• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang menduduki angka kriminalitas yang tinggi. Beraneka ragam tindakan kriminal yang terjadi setiap harinya. Misalnya pembunuhan, pencurian, pemerkosaan, penyalahgunaan obat-obat terlarang (narkoba), aborsi dan lain-lain.Tindakan kriminal ini timbul dalam masyarakat tanpa melihat stratifikasi sosial pelaku maupun korbannya. Suatu tindakan kriminal dapat terjadi karena adanya pengaruh dari lingkungan, keadaan memaksa dari dalam diri si pelaku, kond isi kejiwaan dan adanya kesempatan yang timbul untuk melakukan tindakan kriminal.

Pengaruh lingkungan sangat mendorong proses pertumbuhan seseorang, terutama anak-anak (remaja). Namun, tidak semua pengaruh lingkungan berdampak positif bagi remaja, ada juga yang berdampak negatif.Dalam hal ini, salah satu sisi negatif yang di timbulkan perkembangan zaman tersebut adalah tindak pidana aborsi yang marak di lakukan oleh remaja dan wanita dewasa baik yang sudah terikat hubungan pernikahan maupun yang belum terikat hubungan pernikahan.1

Tidak satupun bangsa yang dapat mengendalikan tingkat kesuburan atau yang mungkin dapat melakukannya sebelum akhir abad ini, tanpa melakukuan

1Maria Ulfah Ansor, Fiqih Abosi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan, PT Kompas Media Nusantara, Jakarta, 2004, Hal. 3-5.

sejumlah abortus. Abortus mungkin merupakan metode kontrasepsi tertua kedua (setelah coitus interruptus). Abortus dikenal oleh seluruh bangsa.

Wanita dengan kehamilan yang tidak diinginkan selalu mencari jalan keluar dengan abortus. Sepanjang kehidupan, dan masih berlangsung sampai sekarang ini di beberapa negara dengan hukum antiabortus yang ketat, beberapa wanita sering mempertaruhkan jiwanya menghadapi bahaya abortus ilegal, pada situasi yang jauh dari ideal.2

Dulu yang tertarik mengenai hal ini hanya ibu-ibu yang mengalami KTD (kehamilan yang tidak diinginkan), namun kini remaja juga tidak mau kalah.

Namun yang menjadi masalah adalah remaja-remaja itu tidak cukup hanya dengan melakukan pembicaraan tentang aborsi. Mereka juga terbukti ada yang melakukan praktik tersebut. Fakta mencengangkan tentang aborsi adalah lembar fakta yang diterbitkan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), United Nations Population Fund (UNFPA) dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan 15 % remaja usia 10–24 tahun yang jumlahnya mencapai sekitar 62 juta diperkirakan telah melakukan hubungan seksual di luar nikah.3

Pada tahun 2008 di Jakarta, dari 405 kehamilan yang tidak direncanakan, 95 persennya dilakukan oleh remaja usia 15-25 tahun. Angka kejadian aborsi di Indonesia mencapai 2,5 juta kasus, 1,5 juta diantaranya dilakukan oleh remaja.

Polling yang dilakukan di Bandung menunjukkan, 20 persen dari 1.000 remaja

2Alison Frater dan Catherine Wright,Dilema Abortus,Arcan,Jakarta,1994,hal.1

3 Cicik Ida, https://www.kompasiana.com/cicik.ida/5508ffc0813311941cb1e29e/ketika-topik-aborsi-menjadi-hitz-di-kalangan-remaja, diakses pada 26 September 2018 pukul 18.53 WIB.

yang masuk dalam polling pernah melakukan, seks bebas. Diperkirakan 5-7 persennya adalah remaja di pedesaan.4

1. Spontan/alamiah (terjadi secara alami, tanpa tindakan apapun);

Sebagai catatan, jumlah remaja di Kabupaten Bandung sekitar 765.762.

Berarti, bisa diperkirakan jumlah remaja yang melakukan seks bebas sekitar 38-53 ribu. Kemudian, sebanyak 200 remaja putri melakukan seks bebas, setengahnya kedapatan hamil. Dan 90 persen dari jumlah itu melakukan aborsi.. Sungguh memprihatinkan.

Keputusan untuk mengakhiri kehamilan tidak umum karena bila sudah diputuskan tidak lagi berubah, yang harus segera dilakukan dan merupakan tanggung jawab pihak wanita sendiri, yang mungkin tidak atau diberitahukan kepada pasangannya. Ini adalah suatu keputusan serius yang dapat memiliki dampak penting terhadap masa depan anda.

Secara medis, aborsi adalah berakhirnya atau gugurnya kehamilan sebelum kandungan mencapai usia 20 minggu atau berat bayi kurang dari 500g, yaitu sebelum janin dapat hidup di luar kandungan secara mandiri. Angka kejadian aborsi meningkat dengan bertambahnya usia dan terdapatnya riwayat aborsi sebelumnya. Proses abortus dapat berlangsung secara:

2. Buatan/sengaja (aborsi yang dilakukan secara sengaja);

3. Terapeutiklmedis (aborsi yang dilakukan atas indikasi medik karena terdapatnya suatu permasalahan atau komplikasi).5

4Loc.Cit.

5Titik Triwulan Tutik, Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Aborsi Bagi Kehamilan Tidak D1harap Akan (Ktd) Akibat Perkosaan Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, diakses dari http://jhp.ui.ac.id/index.php/home/article/viewFile/222/157, diakses pada tanggal 13 September 2018 pukul 16:29 WIB

Tindakan aborsi mengandung risiko yang cukup tinggi, apabila dilakukan tidak sesuai standar profesi medis. Berikut ini berbagai cara melakukan aborsi yang se'ring dilakukan:

1. Manipulasi fisik, yaitu dengan cara melakukan pijatan pada rahim agar janin terlepas dari rahim. Biasanya akan terasa sakit sekali karena pijatan yang dilakukan dipaksakan dan berbahaya bagi oragan dalam tubuh;

2. Menggunakan berbagai ramuan dengan tujuan panas pada rahim.

Ramuan tersebut seperti nanas muda yang dicampur dengan merica atau obat-obatan keras lainnya;

3. Menggunakan alat bantu tradisional yang tidak steril yang dapat mengakibatkan infeksi. Tindakan ini juga membahayakan organ dalam tubuh6

Adapun alasan mereka melakukan tindakan aborsi tanpa rekomendasi medis adalah:

1. lngin terus melanjutkan sekolah atau kuliah. Perlu dipikirkan oleh pihak sekolah bagaimana supaya tetap dipertahankan sekolah meski sedang hamil kalau terlanjur;

2. Belum siap menghadapi orang tua atau memalukan orang tua dan keluarga. Hal ini juga perlu legawa orang tua karen a psikologis anak sangat besar;

3. Malupada lingkungan sosial dan sekitarnya;

4. Belum siap baik mental maupun ekonomi untuk menikah dan mempunyai anak;

5. Adanya aturan dari kantor bahwa tidak boleh hamil atau menikah sebelum waktu tertentu karena terikat kontrak;

6. Tidak senang pasangannya karena korban perkosaan.7

Ketentuan tentang hukum aborsi di dalam hukum pidana positif Indonesia diatur di dalam KUHP (Lex Generalis) dan Undang-Undang Kesehatan. KUHP tidak membolehkan aborsi dengan alasan apa pun juga dan oleh siapapun juga.

Ketentuan ini sejalan dengan diundangkannya di zaman pemerintahan Hindia

6Loc.Cit.

7Loc.Cit..

Belanda sampai dengan sekarang ini tidak pernah berubah" dan ketentuan ini berlaku umum bagi siapa pun yang melakukan, bahkan bagi dokter yang melakukan dikenai pemberatan pidana.

Menurut Indraswari, kasus aborsi tidak menunjukkan karakteristik khusus terutama bila dilihat dari segi pendidikan dan status ·pernikahan. Ada kecenderungan, aborsi adalah suatu fenomena yang menimpa masyarakat lintas strata sosial ekonomi, pendidikan, budaya, dan agama.8

“....terdapat kecenderungan peningkatan praklik aborsi yang dilakukan oleh pelajar SMP dan SMA, alumnus SMA (pekerja), dan mahasiswa. Hal ini sejalan dengan perubahan pola interaksi dan pola gaya hidup yang melanda kalangan remaja dan dewasa muda”.

Selanjutnya Indraswati mengatakan:

9

Istilah tindak pidana adalah berasal dari istilah yang dikenal dengan hukum pidana Beland yaitu “Strafbaar feit”. Walaupun istilah ini terdapat dalam Wvs belanda dengan demikian juga Wvs Hindia Nelanda (KUHP), tetapi tidak ada penjelasan resmi tentang apa yang dimaksud dengan strafbaar feit itu. Karena itu para ahli hukum berusaha untuk memberikan arti dan istilah itu. Sayangnya Secara kritis bisa ditarik generalisasai bahwa aborsi dilakukan tidak hanya dikarenakan kehamilan di luar perkawinan (kehamilan pranikah, dilakukan gadis), tetapi juga terjadi di dalam perkawinan, oleh perempuan yang berstatus istri. Baik abortus dikarenakan kehamilan di luar perkawinan ataupun dalam perkawinan keduanya memiliki beberapa alasan yang berbeda, dan keduanya merupakan fenomena terselubung yang cenderung ditutupi oleh pelakunya.

8 Indraswati, Fenomena Kawin Muda dan Aborsi: Gambaran Kasus", dalam Hasyim, S.,

"Menakar 'Harga' Perempuan", Mizan, Jakarta, 1999, hal. 150.

9Ibid.

sampai kini belum ada keseragaman pendapat.10

Kesehatan adalah salah satu parameter untuk mengukur keberhasilan pembangunan manusia.

Salah satu tindak pidana yang sering terjadi dikalangan anak-anak (remaja) adalah melakukan hubungan layaknya suami istri diluar pernikahan. Hal ini mengakibatkan banyak anak perempuan yang mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD).

11Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan menjadi salah satu unsur dari kesejahteraan umum yang semestinya diwujudkan sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.12

Aborsi dalam Bahasa Inggris disebut abortion dan dalam bahasa latin disebut abortus, yang berarti keguguran kandungan. Dalam bahasa arab, aborsi disebut isqat al-haml atau ijhad, yaitu pengguguran janin dalam rahim. Menurut Segala sesuatu yang bertentangan dengan upaya menjaga kesehatan reproduksi adalah dilarang oleh hukum termasuk didalamnya ialah aborsi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, aborsi /abor.si/ berarti pengguguran kandungan. Dalam arti kriminalis, aborsi adalah tindak pidana yang dilakukan dengan sengaja karena suatu alasan dan bertentangan dengan undang-undang yang berlaku.

10Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I Stelsel Pidana, Tindak Pidana, Teori-teori Pemidanaan & Batas Berlakunya Hukum Pidana, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002,Hal.67

11Sri Siswati, Etika dan Hukum Kesehatan Dalam Perspektif Undang-Undang Kesehatan, Raja Grafindo Persada , Jakarta, 2013,Hal.2

12Ibid,Hal.3

istilah kedokteran, aborsi berarti pengakhiran kehamilan sebelum gestasi (28 minggu) atau sebelum bayi mencapai berat 1000 gram.13

Membahas permasalahan aborsi, sudah merupakan rahasia umum.Hal ini dikarenakan aborsi yang terjadi dewasa ini sudah menjadi hal yang aktual, dapat terjadi dimana-mana dan bisa saja dilakukan oleh berbagai kalangan, khususnya mereka yang belum terikat oleh perkawinan yang mengalami kehamilan di luar nikah. Hal ini merupakan dampak pergaulan yang semakin bebas antara laki-laki dan perempuan. Awalnya mereka hanya berpacaran seperti gaya pacaran yang bisa, 2 namun setelah lama menjalin hubungan pacaran, pasangan tersebut juga Saat ini aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari tingginya tingkat atau angka aborsi dari tahun ke tahun. Abor si ini dapat dikatakan sebagai fenomena “terselubung” karena praktik aborsi ini sering tidak tampil ke permukaan, bahkan cenderung ditutupi oleh pelaku aborsi ataupun masyarakat.Ketika seorang perempuan mengalami kehamilan tak diinginkan (KTD), diantara jalan keluar yang ditempuh adalah melakukan upaya aborsi, baik yang dilakukan sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Keputusan untuk melakukan aborsi bukan merupakan pilihan yang mudah. Banyak perempuan harus berperang melawan perasaan dan kepercayaannya mengenai nilai hidup seorang calon manusia yang dikandungnya, sebelum akhirnya mengambil keputusan. Belum lagi penilaian moral dari orang-orang sekitarnya bila sampai tindakannya ini diketahui.

13Abdurrahman, Dinamika Masyarakat Islam Dalam Wawasan Fiqih, PT. Remaja Rosdakarya Offset : Bandung, 2006. Hal.54

melakukan hubungan yang bisa dilakukan oleh pasangan suami istri, yang akhirnya mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan.

Aborsi atau pengguguran kandungan seringkali identik dengan hal-hal negatif bagi orang-orang awam. Bagi mereka, aborsi adalah tindakan dosa, melanggar hukum dan sebagainya. Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia “tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang”. Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.

Kita perlu melihat kembali apa tujuan dari aborsi tersebut sehingga kita dapat mengetahui bagaimana kedudukan aborsi di Indonesia. Apakah perbuatan tersebut dilakukan untuk menolong nyawa sang ibu (indikasi medis) atau hanya karena untuk menutupi aib keluarga dan persasaan malu saja. Sejauh ini, persolan aborsi pada umumnya dianggap oleh sebagian besar masyarakat sebagai tindak pidana. Namun dalam hukum positif di Indonesia, tindakan aborsi pada sejumlah kasus tertentu dapat dibenarkan apabila merupakan abortus provocatus medicialis.

Sedangkan aborsi yang digeneralisasi menjadi suatu tindak pidana lebih dikenal sebagai abortus provocatus criminalis.

Dalam sistem hukum di Negara Indonesia sendiri, juga terdapat aturan hukum yang pro dan kontra mengenai aborsi tersebut.Dalam pasal 15 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dinyatakan bahwa dalam

keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.

Di Indonesia banyak peraturan yang mengatur tentang tindak pidana aborsi diantaranya KUHPidana dan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, hal ini membuktikan bahwa ada perhatian khusus yang diberikan untuk mencegah terjadinya aborsi yang dilakukan oleh anak-anak dibawah umur (Remaja).

Secara umum pengaturan mengenai aborsi tersebut terdapat dalam Pasal 299, Pasal 346, Pasal 347, Pasal 348, Pasal 349, dan Pasal 350 KUHP. Pasal-pasal ini secara jelas dan tegas mengatur larangan melakukan aborsi dengan alasan apapun, baik bagi pelaku ataupun yang membantu melakukan aborsi.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengkaji dan melakukan penelitian yuridis normatif dengan judul skripsi “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA ABORSI OLEH ANAK AKIBAT HUBUNGAN DILUAR PERKAWINAN (Studi Putusan Nomor 118/Pid.Sus/2014/PN.KNG)”

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian singkat latar belakang diatas, maka yang menjadi inti permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut pada bab berikutnya yaitu :

4. Bagaimana pengaturan sanksi pidana terhadap pelaku aborsi di Indonesia ?

5. Bagaimana penerapan hukum terhadap pelaku tindak pidana aborsi dalam putusan Nomor 118/Pid.Sus/2014/PN.KNG?

6. Apa upaya yang diberikan untuk mengatasi kasus aborsi dikalangan anak dibawah umur ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan penulisan Skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengaturan Sanksi Terhadap Pelaku Aborsi Di Indonesia;

2. Untuk Mengetahui Bagaimana penerapan hukum terhadap pelaku tindak pidana aborsi dalam putusan Nomor 118/Pid.Sus/2014/PN.KNG;

3. Untuk Mengetahui Apa Upaya Yang Diberikan Untuk Mengatasi Kasus Aborsi Dikalangan Anak Dibawah Umur ;

D. Manfaat Penulisan

Dari penulisan skripsi ini manfaat yang dapat diambil adalah:

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil penulisan ini dapat sebagai bahan kajian lebih mendalam terhadap ilmu pengetahuan serta dapat menambah wawasan khususnya mengenaipertanggungjawaban pelaku aborsi, selain itu diharapkan juga dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Dapat menjadi bahan acuan dan masukan bagi penegak hukum, masyarakat, dan juga orang tua dalam menghadapi, mendidik, melindungi,

serta mengawasi anak mereka agar tidak melakukan tindakan aborsi yang dapat mengancam keselamatan jiwanya.

E. Keaslian Penulisan

Skripsi ini dengan judul “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA ABORSI OLEH ANAK AKIBAT HUBUNGAN DILUAR PERKAWINAN” adalah hasil karya penulis sendiri dan belum pernah diangkat sebelumnya didalam skripsi ini penulis akan membahas tentang pengaturan sanksi bagi pelaku aborsi dan unsur-unsur melakukan aborsi. Bila ternyata ada skripsi yang sama dengan skripsi sebelumnya, maka penulis akan bertanggung jawab dengan sepenuhnya.

Akan tetapi dalam menulis Skripsi ini penulis menemukan beberapa judul skripsi yang mirip dengan judul skripsi yang penulis buat diantaranya:

1. Tinjauan Yuridis Tentang Aborsi Ditinjau Dari Undang-Undang No.

36 Tahun 2009 Tentang Kesehatandidalam skripsi ini penulis membahas

tentang legalisasi aborsi terhadap korban perkosaan.

2. Tinjauan Atas Tindakan Aborsi Yang Dilakukan Dengan Alasan Indikasi Medis Karena Terjadinya Kehamilan Akibat Perkosaan (Incest), didalam skripsi ini penulis membahas tentang alasan melakukan aborsi.

Berdasarkan judul diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesamaan baik judul maupun pembahasan yang akan dibahas didalam bab selanjutnya.

F. Tinjauan Kepustakaan 1. Pengertian Anak

Anak merupakan asset utamaDalam menyiapkan generasi penerus bangsa.

Anak merupakan amanah dari karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya.14

Anak hubungan antara orang tua dan anak atau anak-anak di satu pihak serta orang tua yang menurunkannya dilain pihak”. Menurut BW/KUH Perdata, keturunan adalah dasar dari hubungan darah, disebutkan: “kekeluargaan sedarah adalah suatu pertalian keluarga antara mereka yang mana yang satu pihak adalah keturunan yang lain. Anak diluar perkawinan, dapat diartikan hasil hubungan sebagai keturunan dari seorang laki-laki dengan orang perempuan yang tidak dalam ikatan perkawinan yang sah. Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974, anak yang dilahirkan diluar perkawinan hanya mempunyai hubungan hukum perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya.

Tumbuh kembang anak sejak dini adalah tanggung jawab keluarga, masyarakat dan negara.

15

Secara umum anak adalah seorang yang dilahirkan dari hubungan pria dan wanita baik dalam perkawinan maupun diluar perkawinan. Menurut The Minimium Age Convention nomor 138 (1973), pengertian anak adalah seseorang

yang berusia 15 tahun kebawah. Sebaliknya, dalam Convention on the Rights of the Child (1989) yang telah diratifikasi pemerintah Indonesia melalui Kepres

nomor 39 tahun 1990 disebutkan bahwa anak adalah mereka yang berusia 18

14Bagian menimbang huruf a Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012

15Imam Jauhari, Hak-Hak Anak Dalam Hukum Islam, Pustaka Bangsa Press Jakarta,2003,hal 5-6

tahun kebawah. Sementara itu, UNICEF mendefenisikan anak sebagai penduduk yang berusia 0 sampai 18 tahun.16

Menurut KUHP pengertian anak tidak ada dijelaskan secara tertulis tapi pengertian anak ada disebutkan secara tersirat yaitu dalam Pasal 293 ayat (1) ada disebutkan seseorang yang belum dewasa. Yaitu dalam pasal 292 KUHPidana dewasa adalah yang belum berumur 21 Tahun atau belum berumur 21 tahun tetapi sudah kawin atau sudah pernah kawin.17

Menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dalam Pasal 1 angka 1 dikatakan “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) Tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.”18

Kondisi perkembangan kehidupan masyarakat yang semakin kompleks menjadikan kehidupan semakin tidak bersahabat bagi perkembangan anak dimana anak yang juga adalah bagian dari kehidupan masyarakat tidak mungkin terpisah dari pergaulan dengan anggota masyarakat lainnya dan oleh karena adanya interaksi dengan masyarakat tersebut maka tidak tertutup kemungkinan akan timbulnya gesekan kepentingan yang dapat memicu konflik.19

Perlindungan terhadap anak dilakukan dalam segala aspek kehidupan, peradilan pidana anak dikhususkan terhadap anak yang berkonflik dengan hukumyaitu anak yang melakukan tindak pidana. Peradilan pidana anak

16Abu Huraerah,Kekerasan terhadap anak, Nuansa, Bandung, 2008, hal.19.

17R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Politeia, Bogor,1988.Hal.213.

18Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.Psl.1. angka 1.

19 Hari Widya, Upaya Perlindungan Terdakwa Anak Dalam Proses Persidangan Di Pengadilan, Varia Peradilan,, Jakarta, Tahun XXVII No. 319 Juni 2012,hal 79

dikhususkan terhadap anak yang berkonflik dengan hukum yaitu anak yang melakukan tindak pidana. Peradilan pidana anak menegaskan hak-hak anak yang diatur dalamperaturan perundang-undangan tentang peradilan pidana anak adalah perwujudan perlindungan anak.20

2. Pengertian Tindak Pidana Aborsi

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesamaan pengaturan tentang batasan usia anak. Batasan usia anak dibuat masing-masing untuk tujuan dari peraturan tersebut. Namun menurut penulis batasan usia anak adalah dibawah 17 tahun atau belum menikah dan masih dalam kandungan.

Suatu masalah yang sulit dihadapi adalah kehamilan tidak diinginkan (KTD) seperti akibat dari perkosaan, maka ketika hal tersebut terjadi pada seseorang, banyak yang memilih aborsi menjadi jalan keluar terakhir untuk mengatasinya. Istilah aborsi atau Abortus provocatus ini berasal dari bahasa latin yangberarti pengguguran kandungan karena kesengajaan. Aborsi adalah berakhirnya kehamilan sebelum berusia 22 minggu.21 Aborsijuga dapat diartikan sebagai penghentian atau pengeluaran hasil kehamilan dari rahim sebelum waktunya. Dengan kata lain “pengeluaran” itu dimaksudkan bahwa keluarnya janin disengaja dengan campur tangan manusia, baik melalui cara mekanik, obat atau cara lainnya.22

20Maidin Gultom,.Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak , PT Refika Aditama, Bandung ,Cetakan ke-III,2014,hal, 77.

21Prof. Dr. M. Jusuf Hanafiah, Sp.OG(K) dan Prof. Dr. Amri Amir, Sp.F(K), SH,Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan,EGC,Jakarta,2008,hal 107

22Kusmayanto, SCJ., Kontroversi Aborsi, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2002, hlm 203

Selain itu, berikut adalah definisi aborsi menurut para ahli tentang, yaitu :23

Pengertian tindak pidana aborsi dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 346 adalah “Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan

a. Eastman: Aborsi adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana

fetus belum sanggup berdiri sendiri diluar uterus. Belum sanggup

diartikanapabila fetus itu beratnya terletak antara 400 - 1000 gram atau kehamilankurang dari 28 minggu;

b. Jeffcoat: Aborsi yaitu pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum 28minggu, yaitu fetus belum viable by llaous;

c. Holmer: Aborsi yaitu terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-16dimana plasentasi belum selesai.

pidana penjara paling lama empat tahun.”

Pada intinya hukum formal yang mengatur masalah aborsi menyatakan bahwa pemerintah Indonesia menolak aborsi. Pengecualian diberikan jika ada indikasi medis sebagaimana tereantum dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 Pasal 15 dan Pasal 80. Selain itu, masalah aborsi juga terkait dengan Sumpah Dokter Indonesia yang antara lain menyatakan bahwa dokter akan menghormati setiap kehidupan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aborsi merupakan suatu tindakan yang tidak aman untuk menjamin keselamatan perempuan dan juga kandungan.

23Rustam Mochtar, Sinopsis Obseteri, EGC, Jakarta, 1998, hlm 209

3. Pengertian Anak Pelaku Tindak Pidana

Pengertian anak pada Pasal 1 butir 1 UU Pengadilan Anak adalah yang terlibat dalam perkara anak nakal. Menurut Pasal 2 butir 2 yang dimaksud dengan anak nakal mempunyai dua pengertian yaitu :

1. Anak yang melakukan tindak pidana

Walaupun UU Pengadilan Anak tidak memberikan penjelasan lebih lanjut, akan tetapi dapat dipahami bahwa anak yang melakukan tindak pidana, perbuatannya tidak terbatas kepada perbuatan-perbuatan yang melanggar peraturan KUHP saja

Walaupun UU Pengadilan Anak tidak memberikan penjelasan lebih lanjut, akan tetapi dapat dipahami bahwa anak yang melakukan tindak pidana, perbuatannya tidak terbatas kepada perbuatan-perbuatan yang melanggar peraturan KUHP saja

Dokumen terkait