• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.5 Validasi Alat Peraga

4.5.5 Analisis Proses dan Dampaknya

Analisis proses bertujuan untuk mengetahui dampak penggunaan alat peraga oleh siswa menggunakan triangulasi data. Triangulasi data diperoleh berdasarkan pendapat guru kelas II, sekelompok siswa kelas II, dan peneliti. Pada awal pendampingan belajar di awali dengan mengenalkan materi yang di ajar oleh peneliti selaku direktris. Setelah itu, siswa diberikan kesempatan untuk berlatih secara mandiri menggunakan alat peraga secara bergantian. Selama pendampingan, guru beberapa kali mengamati penggunaan alat peraga tersebut sekaligus memvaliadasi alat peraga yang dikembangkan oleh peneliti. Ketika

71 mengamati kegiatan yang dilakukan oleh siswa, guru memberikan komentar, “Alat peraganya bagus mbak, anak bisa berlatih sendiri”, (wawancara dengan guru, 16 Desember 2013). Pertanyaan tersebut mengindikasikan bahwa alat peraga yang dikembangkan memiliki daya tarik tersendiri bagi siswa dan dapat mengajarkan siswa untuk belajar secara mandiri.

Pada saat pretest, siswa W mengatakan, “soalnya susah bu”, (wawancara dengan siswa, 16 Desember 2013. Hal serupa dikatakan oleh siswa siswa V, A, V, dan S yang mengatakan bahwa soal yang berikan susah. Selama proses pendampingan, peneliti juga melakukan pengamatan terkait sikap siswa dalam menggunakan alat peraga tersebut. Berdasarkan hasil observasi yang ditemukan selama uji coba lapangan terbatas, siswa terlihat sangat tertarik dan berminat dalam menggunakan alat peraga yang telah dikembangkan. Ketertarikan terihat saat menggunakan pion dan balok angka. Ketika menggunakan alat tersebut, siswa A mangatakan “yang merah ini bagus kaya buat mainan catur” (wawancara dengan siswa, 16 Desember 2013). Setelah mengatakan hal tersebut, siswa A mengambil pion dan mengambil beberapa balok satuan dan disusun secara urut sederet dengan pion. Hal tersebut mengindikasikan bahwa siswa tertarik menggunakan alat peraga tersebut.

Sebelum peneliti datang untuk pendampingan, sekelompok siswa tersebut menyiapkan ruangan dan saling bergotong-royong dengan teman-temannya untuk membawa alat peraga yang peneliti titipkan kepada guru kelas II. Menyiapkan alat peraga secara bersama-sama dengan temannya sebelum pendampingan dimulai, mengindiksikan bahwa siswa kelas II sangat berminat sekali untuk belajar bersama. Ketika pendampingan belajar dimulai, peneliti mengajarkan materi yang baru dengan terlebih dahulu memberi contoh penggunaan. Ketika pendampingan secara bergiliran, kelima anak tersebut saling berebut untuk mendapatkan giliran pertama yang dibimbing. Akhirnya peneliti berinisiatif memberikan nomor undian kepada masing-masing siswa, dan siswa tersebut akhirnya tenang. Ketika Peneliti mengajarkan siswa S, siswa S sangat tenang dan memperhatikan peneliti. Ketika memberi bimbingan siswa S, siswa A,V,W dan G memperhatikan dengan seksama pula. Ketika diajarkan mengenai perbedaan peletakkan balok puluhan dan satuan yang berbeda, siswa sangat

72 memahami. Namun, selang hari siswa lupa dan meletakkan balok satuan ke lubang untuk puluhan. Meskipun begitu, peneliti memaklumi hal tersebut karena dalam prinsip pembelajaran Montessori anak diberi kebebasan untuk belajar, namun dengan menggunakan prosedur yang tepat. Namun diajarkan mengenai materi pembagian bilangan dua angka dengan bilangan satu angka tanpa menukar, siswa dapat membedakan lubang yang digunakan untuk puluhan dan lubang yang digunakan untuk satuan. Meskipun begitu jawaban yang dihitung oleh siswa benar semua.

Berdasarkan wawancara yang kepada guru, guru menyatakan bahwa siswa W adalah siswa yang caper dengan guru dan ramai ketika di kelas. Ketika peneliti memberikan pendampingan terhadap siswa W, siswa W sangat tenang memperhatikan penjelasan peneliti. Dia sering bertanya pada peneliti bila mengalami kesusahan. Berbeda dengan siswa W, siswa G adalah siswa yang tenang ketika belajar, ketika pendampingan siswa G sangat memperhatikan peneliti, jika diberi pertanyaan bisa menjawab dengan benar meskipun masih malu-malu. Hari terakhir penelitian, siswa diberikan soal posttest. Ketika diberikan soal tersebut, siswa W, A, S, dan V secara bersamaan mengatakan” bu ini soalnya sudah dikerjakan kemarin”, (wawancara dengan siswa, 20 Desember 2013). Meskipun begitu sekelompok siswa tersebut mengerjakan soal secara mandiri.

Setelah penelitian selesai, peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas. Guru kelas II mengucapkan terima kasih, ternyata alat peraga yang dikembangkan dapat membantu siswa. Ketika awal perkenalan dengan sekolah ketika Program Pengalaman Lapangan (PPL), siswa W mengatakan, “bu kapan les lagi” (wawancara dengan siswa, 6 Januari 2013). Pernyataan yang sama diungkapan oleh siswa V dan S yang ingin les kembali menggunakan alat peraga papan pembagian. Setelah empat minggu setelah ujicoba lapangan terbatas, peneliti menanyakan tentang siswa W, V, G, A, dan S ketika di kelas. Guru mengatakan, bahwa “Simon itu sebenarnya pinter mbak, dia butuh pendampingan yang telaten, dan kadang kalau tanya ki suarane pelan mbak”.

Setelah melaksanakan posttest dan kuesioner, peneliti melakukan wawancara terhadap kelima siswa tersebut. Ketika ditanyai mengenai penggunaan

73 alat peraga, siswa S menjawab, “Pilih belajar dengan alat karena sangat asyik”, (wawancara dengan siswa, 16 April 2014). Hal yang sama diungkapkan oleh siswa W, V, dan G. Siswa V mengatakan bahwa, seneng belajar dengan alat lebih enak,” (wawancara dengan siswa 16 April 2014). Berdasarkan pernyataan yang diungkapkan oleh siswa, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa alat peraga dapat mempunyai dampak yang baik dalam hal proses belajar mereka. Ketika mewawancarai siswa A terkait penggunaan alat peraga, siswa A menyatakan bahwa alat peraga pembagian dapat membuatnya dalam menemukan kesalahannya sendiri. Wawancara yang berbeda dilakukan kepada siswa V dan S, kedua siswa tersebut lebih menyukai belajar secara mendiri. Hal tersebut dikarenakan kedua siswa selalu belajar sendiri jika pulang sekolah tanpa di dampingi oleh orang tua mereka.

4.5.5.1 Analisis Hasil Tes

Setelah dilakukan validasi produk, peneliti melakukan ujicoba lapangan terbatas. Sebelum siswa diberi pendampingan belajar dengan menggunakan alat peraga, siswa diberi soal pretest. Pemberian soal ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa. Pretest dilakukan pada tanggal 16 Desember 2013. Pemberian posttest dilakukan pada tanggal 20 Desember 2013 untuk mengetahui seberapa dalam pemahaman siswa terhadap materi pembagian yang telah diajarkan selama 4 hari. Rekapitulasi pretest dan posttest dapat dilihat pada tabel 4.13 Persentase kenaikan dapat dihitung sebagai berikut.

Persentase kenaikan= ̅ ̅

̅

Tabel 4.13 Perbandingan hasil pretest dan posttest

No. Nama Siswa Nilai Kenaikan (%)

Pretest Posttest 1. G 41,67 75 75.97% 2. A 38,33 48,3 26.08% 3. S 38,3 90 134.08% 4. W 36.67 75 104.50% 5. V 36.67 55 49.98% Rerata 38,33 68,33 78.06%

Pada pelaksanaan pretest, siswa memperoleh skor rerata 38,32. Kelima siswa tersebut memperoleh nilai di bawah 50 (lihat lampiran 4.3 halaman 120).

74 Hal tersebut dikarenakan siswa kelas II belum diajarkan materi pembagian. Hasil

posttest menunjukkan adanya peningkatan terhadap rerata nilai kelima siswa tersebut. Peningkatan pretest dan posttest sebesar 78.06% dengan kenaikan tertinggi diperoleh oleh siswa S, yaitu sebesar 134.08% yang diperoleh dengan rumus pada rumus 3.3 halaman 43. Nilai rerata posttest kelima siswa tersebut adalah 68.33. Satu dari kelima siswa tersebut memperoleh nilai 90, dua orang memperoleh nilai di atas 70, dan dua orang memperoleh nilai di bawah 60. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, dua orang yang memperoleh nilai di bawah 60 kurang serius dalam belajar. Siswa A adalah siswa yang memperoleh nilai terendah dibandingkan dengan temannya yang lain, yaitu nilai 48,33 untuk soal posttest. Siswa A tidak mendengarkan penjelasan dalam menggunakan alat peraga dengan baik. Selain itu, siswa A sesekal mengajak temannya untuk bermain menggunakan alat peraga yang peneliti gunakan saat mengajar siswa yang lain. Sedangkan, siswa S mengalami peningkatan paling tinggi di antara siswa yang lainnya yaitu sebesar 134.08%. Peningkatan perolehan nilai siswa S tinggi karena siswa S adalah siswa yang rajin, aktif, dan mampu mengajari temannya yang sama-sama mengikuti pendampingan belajar berdasarkan hasil pengamatan peneliti. Pada saat peneliti mengajarkan materi, S selalu mendengarkan penjelasan peneliti secara seksama.

Diagram 4.1 Hasil pretest dan posttest siswa

Berdasarkan diagram 4.1 daat dilihat bahwa hasil pretest dan posttest

terjadi peningkatan tinggi dan rendah. Pada nilai pretest, nilai yang diperoleh berkisar 36 hingga 41. Pada diagram tersebut rerata posttest memperoleh 68.33.

0 20 40 60 80 100 G A S W V Pretest Posttest

75 Persentase kenaikan pretest ke posttest sebesar 78.06%. Pada diagram, 4.2 dapat dilihat perbendingan dari nilai pretest dan posttest tersebut.

Diagram 4.2 Perbandingan skor rerata pretest dan posttest

Berdasarkan diagram 4.2 dapat dilihat peningkatan skor dari soal pretest

dan soal posttest. Perbedaan tersebut dikarenakan ketika siswa mengerjakan soal

pretest, kelima siswa tersebut belum diajarkan tentang materi pembagian. Sedangkan sebelum posttest, siswa terlebih dahulu diajarkan tentang materi pembagian, sehingga mereka dapat mengerjakan dan mengalami peningkatan nilai.

4.5.5.2Analisis Kuesioner Validasi Produk oleh Siswa

Setelah selesai mengerjakan soal posttest, siswa mengisi kuesioner untuk mengetahui kualitas alat peraga yang dikembangkan. Kuesioner ini menggunaan skala Likert. Pengisian kuesioner dilakukan pada tanggal 8 Januari 2013. Pengisian kuesioner ini dilakukan jauh hari setelah ujicoba lapangan terbatas karena ketika hari terakhir ujicoba lapangan terbatas, siswa mengerjakan soal

posttest terlalu lama, sehingga siswa tersebut sudah ditunggu oleh orang tua mereka. Rekapitulasi valiadasi produk oleh kelima siswa dapat dilihat pada tabel 4.14.

Tabel 4.14 Rekapitulasi kuesioner validasi produk oleh siswa.

No. Siswa Jumlah Skor Rerata Kalsifikasi

1. G 30 3 Baik

2. A 30 3 Baik

3. S 40 4 Sangat baik

4. W 40 3 Sangat baik

5. V 34 3.4 Baik

Rerata 3,48 Sangat baik

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Pretest Posttest

76 Berdasarkan tabel 4.14 menunjukkan rerata hasil rekapitulasi penilaian produk siswa adalah 3,48 (lihat lampiran 4.5 halaman 120) Hal tersebut menunjukan bahwa kualitas alat peraga papan pembangian bilangan “sangat baik” yang mengindikasikan bahwa alat peraga yang dikembangkan memenuhi lima kriteria alat peraga yang dikembangkan, yaitu menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education, dan kontekstual. Hal tersebut mengindikasikan bahwa alat peraga yang dikembangakan memenuhi keempat ciri alat peraga Montessori, yaitu menarik, bergradasi, auto-education, dan auto-correction serta satu ciri tambahan, yaitu kontekstual.

Dokumen terkait