• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Diare

2.2.2 FaktorLingkungan

2.2.2.4 Kondisi Saluran Pembuangan Air Limbah

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001, air limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair.

Sementara menurut Notoatmodjo (2011) air limbah atau air buangan merupakan air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan yang lainnya, dibuang dalam bentuk yang sudah kotor (tercemar) dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu kesehatan hidup.

Menurut Kusnoputranto (1986), beberapa sumber dari air buangan/limbah antara lain adalah :

a) Air buangan rumah tangga (domestic wastes water) b) Air buangan kotapraja (municipal wastes water) c) Air buangan industri (industrial wastes water) 2.2.3 Faktor Perilaku Ibu

Menurut Octavia J.M, (2015) Ibu sebagai pengasuh dan yang memelihara balita merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya diare. Hal ini disebabkan karena perilaku ibu yang kurang baik. Perilaku ibu dipengaruhi tingkat pendidikan yang ibu peroleh, biasanya semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin tinggi tingkat pengetahuan dan pemahaman ibu baik dalam mencegah ataupun merawat balita yang menderita diare (KemenkesRI, 2011).

Perilaku mencuci tangan merupakan perilaku yang sangat penting penyebaran penyakit diare, karena tangan merupakan media yang sangat berperan dalam penyebaran penyakit melalui fecal oral. Tidak mencuci tangan sebelum menyuapkan makanan pada anak, setelah buang air besar dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit diare (Depkes RI, 2006).

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011 Penyebab penyebaran kuman diare dan meningkatkan risiko terjadinya penyakit diare, yakni:

a) Tidak memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bulan pertama ASI tidak diteruskan sampai dua tahun. ASI mengandung antibodi yang dapat melindungi bayi dari berbagai kuman penyebab diare.

b) Menggunakan botol susu. Penggunaan botol susu memudahkan pencemaran oleh kuman diare, karena botol susu susah dibersihkan.

c) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan dapat tercemar oleh kuman.

d) Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan dirumah. Pencemaran air dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan tercemar menyentuh air.

2.3 Landasan Teori

Menurut teori Achmadi (2008), dalam perspektif manusia, lingkungan dapat dikelompokkan berbagai kategori, tergantung keperluan kita. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya, dalam hubungan interaksi tersebut faktor komponen lingkungan seringkali mengandung atau memiliki potensi timbulnya penyakit. Misalnya kita meminum air sungai, yang ternyata di dalamnya terdapat sejumlah kuman. atau bisa juga ketika kita makan makanan yang ternyata tanpa diketahui makanan tersebut mengandung bahan toksik berupa bahan pengawet, bahan berwarna, logam berat, parasit atau bahan radioaktif. Contoh lain ikan yang mengandung merkuri atau daun lalapan yang mengandung pestisida.

Semua itu disebut interaksi dengan komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit. Fenomena inilah yang kita kenal sebagai proses perpidahan bibit penyakit. Hubungan interaksi antara manusia serta perilakunya dengan komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit juga dikenal sebagai proses

kejadian penyakit. Proses kejadian satu penyakit dapat pula disebut sebagai patogenesis penyakit. Tiap penyakit memiliki patogenesis sendiri-sendiri. Tanpa memahami patogenesis atau proses kejadian penyakit, kita tidak dapat melakukan pencegahan. Sebagai contoh kejadian diare, jika memahami patogenesis atau proses kejadian diare, maka kita bisa melakukan pencegahan, seperti mencuci tangan sebelum makan, atau setelah buang air besar dan buang air besar pada jamban yang telah disediakan. Patogenesis penyakit dapat dilihat pada diagram Skematik Patogenesis Penyakit berikut ini.

Gambar 2.1 Diagram Skematik Patogenesis Penyakit Sumber : Ahmadi,UF, 2008

Penduduk Sehat/sakit

Sumber penyakit

Komponen lingkunngan

Variabel lain yang berpengaruh

2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian 2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian (Setiadi, 2007), maka hipotesis dalam penelitian, yaitu : Ada hubungan faktor sosiodemografi, faktor perilaku sehat ibu, dan faktor lingkungan sanitasi dasar dengan kejadian diare pada balita di Daerah Aliran Sungai Deli Medan Tahun 2018.

Faktor Sosiodemografi

- Biologi (Total Coliform, Colifecal)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei bersifat analitik dengan desain Cross Sectional, yaitu untuk menggambarkan hubungan

perilaku sehat ibu dan lingkungan sanitasi dasar dengan kejadian diare pada balita di Daerah Aliran Sungai Deli Medan Tahun 2018.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sepanjang bantaran Daerah Aliran Sungai Deli yaitu di daerah Kecamatan Medan Marelan dan Medan Maimun dengan alasan di tempat tersebut belum pernah dilakukan penelitian serupa di lokasi tersebut.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juli 2018.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu rumah tangga yang memiliki balita berdomisili di sepanjang daerah aliran sungai Deli khususnya di wilayah kerja Kecamatan Medan Marelan (Puskesmas Terjun) dan Kecamatan Medan Maimun (Puskesmas Kampung Baru) dari bulan Maret sampai Juli 2018 berjumlah 160.834

orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap dapat menggambarkan populasinya. Sampel dalam penelitian adalahibu yang memiliki balita yang menderita diare dan berdomisili sepanjang daerah aliran sungai di wilayah kerja Kecamatan Medan Marelan (Puskesmas Terjun) dan Kecamatan Medan Maimun (Puskesmas Kampung Baru).

Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus (Lameshow, et,al, 1997).

n≥ [ Z(1-α/2)√Рo(1-Po)+ Z(1-β)√ Pos(1 – Pa)]² ( Po – Pa )²

Keterangan :

n : besar sampel

Z

(1-α/2) : Nilai Deviasi normal pada tingkat kemaknaan = 0,05;

Z

(1-α/2)= 1,96

Z

(1-β) : Kekuatan Uji (ditetapkan peneliti) bila β 10 %, maka

Z

(1-β)= 1,282

P

o : Proporsi diare pada ibu rumah tangga yaitu 0,91

P

a : Proporsi pada balita terkena diare yang diteliti yaitu = 0,94 Pa – Po : Selisih proporsi yang bermakna ditetapkan sebesar = 0,03

n ≥

[

1,96

0,94

(

1-0,94

)+

1,282

0,91

(

1 – 0,91

) ] ²

(

0,94 – 0,91)² n≥

[

1,96

0,116

+

1,282

0,172

]

(0,03)

n≥ 1,437 0,03

n ≥ 47,9 = 48 responden

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan rumus di atas, maka diketahui jumlah sampel di masing-masing wilayah sebanyak 48 responden.

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Consecutive Sampling yaitu sampel yang mudah terjangkau dan mudah di dapat

sesuai dengan ketentuan atau persyaratan populasi. Jadi pengambil sampel diambil secara berurutan dari mulai hulu ke hilir Aliran Sungai Deli.

Kriteria sampel terdiri dari kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Ibu yang memiliki balita yang menderita penyakit diare dalam 1 bulan terakhir pada saat wawancara

2. Ibu yang tinggal di DAS Deli di Kecamatan Medan Marelan (Puskesmas Terjun) dan Kecamatan Medan Maimun (Puskesmas Kampung Baru).

3. Ibu yang memiliki balita berumur 12-60 bulan

4. Ibu yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini

Sedangkan kriteria eksklusi adalah mengeluarkan subjek yang tidak memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab. Penyebabnya antara lain :

1. Masyarakat yang menolak menjadi responden (berpartisipasi/diwawancarai)

2. Keluarga yang tidak tinggal di Daerah Aliran Sungai Deli 3.3.4 Objek Pengambilan Air Sungai

Objek penelitian ini adalah Daerah Aliran Sungai Deli yang berada di wilayah Medan Marelan dan Medan Maimun. Sampel air diambil di dua titik di tempat tersebut yaitu di Hulu dan Hilir.

1. Alat dan Bahan

a) 1 botol sampel 1000 ml b) Tali plastik

2. Cara kerja :

a) Botol sampel dibilas dengan air sampel 2 sampai 3 kali

b) Botol sampel yang terbuat dari plastik dimasukkan ke dalam air sungai.

Masing-masing botol sampel yang berisi air sungai diambil dari hulu dan hilir c) Pegang botol pada bagian bawah dan celupkan sampai ke dalaman ± 20 cm

dengan bibir botol sedikit menghadap keatas ke arah aliran air.

d) Sampel diambil ± 1.000 ml e) Tutup botol kembali

f) Kemudian untuk pemeriksaan dibawa ke laboratorium BTKL Medan Langkah-langkah Pengambilan Sampel Air Sungai sebagai berikut :

1) Tentukan sungai yang akan diambil airnya

2) Cari titik pengambilan sampel, dengan mengikuti daerah tali arus 3) Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 16.00 – 18.00

4) Saat pengambilan sampel usahakan botol berada di dalam air isi sampai penuh 5) Setelah penuh tutup botol di dalam air untuk menghindari gelembung udara

yang masuk ke dalam botol

6) Setelah selesai simpan botol berisi sampel air lalu segera diantar ke BTKL untuk menghindari reaksi di dalam sampel

Berikut ini adalah skema tempat pengambilan air sungai Deli

Gambar 3.1 Skema Tempat Pengambilan Air Sugai Deli

3.4 Sumber Data, Teknik dan Intrument Pengumpulan Data 3.4.1 Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh di lapangan dengan cara wawancara langsung dengan responden menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu yang berkaitan dengan perilaku dan kebiasaan hidup sehat dan bersih sehari-hari. Data sekunder adalah data terolah yang diperoleh dari instansi terkait untuk mendukung hasil penelitian yang berupa hasil dokumentasi atau arsip laporan data dari kelurahan, kecamatan, puskesmas, Dinas Kesehatan dan balai Laboratorium BTKL Medan.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara

Wawancara (interview) adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapat keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang peneliti (responden), atau berbicara berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). Wawancara sebagai pembantu utama dari metode observasi. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara terpimpin (structured interview), dimana wawancara ini dilakukan berdasarkan pedoman berupa kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya, sehingga interviewer hanya membacakan pertanyaan ataupun pernyataan tersebut kepada interviewer

b. Pengamatan (observasi)

Pengamatan adalah suatu prosedur berencana yang meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah taraf aktivitas atau situasi tertentu yang ada hubungannya

dengan masalah yang diteliti. Jenis observasi yang dilakukan adalah observasi partisipatif partiil (sebagian), dimana peneliti hanya mengambil bagian pada kegiatan-kegiatan tertentu saja (tingkah laku yang akan timbul). Observasi ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas pelaksanaan sanitasi total berbasis lingkungan dan penanggulangan diare di wilayah tersebut.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

Variabel merupakan sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok yang berbeda dengan kelompok yang lain (Notoatmodjo, 2011). Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 3.5.1 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Variabel Dependen (variabel terikat)adalah variabel yang tergantung atas variabel yang lain, sebagai akibat. Variabel terikat dalam penelitian adalah Kejadian Diare pada balita di Daerah Aliran Sungai Deli

2. Variabel Independen (variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau sebab dari variabel terikat yaitu faktor sosiodemografi (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan), faktor perilaku sehat ibu (penggunaan jamban, penggunaan air bersih dan perilaku mencuci tangan) faktor lingkungan sanitasi dasar (pembuangan sampah dan pembuangan tinja).

3.5.2 Definisi Operasional

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

a. Faktor sosial demografi adalah faktor kependudukan yang diukur dengan indikator umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.

1. Umur adalah usia responden sejak dilahirkan sampai ulang tahun terakhir 2. Jenis kelamin balita adalah keadaan tubuh balita responden yang dibedakan

secara fisik dan biologis

3. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang berhasil ditamatkan responden

4. Pekerjaan adalah aktivitas sehari-hari untuk mencari nafkah dengan mendapatkan upah setiap bulannya.

5. Pendapatan adalah penghasilan keluarga baik responden maupun kepala keluarga yang dihitung dalam satu bulan

b. Perilaku sehat adalah Sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh keluarga dan lingkungan atas dasar kesadaran sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit diare. Perilaku dalam penelitian ini dijelaskan dengan indikator, yang mencakup penilaian terhadap :

1) Perilaku menggunakan jamban dimana masyarakat memiliki perilaku untuk Buang Air Besar dan Buang Air Kecil di jamban atau WC.

2) Perilaku menggunakan air bersih dimana masyarakat menggunakan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

3) Perilaku mencuci tangan adalah tindakan masyarakat dan kebiasaan membersihkan tangan sebelum makan.

c. Faktor Lingkungan (Sanitasi Dasar)

Dilakukan observasi dan pengamatan di rumah tempat tinggal responden.

Lingkungan Sanitasi Dasar yang diobservasi yaitu:

1) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 2) Pembuangan Limbah Tinja Manusia d. Kejadian Penyakit Diare (Y)

Kejadian penyakit diare adalah keadaan seseorang mengalami buang air besar (BAB) dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi faeces lembek, cair atau mencret dengan frekuensi lebih 3 kali sehari dalam 1 bulan terakhir.

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel No Variabel Cara dan Alat

Tabel 3.1 (Lanjutan)

Sanitasi Dasar Observasi atau pengamatan kondisi lingkungan dan tempat tinggal responden meliputi; (Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, dan Pembuangan Tinja sekitar rumah)

Untuk mengetahui kondisi sanitasi responden diajukan 4 sub pertanyaan dengan item jawaban ya dan tidak dengan skor tertinggi Ya = 1 dan Tidak = 0.

Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh kemudian diklarifikasikan dalam 2 kategori:

a) Memenuhi syarat, apabila skor jawaban > 75%

b) Tidak memenuhi syarat, apabila skor jawaban < 75% (Ridwan, 2007).

1. Sarana Air Bersih

Cara pengukuran : Observasi dan wawancara Hasil ukur :

a. Memenuhi syarat, apabila skor jawaban > 75%

b. Tidak memenuhi syarat, apabila skor jawaban < 75% (Ridwan, 2007).

2. Sarana pembuangan Kotoran/Tinja Cara pengukuran : Observasi dan wawancara Hasil ukur :

a. Memenuhi syarat, apabila skor jawaban > 75%

b. Tidak memenuhi syarat, apabila skor jawaban < 75% (Ridwan, 2007).

3. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Cara pengukuran : Observasi dan wawancara Hasil ukur :

a. Memenuhi syarat, apabila skor jawaban > 75%

b. Tidak memenuhi syarat, apabila skor jawaban < 75% (Ridwan, 2007).

4. Sarana Pembuangan Sampah

Cara pengukuran : Observasi dan wawancara Hasil ukur :

a. Kurang Baik, apabila skor jawaban < 75%

b. Baik, apabila skor jawaban ≥ 75% (Ridwan, 2007) 5. Perilaku Sehat Ibu

Untuk mengetahui perilaku sehat responden, maka diajukan 16 pertanyaan terdiri dari ;

a. Pertanyaan cuci tangan pakai sabun, jumlah pertanyaan 6 butir dengan

kriteria jawaban selalu = 2, kadang-kadang =1 dan tidak=0, sehingga diperoleh total skor jawaban 12,

b. Pertanyaan penggunaan jamban, jumlah pertanyaan 5 butir dengan jawaban ya = 1 dan Tidak = 0, sehingga diperoleh total skor 5

c. Pertanyaan penggunaan air bersih, jumlah pertanyaan 5 butir dengan jawaban Ya=1 dan Tidak=0, sehingga diperoleh total skor 5

Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh kemudian diklarifikasikan dalam 2 kategori :

a. Perilaku tidak memenuhi syarat, apabila skor jawaban< 75% nilai keseluruhan atau memperoleh nilai skor < 17

b. Perilaku memenuhi syarat, apabila skor jawaban ≥75% nilai keseluruhan atau memperoleh nilai skor ≥ 17 (Ridwan, 2007).

6. Diare

Cara pengukuran : wawancara Hasil ukur :

1. Ya, jika responden mengalami diare dalam satu bulan terakhir 2. Tidak diare, jika responden tidak mengalami diare

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 3.6.1 Metode Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai berikut : 1. Editing (pemeriksaan data).

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban atas

pertanyaan. Apabila terdapat jawaban yang belum lengkap atau terdapat kesalahan maka data harus dilengkapi dengan cara wawancara kembali terhadap responden 2. Coding (pemberian kode)

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual.

3. Tabulating

Memindahkan data dari daftar pertanyaan ke dalam tabel-tabel yang telah dipersiapkan.

3.6.2 Teknik Analisis Data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data (baik data sekunder dan data primer) ataupun dengan menggunakan kuesioner, kemudian dibahas untuk dipaparkan keadaan yang ditemui berdasarkan teori-teori pendukung kemudian di lakukan analisis data sebagai berikut :

1) Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menfapatkan gambaran tentang distribusi frekuensi responden yang diteliti, dari setiap variabel independen (faktor sosiodemografi, faktor perilaku sehat dan faktor lingkungan) dan variabel dependen (kejadian diare) di Puskesmas Medan Labuhan dan Medan Area.

2) Analisis Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel independen (faktor sosiodemografi, faktor perilaku sehat dan faktor lingkungan) terhadap variabel

dependen (kejadian diare) melalui tabulasi silang dan kemudian dilakukan analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square pada tingkat kepercayaan 95%, dengan menggunakan rumus (Sugiyono, 2008) :

K (fo – fn)² χ² = ∑

i=1 fn Dimana :

χ² = Chi Kuadrat

fo = frekuensi yang diobservasikan fn = frekuensi yang diharapkan 3) Analisis Multivariat

Analisis multivariat adalah untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, sehingga diketahui variabel mana yang paling dominan terhadap variabel dependen dengan menggunakan regresi logistik mempergunakan perangkat lunak komputer.

Tahapan proses analisis multivariat adalah sebagai berikut :

1. Memasukkan variabel kandidat dalam proses analisis multivariat regresi logistik berganda dengan cara memilih variabel independen yang memiliki nilai p< 0,25.

2. Melakukan analisis semua variabel independen yang masuk dalam pemodelan dengan menggunakan metode backward LR dengan cara mengeluarkan variabel independen yang memiliki nilai p terbesar sehingga didapatkan model awal dengan variabel faktor penentu yang memiliki nilai p< 0,05.

3. Hasil uji multivariat yang mempunyai nilai p<0,05 merupakan pemodelan akhir

dari penentu faktor yang paling dominan terhadap kejadian penyakit Diare.

4. Model yang diasumsikan dari regresi logistik untuk probabilitas kejadian suatu penyakit dengan menggunan rumus :

p= 1 1+e -y

p= 1 1+e -(a+b1x

1+ a+b 2x

2+ a+b sx

s...+b ix

i)

Dimana :

e = Bilangan natural (2,718) a = Konstanta

b = Koefisien regresi X1,2...i = Variabel independen

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sepanjang bantaran aliran Daerah Sungai Deli yaitu di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Maimun. Sungai Deli merupkan salah satu dari delapan sungai yang ada di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.

Mulanya, pada masa kerajaan Deli, sungai ini merupakan urat nadi perdagangan ke daerah lain. Saat ini, luas hutan di hulu Sungai Deli hanya tinggal 3.655 hektar, atau tinggal 7,59 persen dari 48.162 hektar areal DAS Deli. Padahal, dengan luas 48.162 hektare, panjang 71,91 kilometer (km), dan lebar 5,58 km, DAS Deli seharusnya memiliki hutan alam untuk kawasan resapan air sedikitnya seluas 140 hektar, atau 30 persen dari luas DAS.

Pencemaran Sungai Deli, 70% di antaranya diakibatkan limbah padat dan cair.

Limbah domestik padat atau sampah yang dihasilkan di Kota Medan 1.235 ton/hari.

Sungai Deli merupakan sungai yang berada di daerah Sumatera Utara. Jika dilihat dari peta, bentuk DAS yang mengalir sepanjang 72 kilometer ini terlihat memanjang dan langsing/tidak terlalu lebar, mengalir dari hulu di gunung ke hilir di laut. DAS melewati Kabupaten Karo, Deli Serdang dan Kota Medan. DAS ini terdiri dari tujuh gugus sungai, berhulu dari Sungai Petani, Simai-mai, Deli, Babura, Bekala, Sei Kambing dan Paluh Besar. Daerah hulu secara geografis terdapat pada kawasan Kecamatan Simpang Empat, Brastagi (Kabupaten Karo) serta Sibolangit (Kabupaten

Deli Serdang). Air Sungai di hulu yang berada pada kawasan Sungai Petani, warna airnya agak keruh, namun semakin ke tengah terlihat jauh lebih jernih yaitu pada kawasan Namorambe dan Sibolangit. Sebelum sampai di Kawasan tengah ini aliran sungai memiliki cukup banyak sumber air dan terpencar oleh sungai-sungai kecil yang seolah-olah menjadi pembuluh perifer dan akhirnya sampai pada Sungai Babura. Aliran air sungai di Kecamatan Sibolangit dan Namorambe banyak menjadi kawasan wisata alam karena sudah mengalami penyaringan secara alami oleh alam sehingga air lebih jernih dan segar. Namun keadaan DAS pada kawasan hilir, yaitu sungai Deli yang berada pada kawasan Kota Medan kembali menjadi hal yang memprihatinkan bagi alam.

Kondisi air yang cukup memprihatinkan, warna air keruh kecoklatan, air bercampur lumpur dan lebih lagi banyak sampah yang „menghiasi‟ permukaan sungai, belum lagi yang mengendap pada dasar sungai. Limbah pabrik dan rumah tangga di sepanjang aliran sungai yang disengaja maupun tidak, langsung ke kawasan sungai mengakibatkan pencemaran pada DAS di kawasan hilir tersebut.

4.1.1 Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan A. Data Geografis

Puskesmas Terjun merupakan salah satu Puskesmas yang menjadi pusat pembangunan. Puskesmas ini didirikan pada tahun 1979 dan diresmikan oleh Walikota Madya Medan Bapak A.S Rangkuti. Puskesmas Terjun menyediakan fasilitas rawat inap. Batas wilayah Kecamatan Medan Marelan adalah sebagai berikut

- Sebelah Utara : berbatasan dengan Medan Belawan

- Sebelah Selatan : berbatasan dengan Medan Labuhan

- Sebelah Timur : berbatasan dengan Medan Helvetia

- Sebelah Barat : berbatasn dengan Deli Serdang

Luas wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan yaitu 447Ha.

Sedangkan wilayah kerja Puskesmas Medan Marelan terdapat 3 (tiga) Puskesmas Pembantu, yaitu : (1) Puskesmas pembantu Tanah 600 ; (2) Puskesmas Pembantu Labuhan Deli (3) Puskesmas Pembantu Rengas Pulau.

B. Data Demografis

Puskesmas Terjun melayani kesehatan masyarakat di lima kelurahan yaitu kelurahan Rengas Pulau,Kelurahan Tanah 600, Kelurahan Paya Pasir, Kelurahan Terjun dan Kelurahan Labuhan Deli. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan sebanyak 132.584 jiwa. Adapun jumlah penduduk berdasarkan lingkungan dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Terjun Tahun 2016 No Kelurahan Jumlah Lingkungan Jumlah Penduduk

1 Terjun 22 26.113

2 Rengas Pulau 35 11.164

3 Tanah 600 11 51.534

4 Paya Pasir 9 16.618

5 Labuhan Deli 11 27.155

Jumlah 88 132.284

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa lingkungan yang terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Terjun adalah di Kelurahan Terjun dengan 22 lingkungan.

1. Fasilitas Fisik

Puskesmas Terjun dalam menjalankan kegiatannya didukung oleh fasilitas

fisik meliputi: Ruang Rawat Jalan dan Ruangan dilengkapi dengan alat kesehatan/meubiler yang sesuai.

2. Tenaga Kesehatan

Adapun tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan adalah sebagai berikut.

Tabel 4.2 Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2016

No Tenaga Kesehatan Jumlah Persentase (%)

1 Dokter Umum 6 17,1 terbanyak yaitu tenaga paramedis sebanyak 22 orang (62,8%).

4.1.2 Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun

Puskesmas Kampung Baru terletak di Jalan Pasar Senen Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun.Kecamatan Medan Maimun merupakan salah satu dari 21 Kecamatan di Kota Medan yang terletak di wilayah Selatan kota Medan. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Medan Maimun adalah :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Johor - Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Polonia

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Kota

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Kota