• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Analisis Kebutuhan

4.2.4 Data Analisis Kebutuhan

Kuesioner analisis kebutuhan siswa diberikan pada tanggal 24 Oktober 2013. Kuesioner yang seharusnya diberikan kepada 38 siswa, namun hanya diberikan kepada 37 siswa karena salah satu siswa tidak berangkat sekolah. Pengisian kuesioner dilakukan dan dibaca secara bersama-sama oleh semua siswa dengan pendampingan dari guru. Pengisian kuesioner dilakukan menggunakan satu jam mata pelajaran. Kuesioner yang dibagikan terdiri terdiri dari sepuluh pertanyaan beserta pilihan jawaban yang telah tersedia. Hasil kuesioner analisis kebutuhan siswa dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 4.4 Hasil kuesioner analisis kebutuhan siswa

No Indikator Deskriptor Jawaban Siswa 1

Auto-education

Frekuensi penggunaan alat peraga pada saat pembelajaran matematika

45,95% menyatakan kadang-kadang 2 Alat peraga membantu pemahaman

konsep matematika

91,9% menyatakan “ya”

3

Manarik

Warna membuat alat peraga lebih menarik

86,49% menyatakan “ya”

4 Warna yang disukai pada alat peraga

94,6% menyatakan warna cerah

5

Bergradasi

Berat alat peraga yang diinginkan 43,24% menyatakan ringan (<1,5 kg) 6 Alat peraga yang dapat digunakan

untuk berbagai macam kompetensi

78,38% menyatakan “ya”

7

Auto-correction

Alat peraga yang dapat membantu menemukan kesalahan siswa

59,46% menyatakan “ya”

8

Alat peraga yang dapat membantu siswa menemukan jawaban yang benar

81,08% menyatakan “ya”

9

Kontekstual

Frekuensi penggunaan benda-benda di lingkungan sekitar saat mengajar

32,43% menyatakan kadang-kadang 10

Penggunaan benda-benda di lingkungan sekitar sebagai bahan pembuat media

89,19% menyatakan setuju

Tabel 4.4 menunjukkan hasil kuesioner yang telah dijawab oleh para siswa yang telah direkapitulasi (lihat lampiran 2.3, halaman 92). Kesioner tersebut terdapat indikator empat ciri-ciri alat peraga Montessori dan satu ciri yang ditambahkan oleh peneliti, yaitu kontekstual. Pada indikator auto-education, sebanyak 17 siswa atas 45,95% siswa menyatakan frekuensi guru menggunakan alat peraga pada pembelajaran matematika masih kadang-kadang. Pada deskriptor kedua, 91,9% siswa menyatakan bahwa alat peraga dapat membantu dalam memahami konsep-konsep matematika. Pernyataan pada deskriptor pertama dan

52 kedua sesuai dengan ciri alat peraga Montessori, yaitu auto-education. Ketika menggunakan alat peraga siswa dapat menyerap sendiri pemahamannya tanpa harus diberitahu oleh orang lain (Montessori, 2002:172)

Indikator kedua adalah menarik. Pada deskriptor ketiga ini sebanyak 34 siswa atau 81,49% siswa menyatakan bahwa pemberian warna pada alat peraga dapat membuat alat peraga menarik. Deskriptor keempat menyatakan 94,6% siswa menyukai alat peraga dengan warna yang cerah. Pemberian warna yang cerah memberikan daya tarik tersendiri bagi siswa ketika menggunakannya. Hal ini sesuai dengan ciri alat peraga Montessori yang menarik dimana dapat membangkitkan hasrat anak untuk menyentuh, meraba, memegang, merasakaan, dan menggunakannya (Montessori, 2002:174).

Pada deskriptor kelima, sebanyak 16 atau 43,24% siswa memilih alat peraga ringan (<1,5kg) yang ingin digunakan. Pada deskriptor keenam, sebanyak 29 atau 78,38% siswa menyukai alat peraga yang sama bisa digunakan untuk materi yang berbeda. Pernyataan pada deskriptor kelima dan keenam sesuai dengan ciri alat peraga Montessori, yaitu bergradasi. Penekanan gradasi terletak pada keterlibatan penggunaan indera peraba dan indera penglihat saat memegang dan membawa alat peraga saat digunakan, serta satu alat peraga dapat digunakan untuk mengajarkan lebih dari satu materi (Montessori, 2002:172)

Pada deskriptor ketujuh, sebanyak 22 atau 59,46% siswa menyatakan bahwa alat peraga dapat membantu dalam menemukan kesalahan sendiri. Pada deskriptor kedelapan, sebanyak 30 atau 81,08% siswa menyatakan bahwa alat peraga dapat membantu dalam menemukan jawaban yang benar. Pernyataan deskriptor ketujuh dan kedelapan sesuai dengan ciri alat peraga Montessori, yaitu

auto-correction. Auto-correction di sini mengenai pengendali kesalahan, alat peraga yang baik adalah alat peraga yang dapat membantu siswa dalam mengoreksi sendiri kekeliruan yang dibuat tanpa perlu diberitahu oleh orang lain (Montessori, 2002: 171)

Pada deskriptor kesembilan, sebanyak 12 atau 32,43% siswa menyatakan bahwa frekuensi penggunaan benda-benda yang ada di lingkungan sekitar oleh guru masih kadang-kadang. Pada deskriptor kesepuluh, sebanyak 33 atau 89,19% siswa menyatakan setuju jika alat peraga dibuat menggunakan benda-benda di

53 lingkungan sekitar. Deskriptor kesembilan dan kesepuluh merupakan ciri alat peraga Montessori yang ditambahkan oleh peneliti. Kontekstual diartikan sebagai teralami (Johnson, 2002: 20). Teralami disini adalah sesuatu yang dapat membangun makna yang dapat ditemukan langsung di lingkungan sekitar siswa (Johnson, 2002: 34).

Kuesioner analisis kebutuhan guru diberikan pada tanggal 24 Oktober 2013. Kuesioner diberikan kepada 7 guru wali kelas I hingga kelas VI, namun hanya 6 guru saja yang mengembalikan kuesioner analisis kebutuhan tersebut. Kuesioner yang dibagika terdiri atas 10 pertanyaan beserta pilihan jawaban yang telah tersedia. Indikator tiap pertanyaan kuesioner disesuaikan dengan keempat karakteristik alat peraga Montessori, yaitu menarik, bergradasi, auto-correction,

auto-education, dan satu karakteristik alat peraga yang ditambahkan oleh peneliti, yaitu kontekstual.

Tabel 4.5 Hasil Analisis Kebutuhan Guru

No Indikator Hasil Jawaban Siswa 1 Frekuensi penggunaan alat peraga

pada saat pembelajaran matematika

83.33% menyatakan sangat kadang-kadang

2 Alat peraga membantu pemahaman

konsep matematika 100% menyatakan “ya” 3 Warna membuat alat peraga lebih

menarik 100% menyatakan “ya”

4 Warna yang disukai pada alat peraga

100% menyatakan warna cerah

5 Berat alat peraga 83,33% menyatakan ringan (< 1,5)

6 Alat peraga yang dapat digunakan

untuk berbagai macam kompetensi 83,33% menyatakan “ya” 7 Alat peraga yang dapat membantu

menemukan kesalahan siswa 100%menyatakan “ya” 8

Alat peraga yang dapat membimbing siswa menemukan jawaban yang benar

100% menyatakan “ya” 9

Frekuensi penggunaan benda-benda di lingkungan sekitar sebagai bahan pembuat media

66,67% menyatakan kadang-kadang

10

Penggunaan benda-benda di lingkungan sekitar sebagai bahan pembuat media

100% menyatakan setuju

Tabel 4.5 menunjukkan hasil kuesioner yang telah dijawab oleh guru yang telah direkapitulasi (lihat lampiran 2.4 halaman 94). Pada tabel 4.5 terlihat bahwa frekuensi penggunaan alat peraga oleh guru masih masih rendah, hal tersebut

54 terbukti pada penyataan guru sebanyak 83,33% kadang-kadang menggunakan alat peraga. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan analsis kebutuhan siswa kelas II yang menyatakan kadang-kadang. Guru sangat setuju sekali alat peraga dapat membantu siswa dalam memahami materi matematika. Semua guru juga sangat setuju jika alat peraga memiliki warna yang cerah agar memberi kesan yang menarik bagi para siswa, membantu siswa dalam menemukan kesalahannya sendiri, membantu siswa dalam menemukan jawaban yang benar, dan bahan yang digunakan dalam pembuatan alat peraga berasal dari lingkungan sekitar. Mengenai berat alat peraga yang dikembangkan, 83,33% guru menginginkan alat peraga yang memeliki berat yang ringan (<1,5 kg). Hal tersebut sesuai dengan analisis kebutuhan yang telah dilakukan oleh siswa kelas II SDK Pugeran Yogyakarta. Terkait dengan gradasi pada alat peraga, guru dan siswa setuju jika satu alat peraga yang dikembangkan dapat digunakan untuk kompetensi yang berbeda. Berdasarkan analisis kebutuhan yang telah dilakukan oleh siswa dan guru SDK Pugeran Yogyakarta, peneliti mencoba merealisaikan analisis kebutuhan tersebut menjadi sebuah alat peraga yang menggunakan keempat ciri-ciri alat peraga Montessori dan satu ciri-ciri alat peraga yang ditambahkan oleh peneliti, yaitu kontekstual.

4.3 Pembuatan Alat Peraga

Dokumen terkait