• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. HASIL PENELITIAN

4.4 Analisis Multivariat

Analisis multivariat adalah untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, sehingga diketahui variabel mana yang paling

dominan terhadap variabel dependen. Multivariat dilakukan juga untuk mengetahuan seberapa besar sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat. Berapa besar hubungan atau sumbangan bersama seluruh faktor yang diteliti oleh peneliti terhadap terjadinya diare di Daerah aliran Sungai Deli tahun 2018. Semua variabel hasil uji bivariat dengan nilai p<0,25 adalah kandidiat yang akan di analis secara regresi logistik. Variabel tersebut adalah, pendidikan, perilaku cuci tangan, jenis kelamin balita, sarana air bersih, perilaku penggunaan jamban, pengelolaan sampah dan pembuangan tinja. Hasil analisis multivariat menunjukan ada tujuh variabel bebas yang layak untuk dipertahankan secara statistik berhubungan terhadap kejadian diare.

Analisis multivarat dengan regersi logistik berganda menggunakan metode (backward LR) yakni variabel yang tidak signifikan secara otomatis dikeluarkan dari dalam model secara bertahap. Hasil akhir analisis multivariat dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

Tabel 4.17 Model Akhir Uji Regresi Logistik Berganda Hubungan Variabel Independen dengan Kejadian Diare pada Balita di Sepanjang Daerah

Aliran Sungai Deli Tahun 2018

No Variabel B p Exp(B) 95%CI

1 Cuci tangan 1,162 0,018 3,195 0,128– 8,385

2 Penggunaan Air bersih 1,024 0,030 2,783 1,107 – 7,003 3 Pengelolaan Sampah 1,593 0,002 4,918 1,814 – 13,332

4 Constant -2,254 0,003 0,105

Tabel di atas menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian diare adalah cuci tangan (p=0,018), penggunaan air bersih (p=0,030), dan pengelolaan sampah (p=0,002). Kekuatan hubungan dapat dilihat dari nilai Exp (B) variabel yang paling dominan adalah pengelolaan sampah Exp (B)=4,918; cuci

tangan Exp (B)=3,195; dan penggunaan air bersih Exp (B)=2,783 dengan kejadian Diarepada balita di DAS Deli Kota Medan Tahun 2018. Artinya risiko Diare 4,918 kali pada pengelolaan sampah yang tidak memenuhi syarat dibandingkan dengan yang memenuhi syarat. Model persamaan regresi logistik berganda yang dapat memprediksi cuci tangan, penggunaan air bersih dan pengelolaan sampah dengan kejadian diare pada balitaadalah sebagai berikut:

p(x) = 1 1+ e-(-2,254+1,162x

1+1,024x 2+1,593x

3)

p(x)=82,12%

Keterangan:

p : Probabilitas Kejadian Diare

x1 : Koefisien regresi cuci tangan = 1,162

x2 : Koefisien regresi penggunaan air bersih = 1,024 x3 : Koefisien regresi pengelolaan sampah = 1,593 Konstanta :-2,254

e : 2,718

Persamaan di atas diketahui bahwa pengelolaan sampah yang tidak memenuhi syarat, penggunaan air bersih yang tidak memenuhi syarat, serta cuci tangan yang tidak memenuhi syarat berpeluang untuk terjadinya diare sebesar 82,12% selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam variabel penelitian ini.

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Kejadian Diare pada Balita di Daerah Aliran Sungai Deli Medan Tahun 2018

Balita yang mengalami diare dalam satu bulan terakhir di Puskesmas Terjun diperoleh 22 balita (45,8%) sedangkan balita yang mengalami diare di Puskesmas Kp. Aur sebanyak 20 balita (41,7%). Balita adalah usia yang rentan terhadap penyakit diare. Menurut Depkes RI (2005) Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau

kontak langsung dengan tinja penderita.

Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare, antara lain menyimpan makanan masak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan sesudah buang air besar atau sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak, dan tidak membuang tinja dengan benar. Dan Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian di dalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur (Notoatmodjo, 2011).

5.2. Faktor Sosiodemografi dan Kejadian Diare pada Balita di Daerah Aliran Sungai Deli Medan Tahun 2018

Distribusi responden berdasarkan kelompok umur sebagian besar responden beradapada kelompok umur 20-35 tahun dengan rincian 31 (44,9%) balitanya

mengalami diare dan 38 orang (55,1%) balitanya tidak mengalami diare. Usia ini adalah usia produktif dengan lebih mengandalkan pengetahuan yang masih baru, mengingat biasanya pada usia ini seorang ibu baru menamatkan pendidikan di sekolah lanjutan atas atau bahkan perguruan tinggi. Seorang ibu yang berpendidikan tinggi memiliki pengetahuan yang lebih tentang sanitasi lingkungan dan penatalaksanaan diare pada balita dibandingkan dengan ibu yang pendidikannya lebih rendah (Kemenkes RI, 2015). Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi lebih berorientasi pada tindakan preventif, mengetahui lebih banyak tentang masalah kesehatan dan memiliki status kesehatan yang lebih baik.

Hasil distribusi berdasarkan tingkat pendidikan diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan tinggi dengan rincian 18 orang (36,0%) balitanya mengalami diare dan 32 (64,0%) balitanya tidak mengalami diare. Kebanyakan anak yang mudah menderita diare berasal dari pendidikan orang tuanya yang rendah (Suharyono, 2008). Pemahaman orang tua yang rendah akan kesehatan balitanya akan berdampak pada kuman penyakit yang akan menyerang balita. Pendidikan seseorang menentukan luasnya pengetahuan seseorang dimana orang yang berpendidikan rendah sangat sulit menerima sesuatu yang baru. Hal ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap perilaku. Dimana pendidikan merupakan suatu hal yang penting, semakin tinggi pendidikan seseorang diharapkan mampu membuat seseorang untuk selalu melaksanakan sesuatu yang sifatnya penting untuk dirinya sendiri maupun orang disekitarnya.

Hasil distribusi berdasarkan pekerjaan dapat diketahui sebagian besar responden yang tidak bekerja dengan rincian 38 orang (43,7%) balitanya mengalami diaredan 49 orang (56,3%) balitanya mengalami tidak diare. Perkerjaan ini jelas berhubungan dengan profesinalitas seorang ibu dalam menjaga anaknya, baik dari segi waktu maupun perhatian yang penuh terhadap bayi. Kalaupun menggunakan jasa untuk merawat bayi tetap saja yang harus menjaga sepenuhnya adalah sang ibu dari bayi tersebut.

Hasil penelitian berdasarkan pendapatan diketahui sebagian besar responden berpendapatan kurang dari UMK (Rp 2.749.074) dengan rincian 35 orang (45,5%) balitanya mengalami diare dan 42 orang (54,5%) balitanya tidak mengalami diare.Pada ibu balita yang mempunyai pendapatan kurang akan lambat dalam penanganan diare misalnya karena ketiadaan biaya berobat ke petugas kesehatan yang akibatnya dapat terjadi diare yang lebih parah lagi. Pendapatan keluarga yang baik akan berpengaruh dalam menjaga kebersihan dan ketersediaan fasilitas kesehatan sertaada hubungan erat terhadap kejadian diare (DepkesRI, 2006).

5.3. Faktor Perilaku dan Kejadian Diare pada Balita di Daerah Aliran Sungai