• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3.6.2 Teknik Analisis Data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data (baik data sekunder dan data primer) ataupun dengan menggunakan kuesioner, kemudian dibahas untuk dipaparkan keadaan yang ditemui berdasarkan teori-teori pendukung kemudian di lakukan analisis data sebagai berikut :

1) Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menfapatkan gambaran tentang distribusi frekuensi responden yang diteliti, dari setiap variabel independen (faktor sosiodemografi, faktor perilaku sehat dan faktor lingkungan) dan variabel dependen (kejadian diare) di Puskesmas Medan Labuhan dan Medan Area.

2) Analisis Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel independen (faktor sosiodemografi, faktor perilaku sehat dan faktor lingkungan) terhadap variabel

dependen (kejadian diare) melalui tabulasi silang dan kemudian dilakukan analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square pada tingkat kepercayaan 95%, dengan menggunakan rumus (Sugiyono, 2008) :

K (fo – fn)² χ² = ∑

i=1 fn Dimana :

χ² = Chi Kuadrat

fo = frekuensi yang diobservasikan fn = frekuensi yang diharapkan 3) Analisis Multivariat

Analisis multivariat adalah untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, sehingga diketahui variabel mana yang paling dominan terhadap variabel dependen dengan menggunakan regresi logistik mempergunakan perangkat lunak komputer.

Tahapan proses analisis multivariat adalah sebagai berikut :

1. Memasukkan variabel kandidat dalam proses analisis multivariat regresi logistik berganda dengan cara memilih variabel independen yang memiliki nilai p< 0,25.

2. Melakukan analisis semua variabel independen yang masuk dalam pemodelan dengan menggunakan metode backward LR dengan cara mengeluarkan variabel independen yang memiliki nilai p terbesar sehingga didapatkan model awal dengan variabel faktor penentu yang memiliki nilai p< 0,05.

3. Hasil uji multivariat yang mempunyai nilai p<0,05 merupakan pemodelan akhir

dari penentu faktor yang paling dominan terhadap kejadian penyakit Diare.

4. Model yang diasumsikan dari regresi logistik untuk probabilitas kejadian suatu penyakit dengan menggunan rumus :

p= 1 1+e -y

p= 1 1+e -(a+b1x

1+ a+b 2x

2+ a+b sx

s...+b ix

i)

Dimana :

e = Bilangan natural (2,718) a = Konstanta

b = Koefisien regresi X1,2...i = Variabel independen

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sepanjang bantaran aliran Daerah Sungai Deli yaitu di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Maimun. Sungai Deli merupkan salah satu dari delapan sungai yang ada di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.

Mulanya, pada masa kerajaan Deli, sungai ini merupakan urat nadi perdagangan ke daerah lain. Saat ini, luas hutan di hulu Sungai Deli hanya tinggal 3.655 hektar, atau tinggal 7,59 persen dari 48.162 hektar areal DAS Deli. Padahal, dengan luas 48.162 hektare, panjang 71,91 kilometer (km), dan lebar 5,58 km, DAS Deli seharusnya memiliki hutan alam untuk kawasan resapan air sedikitnya seluas 140 hektar, atau 30 persen dari luas DAS.

Pencemaran Sungai Deli, 70% di antaranya diakibatkan limbah padat dan cair.

Limbah domestik padat atau sampah yang dihasilkan di Kota Medan 1.235 ton/hari.

Sungai Deli merupakan sungai yang berada di daerah Sumatera Utara. Jika dilihat dari peta, bentuk DAS yang mengalir sepanjang 72 kilometer ini terlihat memanjang dan langsing/tidak terlalu lebar, mengalir dari hulu di gunung ke hilir di laut. DAS melewati Kabupaten Karo, Deli Serdang dan Kota Medan. DAS ini terdiri dari tujuh gugus sungai, berhulu dari Sungai Petani, Simai-mai, Deli, Babura, Bekala, Sei Kambing dan Paluh Besar. Daerah hulu secara geografis terdapat pada kawasan Kecamatan Simpang Empat, Brastagi (Kabupaten Karo) serta Sibolangit (Kabupaten

Deli Serdang). Air Sungai di hulu yang berada pada kawasan Sungai Petani, warna airnya agak keruh, namun semakin ke tengah terlihat jauh lebih jernih yaitu pada kawasan Namorambe dan Sibolangit. Sebelum sampai di Kawasan tengah ini aliran sungai memiliki cukup banyak sumber air dan terpencar oleh sungai-sungai kecil yang seolah-olah menjadi pembuluh perifer dan akhirnya sampai pada Sungai Babura. Aliran air sungai di Kecamatan Sibolangit dan Namorambe banyak menjadi kawasan wisata alam karena sudah mengalami penyaringan secara alami oleh alam sehingga air lebih jernih dan segar. Namun keadaan DAS pada kawasan hilir, yaitu sungai Deli yang berada pada kawasan Kota Medan kembali menjadi hal yang memprihatinkan bagi alam.

Kondisi air yang cukup memprihatinkan, warna air keruh kecoklatan, air bercampur lumpur dan lebih lagi banyak sampah yang „menghiasi‟ permukaan sungai, belum lagi yang mengendap pada dasar sungai. Limbah pabrik dan rumah tangga di sepanjang aliran sungai yang disengaja maupun tidak, langsung ke kawasan sungai mengakibatkan pencemaran pada DAS di kawasan hilir tersebut.

4.1.1 Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan A. Data Geografis

Puskesmas Terjun merupakan salah satu Puskesmas yang menjadi pusat pembangunan. Puskesmas ini didirikan pada tahun 1979 dan diresmikan oleh Walikota Madya Medan Bapak A.S Rangkuti. Puskesmas Terjun menyediakan fasilitas rawat inap. Batas wilayah Kecamatan Medan Marelan adalah sebagai berikut

- Sebelah Utara : berbatasan dengan Medan Belawan

- Sebelah Selatan : berbatasan dengan Medan Labuhan

- Sebelah Timur : berbatasan dengan Medan Helvetia

- Sebelah Barat : berbatasn dengan Deli Serdang

Luas wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan yaitu 447Ha.

Sedangkan wilayah kerja Puskesmas Medan Marelan terdapat 3 (tiga) Puskesmas Pembantu, yaitu : (1) Puskesmas pembantu Tanah 600 ; (2) Puskesmas Pembantu Labuhan Deli (3) Puskesmas Pembantu Rengas Pulau.

B. Data Demografis

Puskesmas Terjun melayani kesehatan masyarakat di lima kelurahan yaitu kelurahan Rengas Pulau,Kelurahan Tanah 600, Kelurahan Paya Pasir, Kelurahan Terjun dan Kelurahan Labuhan Deli. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan sebanyak 132.584 jiwa. Adapun jumlah penduduk berdasarkan lingkungan dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Terjun Tahun 2016 No Kelurahan Jumlah Lingkungan Jumlah Penduduk

1 Terjun 22 26.113

2 Rengas Pulau 35 11.164

3 Tanah 600 11 51.534

4 Paya Pasir 9 16.618

5 Labuhan Deli 11 27.155

Jumlah 88 132.284

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa lingkungan yang terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Terjun adalah di Kelurahan Terjun dengan 22 lingkungan.

1. Fasilitas Fisik

Puskesmas Terjun dalam menjalankan kegiatannya didukung oleh fasilitas

fisik meliputi: Ruang Rawat Jalan dan Ruangan dilengkapi dengan alat kesehatan/meubiler yang sesuai.

2. Tenaga Kesehatan

Adapun tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan adalah sebagai berikut.

Tabel 4.2 Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2016

No Tenaga Kesehatan Jumlah Persentase (%)

1 Dokter Umum 6 17,1 terbanyak yaitu tenaga paramedis sebanyak 22 orang (62,8%).

4.1.2 Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun

Puskesmas Kampung Baru terletak di Jalan Pasar Senen Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun.Kecamatan Medan Maimun merupakan salah satu dari 21 Kecamatan di Kota Medan yang terletak di wilayah Selatan kota Medan. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Medan Maimun adalah :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Johor - Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Polonia

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Kota

Luas wilayah Kecamatan Medan Maimun adalah 3,342 km² dengan jumlah penduduk 39.581 jiwa. Puskesmas Kampung Baru melayani kesehatan masyarakat di enamdesa atau kelurahan yaitu : Kelurahan Aur, Kelurahan Hamdan, Kelurahan Jati, Kelurahan Kampung Baru, Kelurahan Sei Mati dan Kelurahan Suka Raja.

4.1.3 Visi dan Misi Puskesmas 1. Visi Puskesmas

Tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat 2020.

Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

2. Misi Puskesmas

a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat.

c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.

4.2 Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan mendapatkan gambaran distribusi frekuensi responden yang diteliti, dari setiap variabel independen (faktor sosiodemografi, faktor perilaku sehat dan faktor lingkungan) dan variabel dependen (kejadian diare).

4.2.1 Karakteristik Balita

Karakteristik balita yang diamati dalam tabel ini meliputi umur dan jenis kelamin.Distribusi frekuensi karakteristik balita dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Balita di Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Maimun Sepanjang Daerah Aliran

Sungai Deli Tahun 2018

No Karakteristik Balita Jumlah Persentase (%)

1 Umur kelompok usia yang paling sedikit adalah 49-60 bulan. Lebih banyak balita berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 59 balita (54,2%)

4.2.2 Hasil Pemerikasaan Air Sungai

Hasil pemerikasan air Sungai Deli yang dilakukan pada titik hulu dan hilir sungai, diperoleh hasil bahwa :

Tabel 4.4 Hasil Uji Laboratorium Air Sungai Deli

No Pemeriksaan Hasil (MPN/100ml) Baku

Mutu kanan tengah kiri

1 Coolifecal (Kecamatan Medan Maimun) 320 1700 330 1000 2 Coolifecal (Kecamatan Medan Marelan) 9200 9200 9200 1000 Pada Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa berdasarkan hasil pemerikasaan laboratorium diketahui bahwa kadar Coolifecal hulu sungai bagian tengah sebesar 1700 MPN/100ml dan pada hilir sungai bagian kanan, tengah dan kiri kadarnya 9200 MPN/100ml, hal ini berarti angka ini telah melebihi baku mutu (1000MPN/100ml) bersadarkan Peraturan Pemerintah 81 tahun tahun 2001 tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, Kelas II. Pada Kecamatan Medan Marelan kondisi air sungai sudah lebih memprihatinkan dibandingkakan keadaan Kecamatan Medan Maimun.

4.2.3 Kejadian Diare

Kejadian diare pada balita adalah penyakit diare yang dialami oleh balita dalam satu bulan terakhir. Gambaran mengenai kejadian diare pada balita dapat dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Terjun dan Puskesmas Kp Aur Tahun 2018

No Kejadian Diare Puskesmas Terjun Puskesmas Kampung Baru

n % n %

1 Diare 22 45,8 20 41,7

2 Tidak Diare 26 54,2 28 58,3

Total 48 100,0 48 100

Pada Tabel 4.5 dapat diketahui balita yang mengalami diare dalam satu bulan terakhir di Puskesmas Terjun diperoleh 22 balita (45,8%) sedangkan balita yang mengalami diare di Puskesmas Kp. Aur sebanyak 20 balita (41,7%).

4.2.4 Faktor Sosiodemografi

Faktor sosiodemografi responden yang diamati dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan. Distribusi frekuensi berdasarkan faktor sosiodemografi disajikan dalam Tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6 Distribusi Faktor Sosiodemografi di Sepanjang Daerah Aliran Sungai Deli Tahun 2018

Tabel 4.6 diketahui bahwa sebagian besar responden pada umur 20 – 35 tahun dengan rincian 31 orang (44,9%) balitanya mengalami diare dan 38 orang (55,1%) balita tidak mengalami diare Balita sebagian besar perempuan dengan rincian 23 orang (39,0%) balitanya mengalami diare dan 36 orang (61,0%) balitanya tidak

mengalami diare. Tingkat pendidikan sebagian besar responden berpendidikan tinggidengan rincian 18 orang (36,0%) balitanya mengalami diare dan 32 (64,0%) balitanya tidak mengalami diare. Pekerjaan sebagian besar responden yang tidak bekerja dengan rincian 38 orang (43,7%) balitanya mengalami diare dan 49 orang (56,3%) balitanya mengalami tidak diare dan. Pendapatan sebagian besar responden kurang dari UMK (Rp 2.749.074) dengan rincian 35 orang (45,5%) balitanya mengalami diare dan 42 orang (54,5%) balitanya tidak mengalami diare dan.

4.2.5 Faktor Perilaku Sehat

Faktor perilaku sehat dalam penelitian ini meliputi: perilaku penggunaan jamban, perilaku penggunaan air bersih dan perilaku mencuci tangan, dilihat pada Tabel 4.7 berikut.

Tabel 4.7 Distribusi Faktor Perilaku Sehat Ibu di Sepanjang Daerah Aliran Sungai Deli Tahun 2018

No Faktor Perilaku Sehat Diare Tidak Diare Total

n % n % n %

Berdasarkan Tabel 4.7 berdasarkan perilaku penggunaan jamban sebagian besar responden berperilaku tidak memenuhi syarat kesehatan dalam penggunaan

jamban dengan rincian 29 orang (52,7%) balitanya mengalami diare dan 26 orang (47,3%) balitanya tidak mengalami diare. Berdasarkan perilaku penggunaan air bersih sebagian besar responden berprilaku tidak memenuhi syarat kesehatan dalam penggunaan air bersih dengan rincian 27 orang (54,0%) balitanya mengalami diare dan 23 orang (46,0%) balitanya tidak mengalami diare. Berdasarkan perilaku mencuci tangan sebagian besar responden berprilaku memenuhi syarat dalam perilaku cuci tangan dengan rincian 20 orang (60,6%) balitanya mengalami diare dan 41 orang (65,1%) balitanya tidak mengalami diare.

4.2.5.1 Perilaku Penggunaan jamban

Distribusi hasil faktor perilaku sehat penggunaan jamban dalam penelitian ini dilihat pada Tabel 4.8 berikut.

Tabel 4.8 Distribusi Perilaku Ibu dalam Penggunaan Jamban di Sepanjang Daerah Aliran Sungai Deli Tahun 2018

No Perilaku Penggunaan Jamban n %

Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui ada responden yang berperilaku tidak penggunaan jamban jika BAB (40,6%), selain umumnya BAB di jamban mereka BAB juga di tanah dan di kebun (67,7%), jambannya tidak memenuhi syarat (74%), ada yang tidak menggunakan air bersih (25%) dan berperilaku tidak menjaga kebersihan jamban (59,4%).

4.2.5.2 Perilaku Penggunaan Air Bersih

Distribusi perilaku sehat penggunaan air bersih yang mencakup pengolahan air minum, penutup tempat air, mandi mencuci peralatan makan, pakaian dengan air sungai, dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut.

Tabel 4.9 Distribusi Perilaku Ibu dalam Penggunaan Air Bersih di Sepanjang Daerah Aliran Sungai Deli Tahun 2018

No Perilaku Penggunaan Air Bersih n %

Berdasarkan Tabel 4.9 diketahui perilaku ibu dalam penggunaan air bersih sebagian besar responden menggunakan air sumur (47,9%), air minum tidak diolah

terlebih dahulu (61,5%), ada yang tempat air tidak pakai tutup (39,6%), umumnya mandi dengan air sungai (52,1%), ada yang memcuci alat masak dengan air sungai (45,8%) dan umumnya memncuci pakaian menggunakan air sungai (60,4%).

4.2.5.3 Perilaku Mencuci Tangan

Distribusi hasil distribusi perilaku mencuci tangan yang mencakup kebiasaan mencuci tangan setelah BAB, pakai air bersih, sabun, mencuci tangan sebelum menyuapi anak, setelah keluar rumah, dan mengajarkan anak cuci tangan, dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut.

Tabel 4.10 Distribusi Perilaku Ibu dalam Mencuci Tangan di Sepanjang Daerah Aliran Sungai Deli Tahun 2018

No Perilaku Mencuci Tangan n %

Tabel 4.10 (Lanjutan)

No Perilaku Mencuci Tangan n %

Kadang-kadang 55 57,3

Selalu 39 40,6

Berdasarkan Tabel 4.10 diketahui perilaku ibu dalam mencuci tangan sebagian besar responden selalu mencuci tangan setelah BAB (58,3%) dan yang kadang-kadang (39,6%); kadang-kadang mencuci tangan pakai air bersih (45,8%), ada yang tidak pakai sabun saat cuci tangan (10,4%), masih ada yang kadang-kadang mencuci tangan sebelum menyuapi anak (28,1%), masih ada yang kadang-kadang mencuci tangan setelah keluar rumah (45,8%), dan masih ada yang kadang-kadang mengajarkan anak cuci tangan (57,3%).

4.2.6 Kondisi Sanitasi Dasar

Kondisi sanitasi adalah sarana sanitasi yang dimiliki responden. Terdapat dua variable pada kondisi sanitasi yaitu: jamban keluarga dan pembuangan sampah.

Gambaran mengenai kondisi sanitasi yang dimiliki oleh responden berdasarkan lembar observasi diuraikan Tabel 4.11 di bawah ini:

Tabel 4.11 Distribusi Faktor Lingkungan di Sepanjang Daerah Aliran Sungai Deli Tahun 2018

No Faktor Lingkungan Diare Tidak Diare Total

n % n % n %

Berdasarkan Tabel 4.11 berdasarkan pengelolaan sampah sebagian besar responden tidak memenuhi syarat dengan rincian sebanyak 34 orang (56,7%) balitanya mengalami diare dan 26 orang (43,3%) balitanya tidak mengalami diare dan. Berdasarkan pembuangan tinja sebagian besar responden memenuhi syarat dengan rincian sebanyak 24 orang (55,8%) balitanya mengalami diare dan 35 orang (66,0%) balitanya tidak mengalami diare dan.

4.2.6.1 Pengelolaan Sampah

Distribusi hasil pengeloaan sampah yang mencakup konstruksi tempat sampah, mempunyai tutup dan mudah dibuka, mudah diangkut dan jarak pembuangan sampah, dapat dilihat pada Tabel 4.12 berikut.

Tabel 4.12 Distribusi Pengelolaan Sampah di Sepanjang Daerah Aliran Sungai Deli Tahun 2018

No Pengelolaan Sampah n %

Berdasarkan Tabel 4.12 diketahui pengelolaan sampah sebagian besar kontruksi tempat sampah tidak kuat (57,3%), tidak mudah ditutup dan dibuka (63,5%), tidak mudah diangkut (54,2%) dan masih ada yang jarak pembuangannya kurang dari 5 meter (41,7%).

4.2.6.2 Sarana Pembuangan Tinja

Distribusi sarana pembuangan tinja yang mencakup pencemaran, tidak berbau atau dijamah serangga, lantai miring tidak mencemari tanah, kemudahan untuk dibersikan, dinding dan atap, penerangan, lantai, ventilasi dan ketersedian air dan alat pembersih, dapat dilihat pada Tabel 4.13 berikut.

Tabel 4.13 Distribusi Sarana Pembuangan Tinjadi Sepanjang Daerah Aliran Sungai Deli Tahun 2018

No Sarana Pembuangan Tinja n %

Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui sarana pembuangan tinja ada yang mencemari (37,5%), menimbulkan bau dan atau dijamah serangga (54,2%), ada yang lantainya tidak miring dan atau mencemari tanah (51%), ada yang tidak mudah dibersihkan (50%), tidak memiliki dinding dan atap (50%), penerangannya yang kurang (53,1%), lantainya tidak kedap air (52,1%), ada yang tidak memiliki vebtilasi yang cukup (47,9%) da nada yang tidak tersedianya air dan alat pembersih (31,3%).

4.3. Analisis Bivariat

Variabel yang diteliti disajikan secara deskripsi dalam distribusi frekuensi, selanjutnya dilakukan analisis bivariat. Analisis bivariat menggambarkan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat menggunakan analisis tabulasi silang, untuk mengetahui besarnya nilai PR dengan tingkat kemaknaan statistik nilai p < 0,05.

4.3.1 Hubungan Faktor Sosiodemografi dengan Kejadian Diare di Sepanjang Daerah Aliran Sungai Deli Tahun 2018

Hasil analisis bivariat hubungan antara faktor sosiodemografi yang mencakup variabel umur, jenis kelamin balita, tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan terhadap kejadian diare di sepanjang daerah aliran sungai Deli Tahun 2018, disajikan tabel 4.14 berikut:

Tabel 4.14 Hubungan Faktor Sosiodemografi dengan Kejadian Diare di Sepanjang Daerah Aliran Sungai Deli Tahun 2018

No Faktor

Tabel 4.14 (Lanjutan)

Berdasarkan Tabel 4.14 diketahui bahwa tidak ada variabel sosiodemografi yang berhubungan dengan kejadian diare hal ini diketahui dari seluruh nilai p dari setiap variabel adalah p>0,05. Pendidikan juga tidak ada hubungan yang signifikan antar pendidikan dengan kejadian diare (p=0,111) tetapi karena nilai PR=1,338CI95% (0,928-1,931) berarti pendidikan merupakan salah satu faktor risiko penyebab terjadinya diare. Risiko diare 1,338 kali pada orang yang berpendidikan dasar dibandingkan orang berpendidikan lanjut.

Berdasarkan pekerjaan juga memiliki nilai PR>1 yaitu 1,014 dan CI95%

(0,549-1,871) berarti pekerjaan merupakan salah satu faktor risiko penyebab terjadinya diare. Risiko orang yang bekerjalebih berisiko 1,014 kali dibandingkan dengan orang yang tidak bekerja untuk terjadinya penyakit diare. Berdasarkan pendapatan nilai PR=1,158 dan CI95% (0,777-1,726) berarti pendapatan merupakan

salah satu faktor risiko penyebab terjadinya diare. Risiko diare 1,158 kali pada orang yang berpendapatan rendah < UMK (Rp 2.749.074) dibandingkan dengan orang yang berpendapatan >UMK (Rp 2.749.074).

Sedang untuk variabel umur diperoleh hasil tidak ada hubungan yang signifikan dengan kejadian diare (p=0,710) dan nilai PR=0,929; CI95% (0,637-1,357) artinya umur bukan salah satu faktor risiko penyebab kejadian diare. Variabel jenis kelamin diperoleh hasil tidak ada hubungan yang signifikan dengan kejadian diare (p=0,234) dan nilaiPR=0,797;CI95%(0,540-1,176) artinya jenis kelamin bukan salah satu faktor risiko penyebab kejadian diare.

4.3.2 Hubungan Faktor Perilaku Sehat Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Sepanjang Daerah Aliran Sungai Deli Tahun 2018

Hasil analisis bivariat hubungan antara faktor perilaku sehat Ibu (perilaku penggunaan jamban, air bersih dan perilaku cuci tangan) terhadap kejadian diare pada balita di sepanjang DAS Deli Tahun 2018, disajikan pada Tabel 4.15 berikut:

Tabel 4.15 Hubungan Perilaku Sehat Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Sepanjang Daerah Aliran Sungai Deli Tahun 2018

No Faktor Perilaku Sehat Diare Tidak

Diare Total

Berdasarkan Tabel 4.15 diketahui bahwa berdasarkan uji statistik chi-square ada hubungan antara perilaku penggunaan jamban dengan kejadian diare (p=0,040) dengan nilai PR=1,445 CI95% (1,020-2,047) berarti perilaku penggunaan jamban merupakan salah satu faktor terjadinya diare. Risiko diare 1,445 kali pada orang yang berperilaku tidak memenuhi syarat dalam penggunaan jamban dibandingkan dengan orang berperilaku memenuhi syarat dalam penggunaan jamban.

Berdasarkan Tabel 4.15 diketahui bahwa berdasarkan uji statistik chi-square variabel penggunaan air bersih menunjukkan hasil ada hubungan antara perilaku penggunaan air bersih dengan kejadian diare (p=0,035) dengan nilai PR=1,465CI95%

(1,021-2,103) berarti perilaku penggunaan air bersih merupakan salah satu faktor terjadinya diare. Risiko diare 1,465 kali pada orang yang berperilaku tidak memenuhi syaratdalam penggunaan air bersih dibandingkan dengan orang berperilaku memenuhi syarat dalam penggunaan air bersih.

Berdasarkan Tabel 4.15 diketahui berdasarkan uji statistik chi-square,variabel mencuci tangan menunjukkan hasil ada hubungan antara perilaku mencuci tangan dengan kejadian diare (p=0,016) dengan nilai PR=1,652 CI59% (1,043-2,618) berarti perilaku mencuci tangan merupakan salah satu faktor terjadinya diare. Risiko diare 1,652 kali pada orang yang berperilaku tidak memenuhi syarat dalam mencuci tangan dibandingkan dengan orang berperilaku memenuhi syarat dalam mencuci tangan.

4.3.3 Hubungan Faktor Lingkungan dengan Kejadian Diare pada Balita di Sepanjang Daerah Aliran Sungai Deli Tahun 2018

Hasil analisis bivariat hubungan antara faktor lingkungan (pengelolaan sampah dan pembuangan tinja) terhadap kejadian diare pada balita di sepanjang DAS Deli

Tahun 2018, disajikan pada Tabel 4.16 berikut:

Tabel 4.16 Hubungan Faktor Lingkungan dengan Kejadian Diare pada Balita di SepanjangDaerah Aliran Sungai Deli Tahun 2018

No Faktor Lingkungan Diare Tidak

Diare Total

Berdasarkan Tabel 4.16 diketahui bahwa untuk pengelolaan sampah menunjukkan hasil berdasarkan uji statistik chi-square ada hubungan antara pengelolaan sampah dengan kejadian diare (p=0,001) dengan nilai PR=1,795 CI95%

(1,280-2,517) berarti pengelolaan sampah merupakan salah satu faktor terjadinya diare.Risiko diare 1,795kali pada pengelolaan sampah tidak memenuhi syarat dibandingkan dengan pengelolaan sampah memenuhi syarat.

Variabel pembuangan berdasarkan uji statistik chi-square ada hubungan antara pengelolaan tinja dengan kejadian diare (p=0,032) dengan nilai PR=2,456 CI95% (1,014-2,202) berarti pengelolaan sampah merupakan salah satu faktor terjadinya diare. Risiko diare 2,456 kali pada pengelolaan tinjanya tidak memenuhi syarat dibandingkan dengan pengelolaan tinjanya memenuhi syarat.

4.4. Analisis Multivariat

Analisis multivariat adalah untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, sehingga diketahui variabel mana yang paling

dominan terhadap variabel dependen. Multivariat dilakukan juga untuk mengetahuan seberapa besar sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat. Berapa besar hubungan atau sumbangan bersama seluruh faktor yang diteliti oleh peneliti terhadap terjadinya diare di Daerah aliran Sungai Deli tahun 2018. Semua variabel hasil uji bivariat dengan nilai p<0,25 adalah kandidiat yang akan di analis secara regresi logistik. Variabel tersebut adalah, pendidikan, perilaku cuci tangan, jenis kelamin balita, sarana air bersih, perilaku penggunaan jamban, pengelolaan sampah dan pembuangan tinja. Hasil analisis multivariat menunjukan ada tujuh variabel bebas yang layak untuk dipertahankan secara statistik berhubungan terhadap kejadian diare.

Analisis multivarat dengan regersi logistik berganda menggunakan metode (backward LR) yakni variabel yang tidak signifikan secara otomatis dikeluarkan dari dalam model secara bertahap. Hasil akhir analisis multivariat dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

Tabel 4.17 Model Akhir Uji Regresi Logistik Berganda Hubungan Variabel Independen dengan Kejadian Diare pada Balita di Sepanjang Daerah

Aliran Sungai Deli Tahun 2018

No Variabel B p Exp(B) 95%CI

1 Cuci tangan 1,162 0,018 3,195 0,128– 8,385

2 Penggunaan Air bersih 1,024 0,030 2,783 1,107 – 7,003 3 Pengelolaan Sampah 1,593 0,002 4,918 1,814 – 13,332

4 Constant -2,254 0,003 0,105

Tabel di atas menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan

Tabel di atas menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan