• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENERAPAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK

B. Analisis Putusan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Aborsi

Berdasarkan Dakwaan Penuntut Umum yang disusun secara alternatif yaitu Pasal 194 UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan atau Pasal 80 ayat (3) dan (4) UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindugan Anak yang bunyinya:

Pasal 194UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 75UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan 1. Setiap orang dilarang melakukan aborsi.

2. Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:

a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau

b.kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan.

3. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 80 UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

(1) Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp 72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).

(2) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) luka berat, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(3) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) mati, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

(4) Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila yang melakukan penganiayaan tersebut orang tuanya.

Berdasarkan dakwaan tersebut dapat diuraikan unsur-unsur sebagai berikut:

1. Unsur Subjektif

Menurut memori penjelasan MvT (memorie van toelichting), yang dimaksud dengan kesengajaan adalah “menghendaki dan menginsafi” terjadinya suatu tindakan beserta akibatnya. Artinya, seseorang yang melakukan suatu

tindakan dengan sengaja, harus menghendaki serta menginsyafi tindakan tersebut dan/atau akibatnya.33

Unsur ini menunjuk kepada siapa orang yang harus bertangung jawab atas perbuatan/kejadian yang didakwakan atau siapa yang didakwakan. Setelah dilakukan pemeriksaan identitas ternyata identitas terdakwa sama dengan identitas yang berada di dalam berita acara dan sesuai dengan surat dakwaan Penutut Berdasarkan fakta hukum terungkap fakta bahwa Terdakwa telah melakukan persetubuhan dengan saksi Deni dan mengakibatkan Terdakwa hamil, akan tetapi karena Terdakwa belum siap untuk memiliki anak, karena Terdakwa masih ingin melanjutkan sekolah dan tidak mau kehamilan Terdakwa diketahui oleh kedua orangtua Terdakwa apalagi kakak Terdakwa yang merupakan istri dari Saksi Deni, maka Terdakwa menggugurkan kandaungannya pada tanggal 08 Mei 2014 sekitar pukul 23.00 WIB bertempat di kamar mandi rumah Terdakwa di Desa Tajur Buntu Kecamatan Pancalang Kabupaten Kuningan.

Berdasarkan fakta hukum di atas Terdakwa terbukti memenuhi unsur

“dengan sengaja” yaitu karena rasa takut Terdakwa akan ketahuan atas kehamilannya yang merupakan akibat persetubuhan Terdakwa dengan Saksi deni Yuhana Bin Aan Anwar yang adalah kakak ipar Terdakwa sendiri, juga keinginan Terdakwa secara sadar meminum jamu pelancar haid pusaka Djawi cap Kates guna menggugurkan kandungan Terdakwa tersebut.

33 E.Y.Kanter,dan S.R. Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya,Storia Grafika, Jakarta,2012, Hal.167.

umum kemudian dari keterangan saksi-saksi maupun keterangan terdakwa di persidangan ternyata keseluruhannya menunjuk pada orang perseorangan yaitu Miranti Tri Dianingsih binti Suhendri, sebagai pelaku dari tindak pidana dalam perkara ini.

2. Unsur Objektif

Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan tidak menjelaskan pengertian aborsi, tetapi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia aborsi adalah pengguguran kandungan, atau menggugurkan kandungan yang dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah “abortus”, mengandung arti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, hal ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.

Berdasarkan fakta hukum , menurut keterangan para ahli, aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia di bawah 22 minggu dan hasil konsepsi tersebut tidak bisa hidup di luar kandungan.

Aborsi sebagaimana dimaksud dalam unsur pasal ini addalah aborsi yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 75 ayat 2 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yaitu pengecualian terhadap larangan melakukan aborsi diberikan hanya dalam 2 kondisi berikut:

1. Adanya indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dinikehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan,

maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan;

2. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologisbagi korban perkosaan

Berdasarkan fakta hukum terungkap fakta bahwa pada tanggal 08 Mei 2014 Terdakwa telah menggugurkan kandungan di kamar mandi di rumah Terdakwa di Desa Tajur Buntu kecamatan Pancalang Kabupaten Kuningan, dengan carameminum jamu cap kates selama beberapa hari sejak tanggal 06 Mei 2014 setelah meminum jamu cap kates perut Terdakwa terasa mulas laluTerdakwa ke kamar mandi dan janin tersebut keluar, kemudian Terdakwa kerudung Terdakwa yang berwarna putih kemudian memasukan bungkusan tersebut ke dalam plastik berwarna hitam; dan mencuci janin tersebut lalu membungkusnya dengan celana dalam.

Berdasarkan fakta hukum, terungkap fakta bahwa kandungan dari jamu cap kates antara lain yaitu: Curchuma domain Rhizoma adalah kunyit, sama fungsinya dengan obat salbutamol dalam dunia kedokteran yaitu bisa merelaksasi otot Trakhea, dan menurut keterangan ahli Dr. Rianuly Ginting M ada obat-obat yang dapat menimbulkan keguguran pada kandungan, biasanya dalam obat tersebut ada peringatan kontra indikasi pada ibu hamil, contohnya pada obat salbutamol karena salbutamol dapat menimbulkan relaksasi otot rahim sehingga janin bisa keluar.

Berdasarkan fakta yang terungkap dipersidangan, bahwa gugurnya kandungan terdakwa bukan aborsi natura, karena Terdakwa meminum jamu cap

kates yang fungsinya sama dengan salbultamol yang dapat menimbulkan relaksasi otot rahim sehingga janin bisa keluar, dengan demikian gugurnya kandungan terdakwa diberi rangsangan jamu cap Kates.

Terdakwamengetahui kehamilan pada bulan Februari 2014 melalui hasil tes urine dengan menggunakan tespack dan belum pernah melakukan konsultasi atau pemeriksaan kehamilan pada bidan, dokter umum maupun dokter spesialis kandungan, sehingga tidak dapat diketahui adanya indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan, pada diri Terdakwa maupun janin yang Terdakwa kandung.

Kehamilan Terdakwa merupakan akibat persetubuhan yang Terdakwa lakukan bersama Saksi Deni Yuhana bukan karena kekerasan ataupun ancaman kekerasan, akan tetapi Terdakwa dan Saksi Deni Yuhana sebelum melakukan persetubuhan sudah janjian melalui pesan singkat atau sms untuk bertemu baru setelah itu melakukan hubungan badan atau persetubuhan dan persetubuhan tersebut dilakukan lebih dari satu kali.

Terdakwamelakukan persetubuhan dengan Saksi Deni Yuhana Bin Aan Anwar pada bulan Desember 2013 sehingga diketahui kehamilan Terdakwa berusia 5 (lima) bulan pada saat digugurkan, bukan 40 hari sebagaimana yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi.

Berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut Majelisberpendapat bahwa aborsi yang dilakukan oleh Terdakwa tidak memenuhi indikasi kedaruratan medis.

Syarat yang harus dipenuhiuntuk aborsi yang dibolehkan sebagaimana dalam diatur dalam Pasal 75 ayat 2 Undang-undang Nomor 36 tentang Kesehatan tidak terpenuhi padaperbuatan Terdakwa.

Berdasarkan fakta hukum di atas, unsur “melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2)” telah terbukti dan terpenuhi oleh Terdakwa.

Selama dalam persidangan tidak ditemukan alasan pembenar, oleh karena itu Terdakwa harus dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebgaiamana yang didakwakan kepadanya dalam dakwaan pertama melanggar Pasal 194 UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Kemudian dikaitkan dengan Putusan Hakim Pada Pengadilan Negeri Kuningan berdasarkan Putusan Nomor 118/PID.SUS/2014/PN.KNG. Sesuai dengan pertimbangan hakim yang sudah dijelaskan sebelumnya diatas pada bagian pertimbangan hakim maka penulis sependapat dengan putusan hakim tersebut karena setiap Unsur dalam pasal yang didakwakan sudahlah terpenuhi.

Hakim Pengadilan Negeri Kuningan dalam kasus ini menjatuhkan hukuman kepada terdakwa Miranti Tri Dianingsih binti Suhendri dengan pidana penjara 7 (tujuh) bulan dan denda sejumlah Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). Putusan tersebut lebih tinggi dari tuntutan jaksa penuntut umum yang

menuntut 8 (delapan) bulan dan denda sebesar Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) subsidair 1 (satu) bulan kurungan.

Jaksa penuntut umum dalam kasus ini menyusun surat dakwaan dalam bentuk alternatif yaitu Pasal 194 Undang-undang No. 36 Tahun 2009 atau Pasal 80 ayat (3) dan (4) UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Mengenai hukuman yang dijatuhkan hakim yang menjatuhkan hukuman 7 bulan dan denda 10 juta menurut penulis sudah tepat mengingat terdakwa merupakan masih anak dibawah umur dan masih dalam masa persekolahan serta terdakwa sadar akan apa yang terdakwa perbuat dan akibat dari perbuatan tersebut. Sehingga putusan tersebut sudahlah memenuhi rasa keadilan.

KASUS ABORSI DIKALANGAN ANAK DIBAWAH UMUR

A. Penyebab Dan Efek Aborsi

Aborsi (abortus) adalah sesuatu yang tidak ingin kita pikirkan kecuali bila hal tesebut mengenai kita atau orang lain yang dekat dengan kita. Dan ada situasi-situasi tertentu di mana abortus menjadi jalan satu-satunya yang perlu dipertimbangkan, bahkan walaupun membencinya.

Dewasa ini, tidak lagi diperdebatkan apakah hal ini dapat atau tidak boleh dilakukan. Legal maupun tidak legal, abortus sudah berlangsung cukup lama dan

akan terus berlangsung pada setiap kehidupan manusia.

Masa remaja sebenarnya msa dimana seseorang kesulitan untuk memilih jati dirinya sendiri, seseorang tersebut kerap kali merasa dirinya labil dan sulit untuk mengambil sebuah keputusan, hal tersebut biasa ddisebut dnegan labilnya kehidupan para remaja.

Bahkan menurut beberapa penelitian kasuus kehamilan di luar nikha ini meningkat sebanyak 29,8 % dan sebagian besar remaja tersebut sayangnya menggunkan fasilitas aborsi untuk menggugurkan kandungannya.

Aborsi sendiri biasanya di dalam dunia medis dilakukan karena suatu alasan kuat, misalnya saja ada indikasi kematian ibu atau anak, atau adanya penyakit yang bisa mengancam nyawa pasien, sehingga dilakukanlah proses aborsi untuk menyelamatkan sang ibu, namun sayangnya hal tersebut malah

dimanfaatkan oleh pihak atau oknum yang tidak bertanggung jawab, dengan melakukan aborsi karena sebuah “kecelakaan” di kalangan remaja.

Beberapa penyebab aborsi dikalangan remaja adalah sebagai berikut:34

1. Faktor ekonomi

Fakor ekonomi biasanya sangat berkaitan erat dengan perilaku dan juga tingkah lau seseorang, dan kemungkinan besar juga bisa terjadi pada seseorang yang akan melakukan aborsi, kaena takut dan dihimpit oleh keadaan ekonomi yang kurang, sehingga orang tersebut merasa tidak yakin untuk bisa membesarkan anak yang dikandungnya, sehingga terjadilah tindakan aborsi ini, yang sebenarnya sangat dilarang oleh agama dan juga Negara

2. Faktor sosial

Faktor sosial ini biasanya berkaitan dengan kausus aborsi dimana orang tersebut hamil di luar nikah, perilaku aborsi ini memang dipandang sebagai perbuata tercela, hal tersebut juga tidak lepas dari masyarakat yang memang sudah memandang hal tersebut, bahkan kasus pada remaja yang melakukan seks bebas ini menjadi menilai bahwa aborsi bisa dilakukan sebagai jalan keluar dari perbuatannya tersebut. aborsi juga termasuk ke dalam sesuatu penyimpangan sosial.

34https://dosenpsikologi.com/faktor-penyebab-aborsi-dalam-remaja , diakses pada tanggal 25 Agustus 2018 pukul 20.00 WIB

3. Malu dengan keluarga dan tetangga

Perilaku seks bebas dikalangan remaja ini memnag sangat meprihatinkan, sehingga terjadinya hamil di luar nikah menjadi sebuah keadaan yang sulit untuk dilepaskan dari peilaku tersebut.

Orang yang sudah terlanjur hamil biasanya akan merasa malu dengan keluarga dan tetangga di sekitarnya karena mereka menganggap hal tersebut adalah sebuah aib yang sulit dihilangkan, sehingga jalan yang ditempuh adalah dengan aborsi.

4. Takut janin tertular penyakit

Ada kasusu juga seorang ibu yang mengidap suatu penyakit, ataupun bisa saja dari keuda pasangan yang memiliki penyakit, Karena takut sang janin tertular oleh penyakit tersebut sehingga memutuskan untuk melakukan aborsi atau menggugurkan kandungan, padahal hal tersbeut belum tentu juga tepat.

5. Takut membahayakan kesehatan

Aborsi memang selalu dipandang sebagai hal yang salah, namun kegiatan ini bisa dilakukan atas ijin dokter secara resmi jika ada hal-hal yang memang tidak bisa dicari jalan keluar dan harus melakukan hal tersebut demi kesehatan ibu, contohnya saja sebuah kehamilan yang terganggu, sehingga jika tidak dilakukan pengguguran akan sangat mengancam nyawa ibu.

6. Diagnosis kelainan janin

Adanya diagnosis dari dokter yang bisa menganggu perkembangan janin saat bayi dilahirkan pun bisa menjadi salah stau factor yang menyebabkan aborsi

harus dilakukan, mislanya saja karena ibu memiliki penyakit kelamin menular, biasanya penyakit ini timbul dari gaya hidup berganti- ganti pasangan.

7. Tidak menginginkan anak

Faktor lainnya dari seringnya remaja melakukan abosi adalah karena takut sekolahnya terganggu, hal ini juga dikarenakan dari hubungan seks bebas yang seringkali terjadi pada kalangan remaja, sehingga menyebbakan dirinya hamil, karena biasanya jika para remaja hamil dan merasa takut dikeluarkan dari sekolah sehingga akan menganggu studi nya.

8. Aib keluarga

Aib keluarga memang menjadi factor paling besar diantara kasus aborsi ini, karena merasa malu dan takut mencemarkan nama baik keluarga sehingga para remaja ini tidak segan untuk melakukan aborsi. hal ini juga akan sangat berpengaruh pada dampak psikologi akibat seks bebas.

9. Dipaksa pasangan

Kehidupan seks bebas di kalangan remaja ini memang sudah sangat memprihatinkan, salah satunya lagi jika tejadi pada pasangan yang belum resmi, jika kecelakaan atau kehamilan terjadi, tidak jarang pasangan prianya pun seringkali meminta kekasih atau pasangannya untuk menggugurkan kandungannya. Sehingga hal ini dikarenakan adanya untsur paksaan dari pasangan.

10. Belum siap menjadi orang tua

Karena usia yang masih sangat dini, memang terkadang mengharuskan seorang wnaita yang maish berada di bawah umur untuk melakukan aborsi pada janin yang dikandungnya, hal ini jugalah yang membuat mereka belum sanggup menjadi orang tua pada usia remaja, sehingga hal yang seharusnya dilarang malah dilakukan. untuk itu lah pentingnya peran orang tua dalam perkembangan remaja

11. Korban perkosaan

Diantara beberapa kasus aborsi pada remaja, ada juga salah satu factor yang memprihatinkan salah satunya pada remaja korban perkosaan, karena tidak tahu siapa yang harus bertanggung jawab sehingga tidak heran pada kasus ini mengharuskan remaja tersebut harus melakukan aborsi untuk menyelamatkan masa depannya.

12. Tidak memiliki biaya untuk merawat anak

Meskipun tidak ada alasan apapun yang menghalalkan perilaku aborsi namun masih saja ada alsan para remaja tersebut yang membuat kegiatan yang salah ini dilakukan, salah satunya karena tidak memiliki biaya untuk melahirkan atau untuk merawat anaknya, sehingga mau tidak mau kegiatan aborsi pun akhirnya dilakukan.

13. Kurangnya rasa tanggung jawab

Masa remaja bukanlah masa yang seharusnya memikirkan soal anak atau kehidupan rumah tangga, sehingga alasan ini lah yang dijaidkan para pelaku aborsi ini untuk melakukan kegiatan salah tersebut, salah satunya adalah dengan

kurangnya rasa tanggung jawab dari kedua pasangan, atau bisa juga dari pihak pria yang tidak mau bertanggung jawab akan perbuatannya.

Dari beberapa faktor yang sudah dibahas diatas, meang harus lebih diperhatikan peran orang tua dalam melakukan pembinaan remaja. sebagai orang tua agar lebih memperhatikan anak-anak anda yang masih remaja, dan memberikan pendidikan seksual sejak dini, penguatan kehidupan agama pun akan sangat penting sehingga nantinya anak mengerti benar dan salah dalam kehidupan dan juga mengenai dampak psikologis orang yang melakukan aborsi.

Aborsi yang diakukan dapat menimbulkan efek yang sangat merugikan bahkan membahayakan bagi remaja wanita. Pada kasus aborsi terdapat efek dari aborsi. Efek aborsi di bagi menjadi 2 yaitu :35

1) Efek Jangka Pendek a. Rasasakit yang intens b. Terjadi kebocoran uterus c. Pendarahan yang banyak d. Infeksi

e. Bagian bayi yang tertinggal di dalam f. Shock/Koma

g. Merusak organ tubuh lain h. Kematian

2) Efek Jangka Panjang a. Tidak dapat hamil kembali b. Keguguran Kandungan c. Kehamilan Tubal d. Kelahiran Prematur

e. Gejala peradangan di bagian pelvis f. Hysterectom

35Agniafirdaus, Efek, Dampak Dan Resiko Aborsi, diakses dari

https://keperawatanreligionagniauliya12.wordpress.com/2013/05/20/efek-dampak-dan-resiko-aborsi/, diakses pada tanggal 25 Agustus 2018 pukul 20.00 WIB

1. Resiko aborsi

Aborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap kesehatan maupun keselamatan hidup seorang wanita. Resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi berisiko kesehatan dan keselamatan secara fisik dan gangguan psikologis berikut merupakan resiko kesehatan dan resiko gangguan psikologis pada wanita yang melakukan aborsi.36

a. Resiko kesehatan

1. Kematian mendadak karena pendarahan hebat.

2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.

3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.

4. Rahim yang sobek (Uterine Perforation).

5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya.

6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita).

7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer).

8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer).

9. Kanker hati (Liver Cancer).

10. Kelainan pada ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada kehamilan berikutnya.

11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic Pregnancy).

36Loc.Cit.

12. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).

13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis) b. Resiko psikologis

Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.

Gejala ini dikenal dalam dun ia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome”

(Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994).

Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut ini:

1. Kehilangan harga diri (82%) 2. Berteriak-teriak histeris (51%)

3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%) 4. Ingin melakukan bunuh diri (28%)

5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%) 6. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)

Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.

2. Dampak Aborsi

Dampak yang dapat ditimbulkan akibat aborsi antara lain:37

(1) timbul luka-luka dan infeksi-infeksi pada dinding alat kelamin dan merusak organ-organ di dekatnya seperti kandung kencing atau usus.

37Loc.Cit.

(2) Robek mulut rahim sebelah dalam (satu otot lingkar). Hal ini dapat terjadi karena mulut rahim sebelah dalam bukan saja sempit dan perasa sifatnya, tetapi juga kalau tersentuh, maka ia menguncup kuat-kuat.

Kalau dicoba untuk memasukinya dengan kekerasan maka otot tersebut akan menjadi robek.

(3) Dinding rahim bisa tembus, karena alat-alat yang dimasukkan ke dalam rahim.

(4) Terjadi pendarahan. Biasanya pendarahan itu berhenti sebentar, tetapi beberapa hari kemudian/ beberapa minggu timbul kembali. Menstruasi tidak normal lagi selama sisa produk kehamilan belum dikeluarkan dan bahkan sisa itu dapat berubah

3. Sudut Pandang Masyarakat Terhadap Aborsi

Aborsi dipandang sebagai tindakan yang tidak sesuai dengan norma dan etika budaya ketimuran, karena budaya timur masih memegang kuat agamanya.

Saat ini, masalah aborsi, dan, karenanya, masalah anti-aborsi menjadi sangat penting terutama untuk berkembang dengan baik, masyarakat pasca-indu stri. Jelas bahwa ini bukan masalah individu lagi tapi benar-benar masalah sosial karena tidak hanya menyangkut kesehatan perempuan tetapi juga menghasilkan dampak serius terhadap situasi demografis di seluruh negeri dan pada suasana psikologis dalam masyarakat pada umumnya dan dalam keluarga pada khususnya.

Tradisional, aborsi adalah titik argumen serius bagi dan melawan fenomena ini di sebagian besar masyarakat. Sebagai aturan, sebagian besar dari masyarakat adalah melawan aborsi tapi pada kondisi tertentu bahkan konservatif setuju bahwa aborsi

mungkin diperlukan atau bahkan tak terelakkan. Lagi pula, masyarakat harus sangat berhati-hati mengatasi masalah cuaca untuk mendukung atau menolak sepenuhnya ide-ide aborsi tapi pada saat yang sama perempuan harus memiliki pilihan dan kesempatan untuk aborsi.38

Pertama-tama, akan sangat penting untuk merujuk kepada beberapa data statistik yang membuktikan bahwa aborsi tidak dapat dilarang pointblank, khususnya di negara berkembang dengan baik. Tapi perlu untuk menggaris bawahi bahwa aborsi bukanlah masalah perempuan hanya itu masalah seluruh masyarakat. Untuk membuktikan pernyataan ini akan cukup untuk menyebutkan bahwa lebih dari 1000 serangan kekerasan terhadap klinik aborsi dan dokter berkomitmen 1977-1991 dan banyak serangan tetap tidak dilaporkan (Grimes, 1991). Jadi, itu berarti bahwa kelompok-kelompok sosial yang pasti sudah siap untuk mempertahankan kepercayaan mereka antiaborsi bahkan oleh pelanggaran hukum.39

Pertama-tama, akan sangat penting untuk merujuk kepada beberapa data statistik yang membuktikan bahwa aborsi tidak dapat dilarang pointblank, khususnya di negara berkembang dengan baik. Tapi perlu untuk menggaris bawahi bahwa aborsi bukanlah masalah perempuan hanya itu masalah seluruh masyarakat. Untuk membuktikan pernyataan ini akan cukup untuk menyebutkan bahwa lebih dari 1000 serangan kekerasan terhadap klinik aborsi dan dokter berkomitmen 1977-1991 dan banyak serangan tetap tidak dilaporkan (Grimes, 1991). Jadi, itu berarti bahwa kelompok-kelompok sosial yang pasti sudah siap untuk mempertahankan kepercayaan mereka antiaborsi bahkan oleh pelanggaran hukum.39

Dokumen terkait