar 11: Wawancara Bersama Pihak Perkebunan Pulau Mandi

\