• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.5 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan telah memberikan ide dalam melakukan penelitian ini baik secara referensi, perbandingan maupun sebagai dasar pemilihan topik. Masing-masing dari penelitian tersebut akan dipaparkan sebagai berikut :

1. Hasil Penelitian (Jurnal) Subagyo, dkk, (2018) yang berjudul “Sinergi TNI AD Dengan Polri Dan Pemerintah Daerah Dalam Penanganan Konflik Sosial (Studi Kasus Kota Tarakan).” Penelitian ini menggunakan teori konflik sosial Gillin dan Gillin. Penelitian yang menggunakan pendekatan kualititatif mendapatkan hasil bahwa sinergi antara Kodim 0907/Tarakan bersama dengan Polresta Tarakan dan

Pemda Kota Tarakan dalam mencegah, mendeteksi, menangkal, dan meredam konflik sosial selama ini sudah cukup efektif, cukup optimal, dan cukup baik. Hal ini ditandai dengan adanya sinergi, kerjasama dan kolaborasi antara personil di ketiga pihak, khususnya dengan mengedepankan tiga pilar Kamtibmas, yakni Babinsa, Babhinkamtibmas, dan Lurah, dalam mendeteksi gangguan di tengah masyarakat.

Hambatan yang dihadapi oleh Kodim 0907/Tarakan dengan Polresta Tarakan dan Pemda Kota Tarakan dalam menangani konflik sosial adalah persepsi masyarakat yang masih menganggap bahwa penanganan konflik sosial hanya tugas Polri dan TNI semata, partisipasi masyarakat yang rendah dalam deteksi dini di tengah masyarakat, demokrasi pemilihan umum yang mengangkat isu politik identitas, tokoh masyarakat atau tokoh adat dan tokoh agama yang belum dewasa dalam mensikapi persoalan sosial di tengah masyarakat, serta ego sektoral antar instansi dalam penanganan konflik sosial.

Persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Subagyo, dkk (2018) adalah sama-sama meneliti mengenai sinergi dalam tataran ilmu sosial dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Perbedaan dari penelitian ini, peneliti mengambil fokus analisis pengembangan desa dengan menggunakan analisis teori kelembangaan dan jaringan sosial dalam mengkaji sinergitas antar stakeholder di Desa Buntu Pane. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Subagyo, dkk (2018) memusatkan perhatian pada penangan konflik sosial oleh pemerintah tanpa melibatkan pihak swasta atau stakeholder lain yang dapat terlibat di dalam penyelesaian masalah.

2. Penelitian berikutnya (Jurnal) oleh Haryanti, dkk (2018) dengan judul “Sinergi Stakeholder Dalam Mewujudkan Aktivitas Pariwisata di Desa Wisata Baha, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.” Penelitian ini menggunakan teori fungsionalisme struktural dari Sunyonto Usman. Penelitian yang menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitatif, mendapatkan hasil bahwa keberadaan stakeholder pariwisata di Desa Wisata Baha, yaitu terdiri dari:

Pemerintah, yang terdiri dari Dinas Pariwisata Kabupaten Badung, dan Desa Dinas Baha, (2). Penyelenggaraan usaha pariwisata, yaitu masyarakat lokal yang menjadikan rumah adatnya sebagai sarana akomodasi (homestay) bagi wisatawan.

(3). Masyarakat lokal, dalam hal ini masyarakat lokal yang bertanggung jawab atas terselenggaranya pariwisata di Desa Wisata Baha yang dilakoni oleh Kelompok Sadar Wisata. Kemudian adanya ketidaksinkronan dalam hal pelaksanaan kewajiban serta hak dari masing-masing stakeholder Desa Wisata Baha. Dimana stakeholder yang terlibat cenderung menginginkan hak tanpa dibarengi dengan kewajiban yang semestinya dilaksanakan terlebih dahulu.

Berdasarkan sinergi antar stakeholder yang telah dipaparkan, maka dapat dinyatakan bahwa sinergi antar stakeholder di Desa Wisata Baha belum adanya persepsi yang sama dari masing-masing stakeholder yang terlibat, meskipun setiap stakeholder sudah memiliki kontribusi pada stakeholder lainnya. Kemudian belum adanya dukungan atau partisipasi yang bersifat baik. Sehingga dikatakan bahwa masing-masing dari stakeholder tersebut belum terangkai/sesuai dengan tujuan yang akan dicapai bersama.

Persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryanti, dkk (2018) adalah sama-sama meneliti mengenai sinergi antar

stakeholder di desa. Perbedaan dari penelitian ini, penelitian sebelumnya mengambil topik pengembangan wisata dengan menggunakan teori struktural fungsional untuk menganalisis masalah penelitiannya. Sementara pada penelitian ini, peneliti mengambil fokus pada pengembangan desa dengan menggunakan analisis teori kelembangaan dan jaringan sosial dalam mengkaji sinergitas antar stakeholder di Desa Buntu Pane. Penelitian yang dilakukan Haryanti, dkk (2018) hanya menggunakan pemerintah daerah dan desa serta masyarakat lokal sebagai informan dan tidak melihat bagaimana peranan lembaga desa atau pihak swasta yang mungkin terlibat dalam pengembangan wisata.

3. Penelitian berikutnya (Jurnal) oleh Pramono, dkk (2019) dengan judul

“Sinergitas Antar Stakeholder Dalam Penyelenggaraan Kamtibmas di Kelurahan Gilingan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta”. Penelitian ini menggunakan analisis model interaktif Miles dan Hubberman. Dengan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif, dan mendapatkan hasil bahwa sinergitas yang cukup baik dalam pelaksanaan kamtibmas di kelurahan Gilingan. Sinergitas inside stakeholder dilihat dari segi komunikasi dan koordinasi terjalin dengan baik.

Inside stakholder terdiri dari lurah, danton satlinmas dan anggota satlinmas.

Terjalinnya sinergitas yang baik dalam inside stakeholders ini masih dalam ruang lingkup kecil dan struktur organisasi yang sederhana. Sinergitas outside stakeholder kurang terjalin dengan baik. Hal ini dikarenakan adanya sekat sekat organisasi sehingga koordinasi dan komunikasi terjalin secara lebih formal.

Persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Pramono, dkk (2019) adalah sama-sama meneliti mengenai sinergi antar stakeholder dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Perbedaan dari

penelitian ini, penelitian sebelumnya menggunakan model interaktif Miles dan Hubberman. Sementara penelitian ini menfokuskan dalam analisis pengembangan desa dengan menggunakan analisis teori sinergi, kelembangaan, dan jaringan sosial dalam mengkaji sinergitas antar stakeholder di desa Buntu Pane.

2.5 Kerangka Pemikiran

Bangunan Jaringan Sosial

Swasta Pemerintah

Desa

Lembaga Masyarakat

Alternatif Jalan Ketiga Oleh Stakeholder Kekuatan Pendorong

atau Faktor Pendukung

Kekuatan Penahan atau Faktor Penghambat Analisis Medan

Kekuatan Sinergitas Antar

Stakeholder

Model Sinergitas Dalam Pengembangan Desa Mandiri

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian jenis ini digunakan untuk menggali lebih dalam bagaimana sinergitas antar stakeholder baik pemerintah, swasta, lembaga, dan masyarakat dalam pengembangan desa mandiri.

Di samping itu untuk melihat bagaimana model pendekatan yang dilakukan oleh subjek penelitian dalam mengembangkan desa mandiri. Pendekatan kualitatif merupakan penelitian yang berupaya menganalisis kehidupan sosial dengan cara menggambarkan dunia sosial dari sudut pandang atau interpretasi individu (informan) dalam latar alamiah. Penelitian kualitatif berupaya menjelaskan bagaimana seorang individu melihat, menggambarkan, atau memaknai dunia sosialnya (Martono, 2015:212).

Dengan demikian di peroleh data akurat dan sempurna serta dapat diteruskan dalam penggalian lebih dalam bagaimana sinergitas yang dijalankan oleh stakeholder seperti pemerintah, swasta, lembaga dan masyarakat dalam pengembangan desa mandiri. Disamping itu, dapat menjelaskan model pengembangan desa mandiri yang dilakukan oleh subjek penelitian dapat digunakan dan menjadi role model dalam pengembangan desa lainnya sesuai kriteria dan kondisi desa tersebut. Pendekatan deskriptif ini dipilih karena tipe penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan karakter suatu masalah, kelompok, atau gejala sosial yang terjadi di masyarakat (Martono, 2015:197).

Dalam penelitian ini, peneliti telah berupaya mengidentifikasi beberapa masalah dalam pembangunan di Desa Buntu Pane. Peneliti juga telah memetakan dan menjelaskan bentuk-bentuk sinergitas yang dilakukan oleh pemerintah desa, swasta, lembaga dan masyarakat dalam mengembangkan desa mandiri. Selain itu peneliti juga telah menjelaskan bentuk model pengembangan desa mandiri yang dilakukan oleh stakeholder di desa Buntu Pane.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Buntu Pane Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan. Secara sosiologis, masyarakat desa ini memiliki solidaritas yang kuat dalam setiap kegaiatan yang dilakukan, memiliki kontrol sosial yang baik. Alasan peneliti memilih lokasi ini ialah karena desa ini merupakan desa yang cepat berkembang dibandingkan dengan desa lain, selain itu desa ini pernah meraih prestasi sebagai Desa Terbaik Tingkat Kabupaten dan Pemenang Prakarti Utama II Lomba PHBS Tingkat Nasional tahun 2019. Maka untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian di Desa Buntu Pane ialah bagaimana sinergitas yang dilakukan para stakeholder untuk menyelesaikan masalah masyarakat dan mampu menghasilkan prestasi. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini merupakan pemerintah desa, swasta, dan beberapa elemen masyarakat seperti lembaga atau organisasi di Desa Buntu Pane.

3.3 Unit Analisis dan Informan

3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah keseluruhan satuan atau unit yang akan diteliti. Dalam

menemukan masalah penelitian tersebut. Unit analisis ini dilakukan oleh peneliti agar validitas dan reabilitas penelitian dapat terjaga. Unit analisis dapat berupa individu, kelompok, wilayah, atau benda (Martono, 2015: 346). Dalam penelitian ini, yang menjadi unit analisis penelitian adalah pemerintah desa, para stakeholder seperti pihak swasta, lembaga masyarakat desa, dan tokoh masyarakat dalam melakukan pengembangan desa mandiri di Desa Buntu Pane.

3.3.2 Informan

Informan adalah orang yang diwawancarai, dimintai informasinya oleh si pewawancara atau peneliti serta diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian. Informan merupakan subjek yang memahami permasalahan penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami permasalahan penelitian (Bungin, 2013). Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini antara lain yaitu:

1. Kepala desa.

Pemilihan kepala desa sebagai informan kunci peneliti, karena kepala desa yang memahami dan mengetahui kondisi sosial budaya masyarakat, proses pembangunan desa, serta menjadi perantara peneliti ke masyarakat atau beberapa informan lainnya. Proses wawancara kepala desa oleh peneliti setelah selesai rapat koordinasi pemerintah desa yang dihadiri beberapa perangkat, lembaga, dan masyarakat.

2. Tokoh masyarakat.

Tokoh masyarakat yang peneliti pilih menjadi informan, harus memiliki peranan penting dalam perkembangan pembangunan di desa tersebut. Proses

wawancara yang peneliti lakukan dengan tokoh masyarakat dengan mendatangi rumah informan ketika sudah melakukan janji ketemuan untuk mendapatkan data mengenai program pembangunan desa, kondisi sosial masyarakat desa.

3. Pimpinan lembaga masyarakat (BUMDes, BPD, LPMD, PKK, Karang Taruna, dan sebagainya).

Selain melakukan wawancara dengan tokoh masyarakat, peneliti juga melakukan wawancara dengan pimpinan lembaga di Desa Buntu Pane untuk mendapatkan data mengenai kelembagaan dan sinergitas yang dilakukan oleh lembaga dengan stakeholder lain untuk mengembangkan desa mandiri. Proses wawancara yang peneliti lakukan dengan pimpinan lembaga berlangsung pada waktu dan tempat berbeda seperti sekolah (tempat kerja informan), dan mendatangi rumah informan.

4. Pihak swasta

Pihak swasta juga menjadi informan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mendapatkan data dan mengetahui bentuk sinergitas yang dilakukan dengan stakeholder lain seperti pemerintah desa, lembaga, maupun masyarakat. Proses wawancara yang peneliti lakukan dengan pihak swasta perorangan dan perusahaan berlangsung dilokasi proyek pembangunan dan tempat tinggal informan.

5. Perkebunan Pulau Mandi

Perkebunan Pulau Mandi peneliti pilih sebagai informan berdasarkan lokasi perkebunan yang berada di desa, serta beberapa dusun dari Desa Buntu Pane yang juga menjadi wilayah perkebunan. Proses wawancara yang peneliti

lakukan dengan informan dengan mendatangi ke lokasi perkebunan setelah surat perizinan selesai. Hal ini untuk mendapatkan data dan informasi mengenai sinergitas yang terjadi antar stakeholder dalam pengembangan desa.

6. Masyarakat Desa Buntu Pane.

Masyarakat desa menjadi informan dalam penelitian untuk memberikan informasi mengenai program pembangunan, partisipasi masyarakat, dan sebagainya.

Adapun informan kunci dalam penelitian ialah Kepala Desa, Pimpinan Lembaga Masyarakat Desa, Pihak Swasta, Manager atau Asisten Personalia Kebun Pulau Mandi. Sedangkan informan tambahan ialah tokoh masyarakat dan masyarakat biasa. Pengklasifikasian jenis informan tersebut didasarkan pada kapasitas dan kemampuan informan dalam memberikan informasi sesuai dengan permasalahan penelitian. Dalam etika penelitian, informan dalam penelitian ini beberapa akan disamarkan identitasnya demi keamanan dan kenyamanan dalam memberikan informasi yang dibutuhkan terkait masalah penelitian ini.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu kegiatan yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Penggunaan teknik pengumpulan data yang tepat dan akurat akan sangat menentukan kualitas data yang didapatkan. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode yang saling mendukung sehingga data yang diperoleh dapat menggambarkan realitas yang sebenarnya. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data, bersumber dari dua sumber yaitu dengan pengumpulan data primer seperti obsevasi, wawancara,

dokumentasi. Data primer ini bersumber dari kepala desa, pihak swasta, lembaga desa, masyarakat untuk memberikan data dan menjawab permasalahan penelitian.

Data sekunder berasal dari jurnal, buku atau referensi yang relevan dalam penelitian ini.

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang didapatkan peneliti dalam melakukan kegiatan langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Adapun teknik pengumpulan data primer ini dilakukan dengan cara:

1. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung. Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra anggota tubuh. Observasi dilakukan dengan tujuan untuk menghimpun data penelitian yang dapat diamati oleh si peneliti (Bungin, 2013:142). Adapun beberapa observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Observasi Langsung

Observasi langsung adalah proses pengamatan yang dilakukan oleh peneliti secara langsung pada objek penelitian. Objek yang diamati peneliti adalah masalah sosial yang terjadi di masyarakat, perilaku dan aktivitas keseharian masyarakat desa, partisipasi warga dan beberapa stakeholder dalam

pembangunan, dan sebagainya yang berlokasi di Desa Buntu Pane, Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan.

2. Wawancara Mendalam

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara kepada orang-orang yang menjadi informan atau subjek penelitian dan biasa ini disebut dengan metode interview guide yakni aturan-aturan daftar pertanyaan yang dijadikan acuan bagi peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan. Metode pengumpulan data dengan wawancara yang dilakukan berulang-ulang kali dan membutuhkan waktu yang cukup lama bersama informan dilokasi penelitian (Bungin, 2013).

Wawancara mendalam yang dimaksud adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber atau informan untuk mendapat informasi yang mendalam.

Komunikasi antara pewawancara dengan narasumber bersifat intensif dan masuk kepada hal-hal yang bersifat detail (Indrawan, 2014). Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara mendalam dengan informan yakni kepala desa, tokoh masyarakat, pemimpin lembaga desa, dan masyarakat di Desa Buntu Pane untuk menggali secara lebih detail dan mendalam tentang bentuk sinergitas yang dilakukan antar stakeholder untuk mengurangi permasalahan masyarakat desa dan cara penyelesaian yang dilakukan dalam pengembangan desa mandiri. Selain itu peneliti ingin menggali lebih dalam bagaimana sinergitas yang terjalin antar stakeholder, fungsi dan peran lembaga masyarakat desa, dan apa faktor pendorong dan penghambat dalam mencapai pengembangan desa.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokomen-dokumen baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. Metode dokumentasi digunakan untuk mendukung hasil wawancara dan observasi yang dilakukan. Adapun objek yang didokumentasikan ialah gambaran kegiatan yang dilakukan masyarakat desa tersebut.

3.4.2 Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui penelitian studi kepustakaan yang diperlukan untuk mendukung data yang diperoleh dari buku-buku ilmiah, tulisan ilmiah atau jurnal akreditasi nasional dan internasional serta laporan penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti. Data –data yang diperoleh baik dari buku-buku ilmiah, jurnal, majalah, media elektronik, dan cetak yang berkaitan dengan objek kajian peneliti, serta penelitian terdahulu yang berkaitan serta yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti. Metode ini digunakan untuk memaksimalkan data peneliti baik dalam mengumpulkan data maupun teori yang digunakan dalam permasalahan penelitian.

3.5 Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan proses menyusun kesimpulan yang digambarkan dari data yang berhasil dikumpulkan setelah proses analisis data

data yang diperoleh dari setiap informasi baik pengamatan (observasi), wawancara, atau catatan lapangan lainnya yang kemudian ditelaah dan dipelajari.

Data-data yang didapat dari lapangan selanjutnya adalah diolah dengan melakukan abstraksi, yaitu dengan memilah mana yang merupakan rangkuman inti dan mana yang harus dijaga kebenarannya dalam data.

Data tersebut selanjutnya dipisah dalam kategori-kategori yang sesuai agar memudahkan peneliti dalam memeriksa keabsahan data setelah itu peneliti dalam memeriksa keabsahan data setelah itu peneliti melakukan tahap penafsiran data untuk menyusun kesimpulan dengan cara meninjau hasil penelitian secara kritis dengan teori yang relevan dan informasi akurat yang diperoleh dari lapangan (Moleong, 2019: 151).

3.6 Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan Ke -

1 2 3 4 5 6 7 8

1. ACC Judul Penelitian 2. Pra Observasi

3. Penyusunan Proposal

4. Seminar Proposal Penelitian 5. Revisi Proposal Penelitian 6. Penelitian Lapangan

7. Pengumpulan dan

Interpretasi data 8. Bimbingan

9. Penulisan Laporan Akhir 10. Seminar Hasil dan Sidang

Meja Hijau

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi

4.1.1 Kondisi Geografis Desa Buntu Pane

Desa Buntu Pane merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Buntu Pane, Kabupaten Asahan. Jarak tempuh dari Desa Buntu Pane ke pusat kecamatan sekitar 10 Km, sedangkan jarak tempuh dari desa ke pusat kabupaten sekitar 26 Km. Luas Desa Buntu Pane ini sekitar 3.325 Ha (hektar) yang terdiri dari 13 dusun, yaitu IA Sombahuta, IB Sombahuta, Sei Godung Aek Polan, Kwala Nagori, Parsingguran, Sidomukti, Buntu Pane termasuk kedalam dusun kampung.

Beberapa dusun lagi termasuk kedalam dusun perkebunan diantaranya Emplasmen, Pondok Tengah, Pondok Siangah, Tanjung Gunung, Pondok Pelita.

Desa ini memiliki dataran rendah dengan berada sekitar 66 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar daratan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai lahan pertanian. Wilayah Desa Buntu Pane termasuk ke dalam areal Perkebunan Kebun Pulau Mandi, berbatasan dengan Sungai Asahan yang memiliki debit air besar, serta mampu mengairi pertanian masyarakat di desa ini maupun desa lainnya. Lokasi Desa Buntu Pane berbatasan dengan batas-batas wilayah:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ambalutu, Desa Karya Ambalutu, dan Desa Prapat Janji.

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lestari.

 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Lestari dan Desa Ambalutu.

 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Lestari dan Desa Prapat Janji.

4.1.2 Kondisi Monografis Desa Buntu Pane

4.1.2.1 Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk bertujuan untuk menggambarkan atau menjelaskan tentang struktur penduduk di masyarakat secara vertikal maupun horizontal.

Komposisi penduduk dapat digolongkan berdasarkan beberapa aspek seperti jenis kelamin, agama, suku, mata pencaharian, tingkat pendidikan, dan lain-lain.

Komposisi penduduk penting di dijelaskan untuk mengetahui bagaimana karakteristik masyarakat baik secara agama, suku, atau jenis mata pencaharian, sehingga peneliti dapat memperoleh gambaran tentang karakteristik masyarakat di lokasi penelitian. Komposisi penduduk juga dapat menjadi alat bantu bagi peneliti untuk menganalisis berbagai permasalahan yang kemungkinan terdapat di lokasi

penelitian.

a. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Penduduk Desa Buntu Pane mayoritas ialah perempuan dengan persentasi sebesar 51,81% atau 1751 jiwa sedangkan laki-laki sebesar 48,19 % atau sebesar 1627 jiwa. Pada tahun 2018, jumlah seluruh penduduk Desa Buntu Pane ialah 3378 jiwa yang terdiri dari 958 kepala keluarga. Sebaran jumlah penduduk di setiap dusunnya tidak merata. Jumlah penduduk terbesar terletak di dusun Buntu Pane yang merupakan pusat administrasi desa dengan jumlah penduduk 677 jiwa atau 20.02%. Sementara jumlah penduduk terkecil terletak di dusun Kwala Nagori dengan persentase 0,84 % sebesar 28 penduduk.

Sebaran jumlah penduduk yang tidak merata di setiap dusunnya, tidak dipengaruhi dengan luas wilayah setiap dusun. Luas wilayah dusun terkecil terdapat di Dusun Emplasmen sebesar 4,3 Ha (hektar) dengan jumlah penduduk

sebesar 133 jiwa. Secara rinci jumlah penduduk Desa Buntu Pane dapat disajikan dalam Tabel berikut.

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Desa Buntu Pane Tahun 2018

No. Dusun Laki-Laki Perempuan Jumlah Persentase (%)

1. IA Sombahuta 241 272 513 15,2

Sumber: Kantor Kepala Desa Tahun 2019

b. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Masyarakat Desa Buntu Pane mayoritas beragama islam dengan persentase sebesar 85% atau 2855 jiwa, sedangkan masyarakat beragama kristen prostestan memiliki persentase sebesar 15% atau 523 jiwa. Komposisi penduduk Desa Buntu Pane jika ditinjau berdasarkan agama, memiliki perbedaan yang besar antara agama Islam dan Kristen Protestan. Namun, perbedaan agama yang dianut penduduk tidak mengganggu kerukunan antar individu atau kelompok lain. Secara rinci jumlah penduduk Desa Buntu Pane berdasarkan agama dapat disajikan dalam Tabel berikut.

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Desa Buntu Pane Berdasarkan Agama

Sumber: Kantor Kepala Desa Tahun 2019 c. Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku

Masyarakat Desa Buntu Pane dikategorikan sebagai masyarakat heterogen jika ditinjau dari aspek suku. Di Desa Buntu Pane terdapat beberapa suku yang menjadikan desa ini heterogen seperti suku jawa, batak, melayu, minang, sunda, dan banjar. Komposisi penduduk berdasarkan suku cenderung tidak merata, hal ini terlihat mayoritas masyarakat bersuku jawa dengan persentase 72,2% atau sebesar 2438 jiwa, sedangkan masyarakat yang bersuku batak seperti suku batak toba, batak simalungun, dan sebagainya dengan persentase 23,05% atau sebesar 780 jiwa. Secara rinci jumlah penduduk Desa Buntu Pane berdasarkan suku dapat disajikan dalam Tabel berikut.

Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Desa Buntu Pane Berdasarkan Suku

No. Suku Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase (%)

d. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian

Desa Buntu Pane yang memiliki topografi dataran rendah dan juga besrada di areal perkebunan dan sungai sangat berpengaruh terhadap mata pencaharian

Desa Buntu Pane yang memiliki topografi dataran rendah dan juga besrada di areal perkebunan dan sungai sangat berpengaruh terhadap mata pencaharian