• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.3 Pembuatan Alat Peraga

Desain alat peraga yang akan dikembangkan mengadopsi pada alat peraga stamp games. Alat peraga stamp games terdiri atas kartu angka satuan hingga ribuan dan skittle sebagai pembagi. Desain alat peraga yang dikembangkan terdiri dari (1) kotak balok, (2) papan pembagian bilangan, (3) kartu soal, (4) balok satuan, puluhan, ratusan, dan ribuan, dan (5) pion. Desain inilah yang akan dijadikan peneliti dalam merancang alat peraga yang akan dikembangkan.

55 Kotak balok merupakan sebuah kotak yang digunakan untuk menyimpan dan meletakkan kartu soal, balok satuan, balok puluhan, balok ratusan, dan balok ribuan, dan pion. Kotak balok ini memiliki ukuran lebar 19,5 cm, panjang 26,5 cm, dan tinggi 5 cm dengan ketebalan 1 cm untuk kotaknya, dan 0,5 cm untuk tutup kotaknya. Kotak tersebut terdiri atas 6 ruangan, yaitu (1) ruang untuk balok satuan, (2) ruang untuk balok puluhan, (3) ruang untuk balok ratusan, (4) ruang untuk balok ribuan, (5) ruang untuk kartu soal, dan (6) ruang untuk pion. Ruang untuk balok satuan berukuran 8 cm x 9 cm x 5 cm. Ruangan untuk balok puluhan berukuran 5 cm x 9 cm x 5 cm. Ruang untuk balok ratusan berukuran 5 cm x 9 cm x 5 cm. Ruang untuk balok ribuan berukuran 5 cm x 9 cm x 5 cm. Ruang untuk kartu soal berukuran 12 cm x 6,5 cm x 5 cm. Ruang untuk pion berukuran 12 cm x 6,5 cm x 5 cm. Kotak ini dilengkapi oleh tutup yang berukuran 26,5 cm x 19,5 x 0,5 cm. Jenis kayu yang digunakan adalah kayu mindi yang ringan. Pemilihan kayu yang ringan bertujuan supaya siswa dapat membawa dan memindahkan kotak tersebut ketika digunakan. Pembuatan kotak berserta tutup dibuat dengan memperhatikan kehalusan kayu.

56

Gambar 4.3 Gambar tutup balok

Papan pembagian bilangan merupakan papan yang digunakan anak untuk berlatih mengenai konsep pembangian. Papan ini terbuat dari kayu mindi yang ringan, sehingga anak mudah membawa dan memindahkannya ketika digunakan. Papan ini memiliki ukuran 27 cm x 47 x cm. Papan ini terdiri atas 18 lubang lingkaran dan 162 buah lubang berbentuk persegi. Lubang berbentuk lingkaran memiliki diameter 2,5 cm, dengan ke dalaman lubang 0,5 cm. Setiap lubang lingkaran memiliki jarak 0,5 cm. Sedangkan lubang berbentuk persegi memiiki ukuran 2 cm x 2 cm, dengan ke dalaman lubang 0,5 cm. Setiap lubang persegi memiliki jarak 0,5 cm dengan lainnya.

57 Kartu soal terbuat dari kertas ivory 260. Kartu soal ini berukuran 8,5 cm x 4 cm. Kartu soal yang digunakan berjumlah 90 soal yang diberi sekat pembatas untuk masing-masing indikator. Kartu soal mengenai pembagian bilangan sampai habis menggunakan satu angka terdiri atas 6 soal. Kartu soal mengenai pembagian bilangan satu angka bilangan dengan bilagan itu sendiri terdiri atas 9 soal. Pembagian dengan bilangan satu terdiri atas 9 soal. Pembagian bilangan dua angka dengan bilangan satu angka tanpa menukar terdiri atas 15 soal. Pembagian bilangan dua angka dengan bilangan satu angka dengan menukar terdiri atas 51 soal.

Gambar 4.5 Desain kartu soal

Balok satuan, balok puluhan, balok ratusan, balok ribuan terbuat dari kayu mindi. Balok ini memiliki ukuran 1,7 cm x 1,7 cm x 1 cm. Agar tampak menarik, balok-balok ini diberi warna yang cerah sesuai dengan analisis kebutuhan. Balok satuan diberi warna biru muda, balok puluhan diberi warna ungu, balok ratusan diberi warna orange, balok rbuan diberi warna biru tua. Masing-masing balok diberi angka yang berbeda untuk menandakan bahwa balok tersebut memiliki nilai yang berbeda. Tiap balok satuan diberi angka 1, balok puluhan diberi angka 10, balok ribuan diberi angka 100, dan tiap balok ribuan diberi angka 1000. Warna angka pada tiap balok dipilih warna putih agar tampak jelas jika ditempelkan pada balok yang sudah diberi warna.

58 Pion pada alat peraga ini dibuat layaknya pion dalam permainan catur. Pion ini memiliki ukuran tinggi 4 cm dan memiliki diameter 2 cm. Pion ini digunakan sebagai pembagi. Warna pada pion dipilih berdasarkan analisis kebutuhan siswa, yaitu warna merah.

Gambar 4.7 Desain pion 4.3.2 Album Alat Peraga

Album alat peraga merupakan pelengkap dari sebuah alat peraga. Album alat peraga ini digunakan sebagai pedoman penggunaan alat peraga dalam pembelajaran (lihat lampiran 8, halaman 131). Album alat peraga Montessori berisikan mengenai SK, KD, indikator, tema, tujuan langsung, syarat, usia, presentasi penggunaan alat peraga dan pengendali kesalahan. Album alat peraga ini berisi materi pembagian bilangan dua angka. Materi pembagian bilangan terdiri atas empat indikator yang perlu dicapai siswa saat belajar, yaitu (1) melakukan pembagian bilangan sampai habis dengan bilangan satu angka, (2) melakukan pembagian bilangan dengan bilangan itu sendiri, (3) melakukan pembagian dengan bilangan 1, dan (4) melakukan pembagian bilangan dua angka dengan bilangan satu angka. Pada indikator keempat dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu pembagian bilangan dua angka dengan bilangan satu angka tanpa menukar dan pembagian bilangan dua angka dengan bilangan satu angka dengan menukar.

Tema pembelajaran yang diajarkan pada album pembagian bilangan ada enam macam. Tema pembelajaran pertama adalah pengantar. Tujuan pembelajaran ini adalah mengenalkan siswa mengenai konsep satuan, puluhan, ratusan, dan ribuan. Tema pembelajaran kedua mengenai pembagian bilangan sampai habis dengan bilangan satu angka. Tema pembelajaran ketiga mengenai pembagian bilangan dengan bilangan itu sendiri. Tema pembelajaran keempat

59 mengenai pembagian dengan bilangan 1. Tema pembelajaran kelima mengenai pembagian bilangan dua angka dengan bilangan satu angka tanpa menukar. Tema pembelajaran keenam mengenai pembagian bilangan dua angka dnegan bilangan satu angka dengan menukar.

Tujuan langsung merupakan tujuan pembelajaran yang perlu dicapai sesuai dengan indikator yang sudah ditetapkan. Syarat pada album merupakan kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa sebelum mempelajari materi. Usia pada album merupakan batasan usia siswa saat mempelajari materi. Presentasi merupakan langkah-langkah atau pedoman penggunaan alat peraga dalam pembelajaran. Sedangkan pengendali kesalahan adalah sesuatu yang dapat membantu siswa dalam menemukan kesalahan ketika menggunakan alat peraga dalam pembelajaran.

4.3.3 Pengumpulan Bahan

Pengumpulan bahan akan dilakukan setelah desain alat peraga sudah selesai dibuat. Bahan yang digunakan dalam pembuatan alat peraga dengan memanfaatkan potensi lokal di sekitar lokasi penelitian. Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan alat peraga adalah kayu mindi (Melia azederch Linn) Kayu mindi adalah jenis kayu yang banyak ditemukan di daerah Yogyakarta yang mudah tumbuh di berbagai konsisi tanah (Praptoyo, 2010: 21) ini merupakan kayu yang ringan, mudah ditemukan, tahan dengan rayap. Kayu mindi merupakan bahan utama pembuatan kotak balok, papan pembagian kayu ini bilangan, balok satuan, balok puluhan, balok ratusan, balok ribuan, dan pion. Balok kotak dan papan pembagian bilangan diberi plitur. Sedangkan balok ratusan, balok puluhan, balok ratusan, balok ribuan, dan pion diberi warna menggunakan cat kayu. Plitur dan cat warna kayu dapat ditemukan di toko pembangunan. Alat peraga ini dilengkapi juga dengan kartu soal. Kartu soal dibuat dengan menggunakan kertas

ivory dengan ketebalan 230. Kertas ivory ini dapat ditemukan di toko alat tulis.

4.3.4 Pembuatan Alat Peraga

Alat peraga dibuat setelah desain alat peraga, desain album alat peraga, dan bahan-bahan yang diperlukan terkumpul. Alat peraga dibuat oleh salah satu mebel di daerah Jagalan, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Alat yang dibuat di mebel ini adalah papan pembagian bilangan, kotak balok, balok satuan, balok puluhan,

60 balok ratusan, balok ribuan, dan pion. Bahan baku pembuatan alat peraga ini adalah kayu mindi.

Proses pembuatan papan pembagian bilangan dan kotak balok diawali dengan memilian kayu. Tahap selanjutnya adalah menghaluskan kayu menggunakan mesin penghalus kayu. Hal ini lakukan untuk menghaluskan serat-serat kayu yang masih kasar. Proses selanjutnya adalah memotong kayu sesuai dengan desain alat peraga menggunakan mesin pemotong. Lubang lingkaran pada papan pembagian dilubangi menggunakan bor, sedangkan lubang persegi pada papan di buat secara manual menggunakan balok kayu kecil yang kemudian dilem sehingga menyerupai lubang persegi. Potongan kayu yang telah terpotong kemudian disatukan menggunakan lem sehingga berbentuk menjadi kotak dan papan pembagian. Alat peraga ini tidak menggunakan paku untuk merekatkan kayu sehingga terbentuklah kotak balok dan papan pembagian yang halus. Proses selanjutnya adalah pemberian dempul pada kotak dan papan pembagian bilangan. Pemberian dempul ini bertujuan untuk menutup lubang-lubang pada kayu yang masih terlihat. Setelah di dempul alat peraga ini dihaluskan menggunakan amplas, agar alat peraga yang dihasilkan memiliki kehalusan yang maksimal. Proses selanjutnya adalah pemberian vernis pada alat peraga. Seharusnya alat peraga ini hanya diberi vernis bening agar terlihat serat kayunya, namun ada kesalahan komunikasi antara pihak pembuat alat dan peneliti sehingga vernis yang seharusnya bening, diberi vernis dengan warna coklat.

Pada balok satuan, balok puluhan, balok ratusan, balok ribuan, dan pion diawali dengan pemilihan kayu mindi. Setelah itu, kayu dihaluskan menggunakan mesin penghalus. Proses selanjutnya adalah memotong kayu sesuai dengan desain alat peraga menggunakan mesin pemotong. Khusus untuk pion dibuat menggunakan mesin bubut khusus sehingga bentuk yang dihasilkan menyerupai pion dalam permainan catur. Proses selanjutnya adalah pemberian dempul pada kotak dan papan pembagian bilangan sudah selesai dipotong, tahap selanjutnya menggaluskan balok-balok dan pion menggunakan amplas, agar alat peraga yang dihasilkan memiliki kehalusan yang maksimal. Proses selanjutnya adalah pemberian warna pada balok angka dan pion. Pemberian warna ini dilakukan dua kali penyemprotan. Tujuan penyemprotan warna ini agar warna yang dihasilkan

61 menempel secara rata pada balok maupun pion. Pemilihan warna pada balok angka disesuaikan dengan analisis kebutuhan siswa. Balok satuan diberi warna biru muda dengan jumlah 81 buah, balok puluhan diberi warna ungu dengan jumlah 20 balok, balok ratusan diberi warna orange dengan jumlah 20 buah balok ribuan diberi warna biru tua dengan jumlah 20 buah, dan pion diberi warna merah dengan jumlah 18 buah. Setelah selesai, proses selanjutnya adalah penjemuran balok dan pion di bawah sinar matahari hingga kering. Setelah kering, balok- tersebut diberi angka 1, 10, 100, dan 1000. Proses pemberian angka pada balok dilakukan oleh peneliti sendiri. Angka pada balok dibuat dari sticker cutting

berwarna putih. Balok yang sudah diberi warna biru muda, yaitu satuan kemudian diberi angka 1, balok warna ungu, yaitu puluhan diberi angka 10, balok warna orange, yaitu ratusan diberi angka 100, dan balok warna biru tua, yatu ribuan diberi angka 1000.

Kartu soal dibuat sendiri oleh peneliti. Kertas yang digunakan untuk membuat kartu soal adalah kertas ivory dengan ketebalan 260. Kartu soal didesain menggunakan program Microsoft Word 2010. Kartu soal dibuat dengan ukuran 8,5 cm x 4 cm. Font yang digunakan adalah Candara. Ukuran font yang digunakan adalah 36. Desain kartu soal kemudian dicetak menggunakan kertas ukuran A3 di percetakan terdekat. Setelah selesai, kartu soal tersebut digunting, dan dibedakan berdasarkan indikator pada tema pembelajaran.

4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang disusun dalam penelitian ini adalah tes dan kuesioner valiadasi produk. Instrumen tes diuji keterbacaannya oleh pakar pembelajaran matematika dan ujikan secara empirik di lapangan. Instrumen Kuesioner validasi produk diuji keterbacaannya oleh pakar. Tes yang yang sudah diuji dapat digunakan dalam penelitian.

4.4.1 Instrumen Tes

Instrumen tes diuji keterbacaannya oleh pakar yang sudah ahli dalam bidang matematika. Setelah memperoleh kata layak digunakan, instrumen tes ini akan diujikan secara empirik di lapangan. Melalui ujicoba empirik akan

62 ditemukan item tes yang sudah diuji validitas dan reliabilitas dan siap digunakan untuk ujicoba lapangan terbatas.

4.4.2 Hasil Uji Keterbacaan Intrumen Tes

Instrumen tes yang diujikan sebanyak 30 item soal dengan materi pembagian bilangan dua angka dengan 4 indikator. Insrumen ini diujuikan kepada dua pakar pembelajaran matematika, yaitu dosen matematika Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan salah satu guru kelas II. Tiap komponen penilaian instrumen tes menggunakan skala Likert dengan kriteria skor 4 “sangat baik” skor 3 “baik”, skor 2 “kurang baik”, dan skor 1 “sangat kurang baik”.

Tabel 4.6 Hasil Tabulasi Penilaian Instrumen Tes

No P a ka r Komponen Penilaian J um la h R er a ta K la sif ika si 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Pakar 1 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 39 3.9 Sangat baik 2 Pakar 2 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 36 3.6 Sangat baik 3 Guru 1 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 35 3.5 Sangat baik Jumlah 10 12 12 11 12 10 10 12 10 11 110 Rerata 3.3 4 4 3.7 4 3.3 3.3 4 3.3 3.7 3.7 Klasifikasi B aik San g at b aik San g at b aik San g at b aik San g at b

aik Baik Baik San

g

at

b

aik Baik San

g at b aik Sangat baik

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat secara keseluruhan, penilaian instrumen tes tersebut mandapat klasifikasi “sangat baik”. Para pakar memberikan skor 3 dan 4 untuk masing-masing komponen penilaian. Meskipun begitu, ada beberapa saran yang diberikan oleh pakar dan guru pada komponen penilaian nomor 1, 4, 6, dan 9 (lihat lampiran 3.1.2 halaman 97). Saran/komentar dari pakar tersebut, yaitu soal pembangian mengajarkan anak untuk pengurangan berulang, perlu pemberian soal yang kontekstual dalam kehidupan sehari-hari, kurangnya tanda banca (-) pada soal, dan kriteria penilaian yang kurang jelas. Komentar para pakar kemudian dijadikan peneliti sebagai acuan perbaikan instrumen untuk uji validitas dan reliabilitas secara empirik di lapangan. Instrumen tes yang sudah

63 divalidasi oleh pakar kemudian di uji validitas dan reliabilitas secara empiris di SD setara dengan lokasi penelitian.

4.4.3 Validitas dan Reliabiltas Instrumen secara Empirik

Seteleh intrumen yang diujikan dinyatakan layak digunakan, maka 30 soal tersebut diujikan secara empirik di lapangan. Uji validitas dan reliabilitas secara empirik di lakukan di SDN Keputran I Yogyakarta. SD ini memiliki kesetaraan dengan dengan lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti, yaitu berada satu Unit Pelayanan Terpadu (UPT) kota Yogyakarta. Uji validasi ini menggunakan dua kelas di SDN Keputran I Yogyakarta, yaitu siswa kelas IIA dan IIC sebagai subjek dalam uji coba ini dengan jumlah siswa 52 orang. Instrumen tes ini diujikan menjadi dua tahap yaitu, tanggal 21 November 2013 dan 3 Desember 2013. Item soal tes kemudian dihitung menggunakan program IBM SPSS 22.00 forWindows dengan hasil sesuai dengan tabel 4.7

Tabel 4.7 Hasil perhitungan Validasi Soal No

Soal

r tabel r hitung Sig. (2-tailed) Keterangan

1 0,273 0,668 0.000 Valid 2 0,273 0,546 0.000 Valid 3 0,273 0,595 0.000 Valid 4 0,273 0,516 0.000 Valid 5 0,273 0,434 0.001 Valid 6 0,273 0,530 0.000 Valid 7 0,273 0,611 0.000 Valid 8 0,273 0,723 0.000 Valid 9 0,273 0,809 0.000 Valid 10 0,273 0,719 0.000 Valid 11 0,273 0,854 0.000 Valid 12 0,273 0,513 0.000 Valid 13 0,273 0,549 0.000 Valid 14 0,273 0,508 0.000 Valid 15 0,273 0,652 0.000 Valid 16 0,273 0,742 0.000 Valid 17 0,273 0,645 0.000 Valid 18 0,273 0,762 0.000 Valid 19 0,273 0,654 0.000 Valid 20 0,273 0,657 0.000 Valid 21 0,273 0,695 0.000 Valid 22 0,273 0,749 0.000 Valid 23 0,273 0,681 0.000 Valid 24 0,273 0,621 0.000 Valid 25 0,273 0,543 0.000 Valid 26 0,273 0,674 0.000 Valid 27 0,273 0,695 0.000 Valid 28 0,273 0,569 0.000 Valid 29 0,273 0,545 0.000 Valid 30 0,273 0,545 0.000 Valid

64

Tabel 4.8 Hasil Reliabilitas Soal Tes

Berdasarkan tabel 4.7 bahwa ada 30 soal tes yang valid yang telah diuji coba lapangan secara empirik (lihat lampiran 3.1.3 halaman 98). Tabel 4.8 menunjukkan bahwa 30 soal tersebut memiliki reliabilitas sebesar 0,950. Menurut Nunnally (dalam Ghozali, 2005: 88) mengatakan bahwa suatu tes dikatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach >0.60. Meskipun ada 30 soal yang yang valid, peneliti menyaring kembali soal tersebut menjadi 15 soal sebagai instrumen

pretest dan posttest pada ujicoba lapangan terbatas (lihat lampiran 4.1 halaman 113). Alasan dipilihnya 15 soal tersebut karena peneliti menganggap bahwa siswa kelas II bisa menyelesaikan soal tersebut sesuai waktu yang diberikan.

Tabel 4.9 Hasil reliabilitas soal tes yang digunakan

Berdasarkan tabel 4.9 lima belas soal yang digunakan untuk ujicoba lapangan terbatas mempunyai reliabilitas sebesar 0,910. Hal ini berarti tes yang digunakan reliabel karena Alpha Cronbach > 0,60.

4.4.4 Uji Keterbacaan Kuesioner Validasi Produk

Uji keterbacaan kuesioner validasi produk dilakukan oleh dua pakar pembelajaran matematika, pakar pembelajaran bahasa, tiga guru dan tiga siswa dari SDK Kumendaman Yogyakarta. Kedua pakar pembelajaran matematika adlaah dosen matematika di Universitas Sanata Dharma, dan kedua pakar pembelajaran bahasa merupakan dosen Bahasa Indonesia di Universitas Sanata Dharma. Uji keterbacaan di SDK Kumendaman dilakukan pada bulan November 2013. Hasil uji keterbacaan kuesioner validasi produk diolah secara kuantitatif, kemudian penilaian tersebut dikonversikan secara kualitatif.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items ,944 ,950 30 Reliability Statistics Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items

N of Items

65

Tabel 4.10 Hasil penilaian uji keterbacaan kuesioner validitas produk

No

P

enila

i Skor tiap pertanyaan

J um la h Rer a ta K la sif ika si 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Pakar 1 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 36 3.6 Sangat Baik 2 Pakar 2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 32 3.2 Baik 3 Pakar 3 3 4 4 2 4 2 4 4 4 4 35 3.5 Sangat Baik 4 Pakar 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 37 3.7 Sangat Baik 5 Guru 1 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 38 3.8 Sangat Baik 6 Guru 2 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 34 3.4 Baik 7 Guru 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 39 3.9 Sangat Baik 8 Siswa 1 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 36 3.6 Sangat Baik 9 Siswa 2 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 36 3.6 Sangat Baik 10 Siswa 3 4 2 4 2 4 2 4 4 4 4 34 3.4 Baik Jumlah 37 35 38 33 38 30 38 38 35 34 357 Rerata 3.7 3.5 3.8 3.3 3.8 3 3.8 3.8 3.5 3.4 3.57 Klasifikasi San g at b aik San g at b aik San g at b aik Baik San g at b aik Baik San g at b aik San g at b aik San g at b aik Baik Sangat baik

Pakar 1-2 adalah pakar pembelajaran matematika dan pakar 3-4 adalah pakar pembelajaran bahasa. Berdasarkan tebel 4.10 tersebut, ada beberapa item kuesioner mendapatkan skor 2 pada item pertanyaan nomer 1, 2, 4, dan 6. Perolehan skor 2 yang memiliki arti bahwa pertanyaan yang perlu direvisi. Ada beberapa saran/komentar yang diberikan oleh pakar terkait (lihat lampiran 3.2 halaman 111). Berdasarkan penilaian di atas peneliti melakukan beberapa revisi untuk masing-masing item pertanyaan. Tindak lanjut yang dilakukan peneliti adalah merubah kata “alat peraga” menjadi “papan pembagian” agar terlihat konteks alat peraga yang dimaksudkan.

66

Dokumen terkait