• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENERAPAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK

A. Posisi Kasus

3. Tuntutan

Berdasarkan surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum maka selanjutnya Jaksa Penuntut Umum membacakan tuntutan pidananya yang pada pokoknya menyatakan:

1. Menyatakan Miranti Tri Dianningsih binti Suhendri terbukti secara sah danmeyakinkan menurut hukum bersalah telah melakukan tindak pidana DenganSengaja Melakukan Aborsi Tidak Sesuai Ketentuan sebagaimana diatur dandiancam pidana dalam dakwaan Alternatif Pertama melanggar Pasal 194 UUNO. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;

2. Menjatuhkan pidana penjara terhadap Miranti Tri Dianningsih binti Suhendriselama 8 (delapan) bulan dengan dikurangkan sepenuhnya

selama terdakwaditahan, dengan perintah agar terdakwa tetap ditahan dan Denda sebesarRp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) subsidair 1 (satu) bulan kurungan;

3. Menyatakan barang bukti berupa:

a. Satu (1) unit kendaraan merek Honda Beat warna hitam dengan Plat nomorE-2285-ZK Noka: MH1JF512XBK650150 Nosin:

JF51E2646981 An. Sdri.Dewi Sucinawati.

b. Satu (1) helai kerudung warna putih;

c. Satu (1) buah celana dalam warna putih;

d. Satu (1) kardus berisikan tanah yang diambil dari kuburan;

e. Satu (1) buah gelas kaca;

f. Kerangka tulang bayi;

g. Satu (1) unit HP merek samsung tipe Galaxy Young warna putih;

Dikembalikan Kepada Terdakwa Miranti Tri Dianningsih Binti Suhendri

h. Satu (1) pack jamu Pusaka Djawi cap Kates yang berisikan 10 bungkus.

Dirampas untuk dimusnahkan;

4. Menghukum Miranti Tri Dianningsih binti Suhendri membayar ongkos perkarasebesar Rp1000,00 (seribu rupiah);

4. Fakta-Fakta Hukum

Berdasarkan Pasal 183 KUHAP yang menyatakan “hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya”

Dalam Pasal 184 ayat (1) alat bukti yang sah ialah:

a. Keterangan saksi b. Keterangan ahli c. Surat

d. Petunjuk

e. Keterangan terdakwa

Dalam perkara ini sudah didengar keterangan saksi-saksi, alat bukti surat, dan keterangan terdakwa sehingga telah memenuhi unsur dua alat bukti yang sah.

Didalam persidangan Penuntut umum juga telah mengjaukan barang bukti berupa:

a. Satu (1) unit kendaraan merek Honda Beat warna hitam dengan Plat nomor E-2285-ZK Noka: MH1JF512XBK650150 Nosin:

JF51E2646981 An. Sdri. Dewi Sucinawati yang beralamat di Desa Tajur Buntu Rt. 01 Rw. 02 Kec. Pancalang Kab. Kuningan;

b. Satu (1) helai kerudung warna putih;

c. Satu (1) buah celana dalam warna putih;

d. Satu (1) kardus berisikan tanah yang diambil dari kuburan;

e. Anatomi kerangka tulang bayi;

f. Satu (1) unit HP merek samsung tipe Galaxy Young warna putih;

g. Satu (1) pack jamu Pusaka Djawi cap Kates yang berisikan 10 bungkus.

Selain barang bukti tersebut di atas, Penuntut Umum juga mengajukan bukti surat sebagai berikut:

a. Surat Visum Et Repertum No. 019H246725/V/2014 tanggal 10 Juni yangdibuat dan ditanda tangani oleh dr.Triwahyu Kemaputra, Sp.OG selakudokter pemeriksa pada RS. Wijaya Kusumah:

Kesimpulan : Pasien datang ke Poliklinik Kebidanan Rumah Sakit WijayaKusumah jam 11.35 WIB hari Jumat tanggal 30 Mei 2014 dengan kesadaran: sadar, dari hasil pemeriksaan pasien: Tampak kondisi seperti habis melahirkan;

b. Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik No. Lab.:

1622/KBF/2014 tanggal 23 Juni 2014 yang dikeluarkan oleh Pusat LaboratoriumForensik Badan Reserse Kriminal Polri dan ditanda tangani oleh Drs.Slamet Hartoyo, M.Kes Kombes Pol Nrp. 57020728 selaku KabidKimbiofor. Dengan hasil pemeriksaan yaitu sebagai berikut:

1. Barang bukti yang diterima

2. 149/BIO/2014: 1 (satu) buah tabung berisi darah milik Sdri.Miranti Tri Dianningsih Binti Suhendri sebagai terduga ibukandung;

3. 151/BIO/2014: 4 (empat) buah tulang bayi;

Setelah dilakukan pemeriksaan DNA diperoleh kesimpulan yaitu sebagai berikut:

Kesimpulan:

a. Empat buah tulang bayi berasal dari individu berjenis kelaminperempuan (X,X);

b. Empat buah tulang bayi di atas memiliki 15 alel loci marka STRyang cocok dengan alel maternal dari darah milik Sdr. Miranti TriDianningsih Binti Suhendri, dengan demikian Sdr. Miranti TriDianningsih Binti Suhendri merupakan ibu kandung dari bayitanpa identitas tersebut;

c. Surat Keterangan Rawat Inap An. Miranti Tridianningsih yang dikeluarkanoleh RS Juanda Kuningan tanggal 6 Juni 2014 yang ditandatangani olehdr.Rika Kartika, SpOG dengan hasil diagnosa Abortus Incomplit;

d. Artikel berjudul Hamil Tua, Hindari Jamu Cabe Puyang, yang bersumberdari website http://suaramerdeka.com/v1/index.php/

read/sehat/2008/08/06/156/H yang diunggah pada tanggal 06 Agustus 2008, dalam artikel tersebut disebutkan Prof. DR. Suwijoyo Pramono DEA Apt,dalam pidato pengukuhan Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas GajahMada Yogyakarta mengatakan “Jamu kunyit asam yang biasa diminumsebagai pelancar haid, sebaiknya dihindari saat masa awal kehamilan,karena dapat meningkatkan resiko keguguran.

Ekstra kunyit memiliki efekstimulan pada kontraksi uterus dan berefek abortivum”. (terlampir);

e. Review artikel dari Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol III, No.1, April 2006,01-07 dengan judul Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan PertimbanganManfaat Dan Keamannannya yang ditulis oleh Lusia Oktora Ruma KumalaSari (Staf Pengajar Program Studi Famrmasi Universitas Jember);

1. Pada halaman 3 (tiga) point 3 (tiga) Ketepatan waktu penggunaandituliskan “Kunyit diketahui bermanfaat untuk mengurangi nyerihaid dan sudah turun temurun dikonsumsi saat datang bulan(Sastroamidjojo S, 2001). Akan tetapi jika diminum pada awal masakehamilan beresiko menyebabkan keguguran”.

2. Pada halaman 4 (empat) point 6 (enam) Tanpa penyalahgunaan,dituliskan “Tanaman obat maupun obat tradisional relatif mudahuntuk didapatkan karena tidak memerlukan resep dokter, hal inimendorong terjadinya penyalahgunaan manfaat dari tanaman obatmaupun obat tradisional, contohnya Jamu peluntur untuk terlambatbulan sering disalahgunakan untuk pengguguran kandungan.

Resikoyang terjadi adalah bayi cacat, ibu menjadi infertil, terjadi infeksi bahkan kematian”.

Dengan menghubungkan antara keterangan Para Saksi, Surat, keterangan terdakwa yang saling bersesuaian satu dengan yang lain dikaitkan dengan barang bukti yang diajukan dipersidangan, diperoleh fakta hukum sebagai berikut:

1. Benar pada tanggal 08 Mei 2014 yangbertempat di kamar mandi rumah Terdakwa diDesa Tajur Buntu kecamatan PancalangKabupaten Kuningan, Terdakwa telahmenggugurkan kandungannya;

2. Benar untuk menggugurkankandungannya Terdakwa meminum jamu capkates selama beberapa hari sejak tanggal 06Mei 2014 setelah meminum jamu cap katesperut Terdakwa terasa mulas lalu Terdakwake kamar mandi dan janin tersebut keluar,kemudian Terdakwa mencuci janin tersebutlalu membungkusnya dengan celana dalamdan kerudung Terdakwa yang berwarna putihkemudian memasukan bungkusan tersebut kedalam plastik berwarna hitam;

3. Menurut keterangan ahli Sidik LinggaKusuma: kandungan dari jamu cap katesantara lain yaitu: Curchuma domain Rhizomaadalah kunyit, sama fungsinya dengan obatsalbutamol dalam dunia kedokteran yaitu bisamerelaksasi otot Trakhea namun tidak dapatmerelaksasi hanya dapat membantu membukatrachea, Zing Rhizoma adalah jahe, fungsinyauntuk relaksasi juga, Philanty juga samafungsinya dengan kunyit karena kandunganpentholin dapat melonggarkan trachea;

4. Menurut keterangan ahli Dr. RianulyGinting M, anak dari Rengkut Ginting M.: adaobat-obat yang dapat menimbulkan keguguranpada kandungan, biasanya dalam obat tersebutada peringatan kontra indikasi pada ibu hamil,contohnya pada obat salbutamol karenasalbutamol dapat menimbulkan relaksasi ototrahim sehingga janin bisa keluar.

5. Disamping obat salbutamol, adaUterotonika, obat yang bisa meningkatkantonus/menimbulkan kontraksi (otot rahim),biasanya ada pada obat Citotec (obat-obat gastro) dapat menyebabkan rahim melakukankontraksi;

6. Menurut dr. Rika Kartika, Sp.OG binH. Syarief Musa aborsi naturan terjadi tanpaada rangsangan misal berupa obat artinyatanpa diapa-apakan janin keluar dengansendirinya (Miscram), atau juga bisa karenafaktor hormonal;

7. Benar pada bulan Desember 2013sewaktu Saksi Deni Yuhana, S.Pd.

bin AanAnwar melakukan hubungan badan denganTerdakwa adik iparnya sendiri, usia Terdakwamasih 17 tahun, sebelum melakukanpersetubuhan Terdakwa dengan saksi Denimelakukan kencan melalui SMS, danpersetubuhan dilakukan beberapa kali dibeberapa tempat, kemuian akibat darihubungan badan tersebut pada bulan Februari2014 Terdakwa tidak haid lagi, dan ternyatasetelah di test pack hasilnya positif, Terdakwahamil;

8. Benar Terdakwa mengalami nifasselama 10 hari, setelah itu masih ada berupaflek-flek saja, diawal Juni 2014 setelahTerdakwa ditahan di LP, perut Terdakwaterasa sakit lalu dibawa ke Rumah Sakit dandikuret karena masih ada sisanya yangtertinggal di rahim Terdakwa;

9. Benar dr. Rika Kartika, Sp.OG bin H.Syarief Musa pernah melakukan pemeriksaanterhadap Terdakwa sekitar akhir bulan Meiatau awal Juni dengan diagnosa aborsiincomplete, Terdakwa waktu itu datang dalamkeadaan pendarahan dan sudah mulai lemas, dan menurut informasinya Terdakwa telahmelakukan aborsi, saat Ahli periksa padarahim Terdakwa masih ada sisa dari konsepsiyang masih tertinggal berupa jaringanpesudial (sisa kandungan) yang bentuknyasudah acak-acakan, hal ini menyebabkanTerdakwa mengalami pendarahan jugademam, lalu Ahli melakukan tindakan kuretuntuk membersihkan rahim Terdakwa;

10. Tujuan Terdakwa meminum jamu capkates tersebut adalah agar janin yang adadalam kandungan Terdakwa bisa keluar,karena Terdakwa masih ingin melanjutkansekolah dan belum siap untuk memiliki anak,karena Terdakwa masih ingin melanjutkansekolah dan tidak mau kehamilan Terdakwadiketahui oleh kedua orangtua Terdakwaapalagi kakak Terdakwa yang merupakan istridari Saksi Deni;

11. Menurut keterangan para ahli, aborsiadalah pengeluaran hasil konsepsi pada usiadi bawah 22 minggu dan hasil konsepsitersebut tidak bisa hidup di luar kandungan.Aborsi ada 2 macam yaitu aborsi normal danaborsi induksi, aborsi normal adalah janinkeluar karena faktor alamiah hal inidisebabkan karena cacat kromosom ataukarena ada trauma misal kecelakaan,sedangkan aborsi induksi dibagi lagi menjadi2 macam yaitu Induksi Medicinalis yaituaborsi yang dilakukan karena alasan medisdan yang kedua Induksi Kriminalis yaituaborsi di luar tindakan medis, yangmembedakan induksi Medicinalis dengan Induksi Kriminalis adalah kalau yangmedicinalis ditangani oleh medis dan ataukarena alasan medis sedangkan yangkriminalis di luar alasan medis atau penanganannya bukan oleh medis yang dapatmengakibatkan pendarahan dan infeksi, atau rahim tidak bisa hamil lagi hal ini disebabkankarena ada perubahan anatomi.

BerdasarkanUU No. 36 tahun 2009 seseorang dibolehkanuntuk melakukan aborsi yaitu terhadap korbanperkosaan, hanya boleh dilakukan oleh tenagamedis akan tetapi ada syarat yang harusdipenuhi yaitu harus ada Berita Acara dariKepoilisian sebagai LaporanPertanggungjawaban, janin berusia 6 (enam)minggu atau sebelum 22 minggu, janin sudahmulai berbentuk dan pada minggu ke 16,organ tubuh sudah lengkap dan biladikeluarkan sudah berbentuk bayi kecil. PadaTerdakwa telah terjadi aborsi dengan kategoriabortus medicinalis karena ia mendapatpenanganan medis, karena ia juga mendarapatperawatan di RS. Juanda walaupun janinnyasudah tidak ada, hal ini disebut dengan istilahabortus incomplete;

12. Benar barang bukti berupa gelastersebut Terdakwa gunakan untuk menyeduhjamu sebelum diminum, sedangkan barangbukti berupa satu bungkus jamu cap katesadalah milik saksi Edi Nurohman bin H.Rohman yang diambil oleh Polisi untukbarang bukti.

5. Pertimbangan Hakim

Untuk dapat menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa, harus dibuktikan adanya “tindak pidana” dan pertanggungjawaban pidana” pada diri terdakwa, disamping itu juga harus dipertimbangkan pula jika terbukti ada tindak pidana apakah ada alasan pembenar dan jika terpenuhi syarat pertanggungjawaban pidana harus pula dipertimbangkan mengenai alasan pemaaf, yang akan dipertimbangkan sebagai berikut di bawah ini:

1. TINDAK PIDANA

Terdakwa didakwa oleh Penuntut Umum dengandakwaan yang disusun secara alternatif yaitu Pertama melanggar Pasal 194 Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan atau Kedua melanggar Pasal 80 ayat 3 dan ayat 4 Undang-undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;

Oleh karena Terdakwa didakwa dengan dakwaan yangbersifat alternatif maka Majelis Hakim memiliki kebebasan dalam membuktikan dakwaan yang mana yang lebih mendekati pada perbuatan Terdakwa;

Berdasarkan fakta-fakta hukum di persidangan danpetunjuk yang didapatkan maka Majelis berpendapat perbuatan Terdakwa lebih mendekati pada dakwaan yang Pertama yaitu melanggar Pasal 194 Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, yang akan dipertimbangkan sebagai berikut;

Rumusan tindak pidana yang ditentukan dalam dakwaanPertama melanggar Pasal 194 Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan berbunyi: “Setiap orang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 ayat (2) uu no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan”, mengandung unsur-unsur pokok sebagai berikut:

1. Unsur “Dengan Sengaja”;

2. Unsur “Melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksuddalam pasal 75 ayat (2)”;

Karena unsur pertama merupakan Unsur Subyektif yangmelekat pada suatu keadaan atau perbuatan tertentu, maka terlebih dahulu akan dipertimbangkan mengenai keadaan atau perbuatan tertentu sebagaimana yang diuraikan dalam unsur ke 2, setelah itu akan dipertimbangkan unsur pertama;

1. Unsur “Melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 ayat (2)”

Dalam Undang-undang Nomor 36 tahun 2009tentang Kesehatan tidak terdapat pengertian aborsi, tetapi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia aborsi adalah pengguguran kandungan, atau menggugurkan kandungan yang dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah “abortus”, mengandung arti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, hal ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh;

Berdasarkan fakta hukum nomor 11, menurutketerangan para ahli, aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia di bawah 22 minggu dan hasil konsepsi tersebut tidak bisa hidup di luar kandungan;

Aborsi sebagaimana dimaksud dalam unsurpasal ini adalah aborsi yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 75 ayat 2 Undang-undang Nomor 36 tentang Kesehatan yaitu pengecualian terhadap larangan melakukan aborsi diberikan hanya dalam 2 kondisi berikut:

1. Adanya indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dinikehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan;

2. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologisbagi korban perkosaan;

Berdasarkan fakta hukum nomor 1, dan 2terungkap fakta bahwa pada tanggal 08 Mei 2014 Terdakwa telah menggugurkan kandungan di kamar mandi di rumah Terdakwa di Desa Tajur Buntu kecamatan Pancalang Kabupaten Kuningan, dengan carameminum jamu cap kates selama beberapa hari sejak tanggal 06 Mei 2014 setelah meminum jamu cap kates perut Terdakwa terasa mulas laluTerdakwa ke kamar mandi dan janin tersebut keluar, kemudian Terdakwa kerudung Terdakwa yang berwarna putih kemudian memasukan bungkusan tersebut ke dalam plastik berwarna hitam; dan mencuci janin tersebut lalu membungkusnya dengan celana dalam.

Berdasarkan fakta hukum nomor 3, 4 dan 6terungkap fakta bahwa kandungan dari jamu cap kates antara lain yaitu: Curchuma domain Rhizoma adalah kunyit, sama fungsinya dengan obat salbutamol dalam dunia kedokteran yaitu bisa merelaksasi otot Trakhea, dan menurut keterangan ahli Dr. Rianuly Ginting M ada obat-obat yang dapat menimbulkan keguguran pada kandungan, biasanya dalam obat tersebut ada peringatan kontra indikasi pada ibu hamil, contohnya pada obat salbutamol karena salbutamol dapat menimbulkan relaksasi otot rahim sehingga janin bisa keluar.

Menurut dr. Rika Kartika, Sp.OG bin H. SyariefMusa aborsi naturan terjadi tanpa ada rangsangan misal berupa obat artinya tanpa diapa-apakan janin keluar dengan sendirinya (Miscram), atau juga bisa karena faktor hormonal.

Berdasarkan fakta yang terungkap dipersidangan, bahwa gugurnya kandungan terdakwa bukan aborsi natura, karena Terdakwa meminum jamu cap kates yang fungsinya sama dengan salbultamol yang dapat menimbulkan relaksasi otot rahim sehingga janin bisa keluar, dengan demikian gugurnya kandungan terdakwa diberi rangsangan jamu cap Kates.

Berdasarkan fakta hukum nomor 7, Terdakwamengetahui kehamilan pada bulan Februari 2014 melalui hasil tes urine dengan menggunakan tespack dan belum pernah melakukan konsultasi atau pemeriksaan kehamilan pada bidan, dokter umum maupun dokter spesialis kandungan, sehingga tidak dapat diketahui adanya indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga

menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan, pada diri Terdakwa maupun janin yang Terdakwa kandung.

Berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut Majelisberpendapat bahwa aborsi yang dilakukan oleh Terdakwa tidak memenuhi indikasi kedaruratan medis.

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,Majelis tidak sependapat dengan pendapat Penasehat Hukum Terdakwa dalam pledoiinya menyatakan bahwa barang bukti jamu cap Kates yang menurut Penuntut Umum berpotensi dapat menggugurkan kandungan, oleh karena tidak ada hasil uji laboratorium farmakologi, sehingga tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya dan dengan demikian barang bukti berupa jamu cap kates tersebut perlu dikesampingkan dan tidak memiliki nilai pembuktian;

Terhadap pengecualian yang kedua tentangkehamilan akibat perkosaan, sebagaimana di atur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi, pada Pasal 31 ayat 2 menyatakan bahwa aborsi akibat perkosaan hanya dapat dilakukan apabila usia kehamilan 40 (empat puluh) hari dihitung sejak hari pertama haid terakhir;

Yang dimaksud dengan kehamilan akibatperkosaan adalah kehamilan yang terjadi akibat adanya kekerasan seksual sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 285 KUHP yang berbunyi “barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara selama dua belas tahun”;

Berdasarkan fakta hukum nomor 7, bahwakehamilan Terdakwa merupakan akibat persetubuhan yang Terdakwa lakukan bersama Saksi Deni Yuhana bukan karena kekerasan ataupun ancaman kekerasan, akan tetapi Terdakwa dan Saksi Deni Yuhana sebelum melakukan persetubuhan sudah janjian melalui pesan singkat atau sms untuk bertemu baru setelah itu melakukan hubungan badan atau persetubuhan dan persetubuhan tersebut dilakukan lebih dari satu kali;

Berdasarkan fakta hukum nomor 7, Terdakwamelakukan persetubuhan dengan Saksi Deni Yuhana Bin Aan Anwar pada bulan Desember 2013 sehingga diketahui kehamilan Terdakwa berusia 5 (lima) bulan pada saat digugurkan, bukan 40 hari sebagaimana yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi;

Syarat yang harus dipenuhiuntuk aborsi yang dibolehkan sebagaimana dalam diatur dalam Pasal 75 ayat 2 Undang-undang Nomor 36 tentang Kesehatan tidak terpenuhi padaperbuatan Terdakwa;

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangantersebut di atas, menurut Majelis unsur ke 2 telah terbukti dan terpenuhi;

2. Unsur “Dengan Sengaja”

Istilah ‘dengan sengaja’ atau opzet di sini,dalam riwayat pembentukan KUHP yang dapat kita jumpai dalam memorievan toelichting-nya, adalah “willens en weten”, artinya seseorang yang melakukan suatu perbuatan ‘dengan sengaja’, harus menghendaki (willen) perbuatan itu, dan harus menginsyafi, menyadari, atau mengerti (weten) akan akibat dari perbuatannya itu;

Berdasarkan fakta hukum nomor 1, 2, 3, 4, 6, 7dan 10 terungkap fakta bahwa Terakwa telah melakukan persetubuhan dengan saksi Deni dan mengakibatkan Terdakwa hamil, akan tetapi karena Terdakwa belum siap untuk memiliki anak, karena Terdakwa masih ingin melanjutkan sekolah dan tidak mau kehamilan Terdakwa diketahui oleh kedua orangtua Terdakwa apalagi kakak Terdakwa yang merupakan istri dari Saksi Deni, maka Terdakwa menggugurkan kandaungannya pada tanggal 08 Mei 2014 sekitar pukul 23.00 WIB bertempat di kamar mandi rumah Terdakwa di Desa Tajur Buntu Kecamatan Pancalang Kabupaten Kuningan;

Bahwa adanya Rasa takut Terdakwa akan ketahuan ataskehamilannya yang merupakan akibat persetubuhan Terdakwa dengan Saksi Deni Yuhana Bin Aan Anwar yang adalah kakak ipar Terdakwa sendiri, juga keinginan Terdakwa untuk melanjutkan sekolah, sehingga Terdakwa secara sadar meminum jamu pelancar haid pusaka Djawi cap Kates guna menggugurkan kandungan Terdakwa tersebut, maka dengan demikian Majelis Hakim berpendapat unsur Dengan Sengaja ini telah terbukti dan terpenuhi;

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebuttelah terbukti semua unsur-unsur tindak pidana yang dirumuskan dalam Pasal 194 Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan yang didakwakan oleh Penuntut Umum kepada Terdakwa;

Sepanjang persidangan berlangsung, tidakditemukan alasan pembenar, oleh karena itu Terdakwa harus dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan kepadanya

dalam dakwaan Pertama melanggar Pasal 194 UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan;

3. Analisis Pasal 194 UU No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Terdakwa dalam kasus ini dinyatakan melanggar Pasal 194 UU No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan yang berbunyi “Setiap orang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 ayat (2) uu no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan”. Unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal ini antara lain :

a. Dengan sengaja

Dengan sengaja dalam hal ini maksudnya adanya seseorang yang melakukan suatu perbuatan yang melanggar hukum yang dilakukan dengan penuh kesadarannya.

b. Melakukan aborsi tidak sesuai ketentuan

Aborsi tidak sesuai dengan ketentuan maksudnya aborsi yang dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada Pasal 75 (2) UU No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan yaitu “Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan: a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau b.kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan.”

Pada kasus ini terdakwa mengalami kehamilan akibat dari hubungan terlarangnya dengan kakak iparnya bukan karena perkosaan sehinggal ia hamil dan karena merasa takut diketahui oleh keluarga serta merasa malu maka terdakwa menggugurkan kandungannya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis sependapat dengan hakim yang menjerat terdakwa dengan pasal 194 UU No.36 Tahun 2009 karena semua unsur-unsur yang terdapat dalam pasal tersebut telah terbukti terpenuhi oleh Terdakwa.

4. PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA

Pertanggungjawaban pidana mengandung 2 syarat,yaitu:

1. Kemampuan bertanggungjawab;

2. Kesalahan;

Syarat pertanggungjawaban pidana tersebut akandipertimbangkan sebagai berikut;

1. Kemampuan Bertanggungjawab

Yang dapat dipertanggungjawabkan dalamhukum pidana adalah subyek hukum yang merupakan pendukung hak dan kewajiban dalam lalu lintas hukum, terdiri dari orang dan badan hukum;

Menimbang, bahwa di persidangan Penuntut Umum telahmenghadapkan orang yang didakwa telah melakukan tindak pidana yang bernama Miranti Tridianingsih binti Suhendri, ternyata Terdakwa mengakui identitas Terdakwa yang dicantumkan dalam surat dakwaan sebagai identitas dirinya dan para saksi mengenalinya;

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, telah terbuktibahwa orang yang dihadapkan ke muka persidangan adalah benar Terdakwa yang dimaksud oleh

Dokumen terkait