• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENERAPAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK

A. Posisi Kasus

5. Pertimbangan Hakim

Untuk dapat menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa, harus dibuktikan adanya “tindak pidana” dan pertanggungjawaban pidana” pada diri terdakwa, disamping itu juga harus dipertimbangkan pula jika terbukti ada tindak pidana apakah ada alasan pembenar dan jika terpenuhi syarat pertanggungjawaban pidana harus pula dipertimbangkan mengenai alasan pemaaf, yang akan dipertimbangkan sebagai berikut di bawah ini:

1. TINDAK PIDANA

Terdakwa didakwa oleh Penuntut Umum dengandakwaan yang disusun secara alternatif yaitu Pertama melanggar Pasal 194 Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan atau Kedua melanggar Pasal 80 ayat 3 dan ayat 4 Undang-undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;

Oleh karena Terdakwa didakwa dengan dakwaan yangbersifat alternatif maka Majelis Hakim memiliki kebebasan dalam membuktikan dakwaan yang mana yang lebih mendekati pada perbuatan Terdakwa;

Berdasarkan fakta-fakta hukum di persidangan danpetunjuk yang didapatkan maka Majelis berpendapat perbuatan Terdakwa lebih mendekati pada dakwaan yang Pertama yaitu melanggar Pasal 194 Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, yang akan dipertimbangkan sebagai berikut;

Rumusan tindak pidana yang ditentukan dalam dakwaanPertama melanggar Pasal 194 Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan berbunyi: “Setiap orang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 ayat (2) uu no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan”, mengandung unsur-unsur pokok sebagai berikut:

1. Unsur “Dengan Sengaja”;

2. Unsur “Melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksuddalam pasal 75 ayat (2)”;

Karena unsur pertama merupakan Unsur Subyektif yangmelekat pada suatu keadaan atau perbuatan tertentu, maka terlebih dahulu akan dipertimbangkan mengenai keadaan atau perbuatan tertentu sebagaimana yang diuraikan dalam unsur ke 2, setelah itu akan dipertimbangkan unsur pertama;

1. Unsur “Melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 ayat (2)”

Dalam Undang-undang Nomor 36 tahun 2009tentang Kesehatan tidak terdapat pengertian aborsi, tetapi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia aborsi adalah pengguguran kandungan, atau menggugurkan kandungan yang dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah “abortus”, mengandung arti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, hal ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh;

Berdasarkan fakta hukum nomor 11, menurutketerangan para ahli, aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia di bawah 22 minggu dan hasil konsepsi tersebut tidak bisa hidup di luar kandungan;

Aborsi sebagaimana dimaksud dalam unsurpasal ini adalah aborsi yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 75 ayat 2 Undang-undang Nomor 36 tentang Kesehatan yaitu pengecualian terhadap larangan melakukan aborsi diberikan hanya dalam 2 kondisi berikut:

1. Adanya indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dinikehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan;

2. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologisbagi korban perkosaan;

Berdasarkan fakta hukum nomor 1, dan 2terungkap fakta bahwa pada tanggal 08 Mei 2014 Terdakwa telah menggugurkan kandungan di kamar mandi di rumah Terdakwa di Desa Tajur Buntu kecamatan Pancalang Kabupaten Kuningan, dengan carameminum jamu cap kates selama beberapa hari sejak tanggal 06 Mei 2014 setelah meminum jamu cap kates perut Terdakwa terasa mulas laluTerdakwa ke kamar mandi dan janin tersebut keluar, kemudian Terdakwa kerudung Terdakwa yang berwarna putih kemudian memasukan bungkusan tersebut ke dalam plastik berwarna hitam; dan mencuci janin tersebut lalu membungkusnya dengan celana dalam.

Berdasarkan fakta hukum nomor 3, 4 dan 6terungkap fakta bahwa kandungan dari jamu cap kates antara lain yaitu: Curchuma domain Rhizoma adalah kunyit, sama fungsinya dengan obat salbutamol dalam dunia kedokteran yaitu bisa merelaksasi otot Trakhea, dan menurut keterangan ahli Dr. Rianuly Ginting M ada obat-obat yang dapat menimbulkan keguguran pada kandungan, biasanya dalam obat tersebut ada peringatan kontra indikasi pada ibu hamil, contohnya pada obat salbutamol karena salbutamol dapat menimbulkan relaksasi otot rahim sehingga janin bisa keluar.

Menurut dr. Rika Kartika, Sp.OG bin H. SyariefMusa aborsi naturan terjadi tanpa ada rangsangan misal berupa obat artinya tanpa diapa-apakan janin keluar dengan sendirinya (Miscram), atau juga bisa karena faktor hormonal.

Berdasarkan fakta yang terungkap dipersidangan, bahwa gugurnya kandungan terdakwa bukan aborsi natura, karena Terdakwa meminum jamu cap kates yang fungsinya sama dengan salbultamol yang dapat menimbulkan relaksasi otot rahim sehingga janin bisa keluar, dengan demikian gugurnya kandungan terdakwa diberi rangsangan jamu cap Kates.

Berdasarkan fakta hukum nomor 7, Terdakwamengetahui kehamilan pada bulan Februari 2014 melalui hasil tes urine dengan menggunakan tespack dan belum pernah melakukan konsultasi atau pemeriksaan kehamilan pada bidan, dokter umum maupun dokter spesialis kandungan, sehingga tidak dapat diketahui adanya indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga

menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan, pada diri Terdakwa maupun janin yang Terdakwa kandung.

Berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut Majelisberpendapat bahwa aborsi yang dilakukan oleh Terdakwa tidak memenuhi indikasi kedaruratan medis.

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,Majelis tidak sependapat dengan pendapat Penasehat Hukum Terdakwa dalam pledoiinya menyatakan bahwa barang bukti jamu cap Kates yang menurut Penuntut Umum berpotensi dapat menggugurkan kandungan, oleh karena tidak ada hasil uji laboratorium farmakologi, sehingga tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya dan dengan demikian barang bukti berupa jamu cap kates tersebut perlu dikesampingkan dan tidak memiliki nilai pembuktian;

Terhadap pengecualian yang kedua tentangkehamilan akibat perkosaan, sebagaimana di atur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi, pada Pasal 31 ayat 2 menyatakan bahwa aborsi akibat perkosaan hanya dapat dilakukan apabila usia kehamilan 40 (empat puluh) hari dihitung sejak hari pertama haid terakhir;

Yang dimaksud dengan kehamilan akibatperkosaan adalah kehamilan yang terjadi akibat adanya kekerasan seksual sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 285 KUHP yang berbunyi “barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara selama dua belas tahun”;

Berdasarkan fakta hukum nomor 7, bahwakehamilan Terdakwa merupakan akibat persetubuhan yang Terdakwa lakukan bersama Saksi Deni Yuhana bukan karena kekerasan ataupun ancaman kekerasan, akan tetapi Terdakwa dan Saksi Deni Yuhana sebelum melakukan persetubuhan sudah janjian melalui pesan singkat atau sms untuk bertemu baru setelah itu melakukan hubungan badan atau persetubuhan dan persetubuhan tersebut dilakukan lebih dari satu kali;

Berdasarkan fakta hukum nomor 7, Terdakwamelakukan persetubuhan dengan Saksi Deni Yuhana Bin Aan Anwar pada bulan Desember 2013 sehingga diketahui kehamilan Terdakwa berusia 5 (lima) bulan pada saat digugurkan, bukan 40 hari sebagaimana yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi;

Syarat yang harus dipenuhiuntuk aborsi yang dibolehkan sebagaimana dalam diatur dalam Pasal 75 ayat 2 Undang-undang Nomor 36 tentang Kesehatan tidak terpenuhi padaperbuatan Terdakwa;

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangantersebut di atas, menurut Majelis unsur ke 2 telah terbukti dan terpenuhi;

2. Unsur “Dengan Sengaja”

Istilah ‘dengan sengaja’ atau opzet di sini,dalam riwayat pembentukan KUHP yang dapat kita jumpai dalam memorievan toelichting-nya, adalah “willens en weten”, artinya seseorang yang melakukan suatu perbuatan ‘dengan sengaja’, harus menghendaki (willen) perbuatan itu, dan harus menginsyafi, menyadari, atau mengerti (weten) akan akibat dari perbuatannya itu;

Berdasarkan fakta hukum nomor 1, 2, 3, 4, 6, 7dan 10 terungkap fakta bahwa Terakwa telah melakukan persetubuhan dengan saksi Deni dan mengakibatkan Terdakwa hamil, akan tetapi karena Terdakwa belum siap untuk memiliki anak, karena Terdakwa masih ingin melanjutkan sekolah dan tidak mau kehamilan Terdakwa diketahui oleh kedua orangtua Terdakwa apalagi kakak Terdakwa yang merupakan istri dari Saksi Deni, maka Terdakwa menggugurkan kandaungannya pada tanggal 08 Mei 2014 sekitar pukul 23.00 WIB bertempat di kamar mandi rumah Terdakwa di Desa Tajur Buntu Kecamatan Pancalang Kabupaten Kuningan;

Bahwa adanya Rasa takut Terdakwa akan ketahuan ataskehamilannya yang merupakan akibat persetubuhan Terdakwa dengan Saksi Deni Yuhana Bin Aan Anwar yang adalah kakak ipar Terdakwa sendiri, juga keinginan Terdakwa untuk melanjutkan sekolah, sehingga Terdakwa secara sadar meminum jamu pelancar haid pusaka Djawi cap Kates guna menggugurkan kandungan Terdakwa tersebut, maka dengan demikian Majelis Hakim berpendapat unsur Dengan Sengaja ini telah terbukti dan terpenuhi;

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebuttelah terbukti semua unsur-unsur tindak pidana yang dirumuskan dalam Pasal 194 Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan yang didakwakan oleh Penuntut Umum kepada Terdakwa;

Sepanjang persidangan berlangsung, tidakditemukan alasan pembenar, oleh karena itu Terdakwa harus dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan kepadanya

dalam dakwaan Pertama melanggar Pasal 194 UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan;

3. Analisis Pasal 194 UU No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Terdakwa dalam kasus ini dinyatakan melanggar Pasal 194 UU No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan yang berbunyi “Setiap orang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 ayat (2) uu no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan”. Unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal ini antara lain :

a. Dengan sengaja

Dengan sengaja dalam hal ini maksudnya adanya seseorang yang melakukan suatu perbuatan yang melanggar hukum yang dilakukan dengan penuh kesadarannya.

b. Melakukan aborsi tidak sesuai ketentuan

Aborsi tidak sesuai dengan ketentuan maksudnya aborsi yang dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada Pasal 75 (2) UU No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan yaitu “Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan: a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau b.kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan.”

Pada kasus ini terdakwa mengalami kehamilan akibat dari hubungan terlarangnya dengan kakak iparnya bukan karena perkosaan sehinggal ia hamil dan karena merasa takut diketahui oleh keluarga serta merasa malu maka terdakwa menggugurkan kandungannya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis sependapat dengan hakim yang menjerat terdakwa dengan pasal 194 UU No.36 Tahun 2009 karena semua unsur-unsur yang terdapat dalam pasal tersebut telah terbukti terpenuhi oleh Terdakwa.

4. PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA

Pertanggungjawaban pidana mengandung 2 syarat,yaitu:

1. Kemampuan bertanggungjawab;

2. Kesalahan;

Syarat pertanggungjawaban pidana tersebut akandipertimbangkan sebagai berikut;

1. Kemampuan Bertanggungjawab

Yang dapat dipertanggungjawabkan dalamhukum pidana adalah subyek hukum yang merupakan pendukung hak dan kewajiban dalam lalu lintas hukum, terdiri dari orang dan badan hukum;

Menimbang, bahwa di persidangan Penuntut Umum telahmenghadapkan orang yang didakwa telah melakukan tindak pidana yang bernama Miranti Tridianingsih binti Suhendri, ternyata Terdakwa mengakui identitas Terdakwa yang dicantumkan dalam surat dakwaan sebagai identitas dirinya dan para saksi mengenalinya;

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, telah terbuktibahwa orang yang dihadapkan ke muka persidangan adalah benar Terdakwa yang dimaksud oleh

Penuntut Umum, bukan orang lain atau dengan kata lain tidak ada kesalahan orang;

Menurut pengamatan Majelis, selamapemeriksaan di persidangan Terdakwa sehat jasmani dan rohani, tidak sedang di bawah pengampuan, mampu merespon jalannya persidangan dengan baik, sehingga dengan demikian Terdakwa terbukti sebagai subyek hukum yang sempurna, mampu bertanggungjawab;

2. Kesalahan

Kesalahan adalah dapat dicelanya pembuattindak pidana dan perilaku menyimpang dari standar etis (diformulasikan dalam hukum positif) yang berlaku pada waktu tertentu dalam masyarakat dan penilaian hukum terhadap psikologis perilaku tersebut;

Terdakwa telah melanggar peraturan pidanaPasal 194 Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan danternyata perbuatan itu merupakan standar etis yang diformulasikan dalam pasal tersebut yang masih diakui dan berlaku dalam tata kehidupan masyarakat dan pelakunya dicela atas pelanggaran itu, dengan demikian maka Terdakwa telah salah karena melanggar hukum pidana materiel dan melanggar standar etis masyarakat setempat;

Berdasarkan hasil persidangan selama persidanganberlangsung, tidak ada satupun alasan pemaaf pada diri Terdakwa, sehingga dengan demikian Terdakwa harus dinyatakan mampu bertanggung jawab;

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas,Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana yang

didakwakan kepadanya dalam dakwaan alternatif pertama dan terbukti bersalah serta mampu bertanggungjawb, maka Terdakwa harus dipidana;

Oleh karena dakwaan pertama telah terbukti makadakwaan yang selain dan selebihnya tidak perlu dipertimbangkan lagi;

Dalam perkara ini terhadap Terdakwa telahdikenakan penangkapan dan penahanan yang sah, maka masa penangkapan dan penahanan tersebut harus dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

Oleh karena Terdakwa ditahan dan penahananterhadap Terdakwa dilandasi alasan yang cukup, maka perlu ditetapkan agar Terdakwa tetap berada dalam tahanan;

Barang bukti yang diajukan dipersidangan untuk selanjutnya dipertimbangkan sebagai berikut:

Bahwa barang bukti berupa:

a. Satu (1) unit kendaraan merek Honda Beat warna hitam dengan Platnomor E-2285-ZK Noka: MH1JF512XBK650150 Nosin:

JF51E2646981 An. Sdri. Dewi Sucinawati;

b. Satu (1) helai kerudung warna putih;

c. Satu (1) buah celana dalam warna putih;

d. Satu (1) kardus berisikan tanah yang diambil dari kuburan;

e. Kerangka tulang bayi;

f. Satu (1) unit HP merek samsung tipe Galaxy Young warna putih;

disita dari Terdakwa, maka harus dikembalikan kepada Terdakwa Miranti Tri Dianningsih Binti Suhendri;

Barang bukti berupa 1 (satu) buah gelas kacakarena digunakan sebagai alat untuk menyeduh jamu sebelum diminum, yang telah dipergunakan untuk melakukan kejahatan dan dikhawatirkan akan dipergunakan untuk mengulangi kejahatan, maka perlu ditetapkan agar barang bukti tersebut agar dirusak sehingga tidak dapat dipergunakan lagi;

Barang bukti berupa 1 (satu) pack jamu PusakaDjawi cap Kates yang berisikan 10 bungkus adalah milik saksi Edi Nurohman bin H. Rohman yang diambil oleh Polisi untuk barang bukti, yang telah disita dari saksi Edi Nurohman bin H. Rohman, maka harus dikembalikan kepada saksi Edi Nurohman bin H.

Rohman;

Terdakwa telah terbukti melanggar Pasal 194 UU No. 36Tahun 2009 tentang Kesehatan, oleh karena itu Pengadilan dapat menjatuhkan pidana sesuai ancaman hukuman yaitu pidana penjara maksimal 10 (sepuluh) tahun dan denda maksimal Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah);

Terdakwa adalah adik Kandung dari istri Saksi Deni, atausebagai adik ipar dari saksi Deni, maka perbuatan Terdakwa melakukan perzinahan dengan kakak ipar adalah suatu pengkhianatan terhadap kakak kandung sendiri, yang telah merawat Terdakwa selama Terdakwa ikut kakaknya tersebut;

Ajaran Islam yang dianut Terdakwa menyebutkandalam Al Quran: “Wa laa taqrabuz zinaa innahu kaana faahisyatan wa saa`a sabiilan” yang artinya dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk (QS. Al-Isra`: 32);

Perzinahan tersebut mengakibatkan, Terdakwa hamil, dankarena terdakwa masih ingin melanjutkan sekolah selain itu terdakwa pun merasa maludan takut terhadap keluarga karena janin yang dikandungnya hasil persetubuhan yang dilakukan terdakwa dengan saksi Deni yang tidak lain merupakan kakak ipar dari terdakwa sendiri, maka Terdakwa melakukan aborsi;

Terdakwa adalah seorang yang beragama Islam yangseharusnya mentaati ajaran Islam, dan seharusnya memperhatikan Al Qur’an Surat Al Maidah ayat 32:

“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:

Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasulrasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi”. Selanjutnya mengenai pembunuhan terhadap janin dalam kandungan, Al Qur’an menjelaskan pada surat Al Isra’ ayat 31: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar”.

Selain dosa-dosa besar yang dilakukan terdakwa tersebut,juga telah mengakibatkan rumah tangga kakak Terdakwa tersebut hancur berantakan berakhir dengan perceraian.

Terdakwa telah menyadari kesalahannya, telah bertobatdan minta ampun kepada Allah, juga telah meminta maaf kepada kedua orangtua dan keluarga besarnya atas segala kesalahan dan dosa-dosa yang diperbuat, sebaliknya kakak Terdakwa yaitu istri Deni telah memaafkan tindakan Terdakwa tersebut, demikianpun orang tua Terdakwa telah mengampuni Terdakwa, disisi lain

Terdakwa ingin melanjutkan sekolah dan ingin mengejar masa depan yang lebih baik.

Apabila dilihat dari latar belakang perbuatan terdakwa,sewaktu terdakwa disetubuhi oleh saksi Deni masih berusia 17 tahun, sehingga dalam perkara ini Terdakwa hakekatnya adalah anak-anak yang jadi korban sexual orang dewasa, dan harus menanggung akibatnya yaitu kehamilan, dan karena belum siap maka digugurkan.

Dalam keynote speech, yang disampaikan Dr. H.Mohammad Saleh, S.H., M.H. Wakil Ketua Mahkamah Agung Bidang Yudisial dalam seminar di Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia di Jakarta pada 10 September 2014 antara lain mengatakan bahwa sekitar 120 juta anak perempuan di seluruh dunia 1 dari 10 anak menjadi korban kekerasan sekseual, dan Beliau menyerukan untuk memberikan perlindungan terhadap anak korban kejahatan seksual bersama instansi terkait.

Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan untuk menentukanberat ringannya pidana adalah keadaan yang memberatkan maupun yang meringankan Terdakwa, sebagai berikut:

Hal-hal yang memberatkan:

a. Terdakwa telah melakukan pengakhiran hidup dari janin sebelum diberikesempatan untuk bertumbuh, merampas kesempatan hidup janin atau calonanak yang ada dalam kandungannya;

b. Perzinahan yang dilakukan Terdakwa dengan kakak iparnya sendiri hakekatnyaadalah merupakan pengkhianatan Terdakwa terhadap kakak kandung Terdakwadan telah melukai perasaan keluarga besar Terdakwa;

c. Akibat perbuatan Terdakwa tersebut rumah tangga kakak kandung Terdakwahancur berakhir dengan perceraian;

Hal-hal yang meringankan:

a. Terdakwa hakekatnya adalah anak-anak yang jadi korban sexual orang dewasa,dan harus menanggung akibatnya;

b. Terdakwa bersikap sopan di persidangan;

c. Terdakwa belum pernah dihukum;

Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut di atasmenurut Majelis Hakim, pidana yang dijatuhkan terhadap diri Terdakwa sebagaimana tersebut dalam amar putusan ini diharapkan telah memenuhi rasa keadilan;

Oleh karena Terdakwa dijatuhi pidana maka haruslahdibebani pula untuk membayar biaya perkara;

Memperhatikan peraturan Pasal 194 Undang-undang No.36 tahun 2009 tentangKesehatan, pasal 197 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana serta Peraturan-peraturan lain yang bersangkutan dengan perkara ini;

Dokumen terkait