• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA ABORSI OLEH ANAK AKIBAT HUBUNGAN DILUAR PERKAWINAN (STUDI PUTUSAN NOMOR 118/PID.SUS/2014/PN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA ABORSI OLEH ANAK AKIBAT HUBUNGAN DILUAR PERKAWINAN (STUDI PUTUSAN NOMOR 118/PID.SUS/2014/PN."

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA ABORSI OLEH ANAK AKIBAT HUBUNGAN DILUAR PERKAWINAN

(STUDI PUTUSAN NOMOR 118/PID.SUS/2014/PN.KNG)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi Tugas-Tugas dan memenuhi Syarat-Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH:

140200036

DESI RAYANI GINTING

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebab atas berkat dan karuniaNyalah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Adapun judul skripsi ini adalah “ TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA ABORSI OLEH ANAK AKIBAT HUBUNGAN DI LUAR PERKAWNINAN (STUDI PUTUSAN NO:

118/PID.SUS/2014/PN.KNG.)”. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara materil maupun secara moril, maka dalam kesempatan ini penulis dengan kerendahan hati mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum, Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. OK. Saidin, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara .

5. Bapak Dr. M. Hamdan, S.H.,MH, selaku Ketua Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara .

(4)

6. Ibu Liza Erwina, S.H., M.Hum, sebagai Dosen Pembimbing I yang senantiasa sabar dalam membimbing dan memberikan semangat, saran dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibu Dr. Marlina, S.H., M.Hum, sebagai Dosen Pembimbing II yang senantiasa sabar dalam membimbing dan memberikan semangat, saran dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak Amsali Putra Sembiring S.H., M.Hum, sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang sabar mengarahkan penulis selama proses perkuliahan.

9. Bapak dan Ibu Dosen dan seluruh Staf Pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang turut mendukung segala urusan perkuliahan dan administrasi penulis selama ini.

10. Kepada Ayahanda Sariaman Ginting, terimakasih sudah merawat dan membesarkan penulis serta memberikan bantuan secara materil kepada penulis dengan penuh kasih sayang yang tulus, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

11. Kepada Ibunda Meri br Kaban, yang selalu memberikan cinta dan kasih sayang yang tulus, dan yang tiada henti mendoakan dan mengingatkan penulis dengan penuh semangat dan kesabaran yang tidak pernah berhenti sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

12. Kakak penulis Juli Astriani Ginting, A.Md dan abang ipar saya Irfansyah, ST serta keponakan penulis Talitha Dzakiyah Sakhi yang selalu mendukung dan memberi motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

(5)

13. Abang saya Adi Setiawan Ginting, A.Md, terimakasih untuk doa, kasih sayang dan dukungan selama ini kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

14. Seluruh keluarga besar penulis yang selalu sabar mendengarkan dan memberikan semangat dan perhatian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

15. Teman penulis semasa kuliah Sas Rawfandafi Tarigan, S.H, Dea Patrisius Tarigan, S.H, Bram Alfredo Ginting, S.H, Ditha Clariesta Kristina Ginting, Daniel Manullang, Yuki Gustari Sembiring, S.Sos, Ira Purnama Siregar, Herma Narwastika Bangun, Marcelina D Sihombing, yang selalu memberikan semangat dan membuat penulis termotivasi untuk cepat menyelesaikan skripsi ini.

16. Sahabat penulis Joshua Pangestu, S.H, Azhar Ismadi Siregar, S.H, Tri Ari N Sinaga, Lastio Pebrina Sidabalok, Vijay, Devi Pandiangan, Senita Butar-Butar, S.Pd, Gita Sidabutar, S.Pd, Adi Reinaldo, Bang Apos Saragih, S.E, Em.Miya Brahmana, Ade Saka Putra Bangun, Petra D Ginting, dan Demisioner Ketua IMKA ERKALIAGA Imanuel Sembiring, S.H, terimakasih telah membantu saya dan memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

17. Teman istimewa penulis yang tersayang Brem Seprinus Pinem yang senantiasa menemani dan memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan cepat.

(6)

18. Seluruh teman-teman Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA ERKALIAGA) terimakasih atas kesempatan dan Kepercayaan yang pernah diberikan untuk memimpin Organisasi ini dan seluruh teman-teman Ikatan Mahasiswa Hukum Pidana (IMADANA) Tahun 2014.

19. Seluruh pihak dan teman-teman mahasiswa yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut memberikan sumbangsihnya baik moril ataupun materil dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan segala kritikan dan saran yang bersifat membangun agar bisa lebih baik lagi di kesempatan yang akan datang dan penulis berharap semoga skripsi yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca dan pihak lain yang memerlukannya.

Medan, Oktober 2018 Penulis

(Desi Rayani Ginting) NIM. 140200036

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... v

ABSTRAKS ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penulisan ... 10

D. Manfaat Penulisan ... 10

E. Keaslian Penulisan ... 11

F. Tinjauan Kepustakaan ... 11

1. Pengertian Anak... 11

2. Pengertian Tindak Pidana Aborsi ... 14

3. Anak Pelaku Tindak Pidana ... 16

G. Metode Penelitian ... 17

H. Sitematika Penulisan ... 19

BAB II PENGATURAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU ABORSI DI INDONESIA ... 21

A. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP ... 21

1. Pasal 299 KUHP ... 21

2. Pasal 346 KUHP ... 23

(8)

3. Pasal 347 KUHP ... 25

4. Pasal 348 KUHP ... 25

5. Pasal 349 KUHP ... 27

B. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan... 29

1. Pasal 194 ... 29

2. Pasal 75 ... 30

3. Pasal 76 ... 31

4. Pasal 77 ... 32

BAB III PENERAPAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA ABORSI DALAM PUTUSAN NOMOR 118/Pid.Sus/2014/PN.KNG ... 35

A. Posisi Kasus ... 35

1. Kronologis Kasus ... 35

2. Dakwaan ... 37

3. Tuntutan ... 38

4. Fakta Hukum ... 39

5. Pertimbangan Hakim ... 44

6. Putusan Hakim ... 58

B. Analisis Putusan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Aborsi.. 59

BAB IV UPAYA YANG DIBERIKAN UNTUK MENGATASI KASUS ABORSI DI KALANGAN ANAK DI BAWAH UMUR.... 67

A. Penyebab Dan Efek Aborsi... 67

1. Resiko Aborsi... 73

(9)

2. Dampak Aborsi... 74

3. Sudut Pandang Masyarakat Terhadap Aborsi... 75

B. Upaya Pencegahan Untuk Kasus Aborsi... 77

1. Bidang Edukasi... 77

2. Bidang Agama... 78

3. Bidang Sosial... 78

4. Bidang Hukum... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(10)

ABSTRAK Desi Rayani Ginting *

Liza Erwina **

Marlina ***

Pengaruh lingkungan sangat mendorong proses pertumbuhan seseorang, terutama anak-anak (remaja). Namun, tidak semua pengaruh lingkungan berdampak positif bagi remaja, ada juga yang berdampak negatif.Dalam hal ini, salah satu sisi negatif yang di timbulkan perkembangan zaman tersebut adalah tindak pidana aborsi.Membahas permasalahan aborsi, sudah merupakan rahasia umum.Hal ini dikarenakan aborsi yang terjadi dewasa ini sudah menjadi hal yang aktual, dapat terjadi dimana-mana dan bisa saja dilakukan oleh berbagai kalangan, khususnya mereka yang belum terikat oleh perkawinan yang mengalami kehamilan di luar nikah. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk mengkaji dan melakukan penelitian yuridis normatif dengan judul skripsi

“Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Aborsi Oleh Anak Akibat Hubungan Di Luar Perkawinan (Studi Putusan Nomor 118/Pid.Sus/2014/PN.KNG).

Adapun permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini adalah 1. Bagaimana pengaturan sanksi terhadap pelaku aborsi di Indonesia

2. Bagaimana penerapan hukum terhadap pelaku tindak pidana aborsi dalam putusan Nomor 118/Pid.Sus/2014/PN.KNG

3. Apa upaya yang diberikan untuk mengatasi kasus aborsi dikalangan anak dibawah umur

Penelitian yang dilakukan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini yaitu penelitian dengan menggunakan metode penelitian hukum normatif (yuridis normative), yang dilakukan dengan penelitian kepustakaan (library research).penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data-data sekunder yang diperoleh dari bahan hukum primer dengan menganalisis peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan judul skripsi ini dan bahan hukum sekunder seperti buku-buku, majalah, literatur, artikel, dan internet yang berkaitan dengan masalah yang diangkat dalam skripsi ini

Hasil penelitian atau kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa pengaturan sanksi bagi pelaku tindak pidana aborsi diatur di dalam KUHP dan Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Dan harus diberikan upaya-upaya dari pemerintah maupun masyarakat untuk mencegah agar tidak terjadi kasus aborsi di kalangan anak dibawah umur.

Kata Kunci : Tindak Pidana Aborsi, Abortus

*MahasiswaFakultasHukumUniversitasSumatera Utara

**DosenPembimbing I FakultasHukumUniversitasSumatera Utara.

***DosenPembimbing II FakultasHukumUniversitasSumatera Utara.

(11)

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang menduduki angka kriminalitas yang tinggi. Beraneka ragam tindakan kriminal yang terjadi setiap harinya. Misalnya pembunuhan, pencurian, pemerkosaan, penyalahgunaan obat- obat terlarang (narkoba), aborsi dan lain-lain.Tindakan kriminal ini timbul dalam masyarakat tanpa melihat stratifikasi sosial pelaku maupun korbannya. Suatu tindakan kriminal dapat terjadi karena adanya pengaruh dari lingkungan, keadaan memaksa dari dalam diri si pelaku, kond isi kejiwaan dan adanya kesempatan yang timbul untuk melakukan tindakan kriminal.

Pengaruh lingkungan sangat mendorong proses pertumbuhan seseorang, terutama anak-anak (remaja). Namun, tidak semua pengaruh lingkungan berdampak positif bagi remaja, ada juga yang berdampak negatif.Dalam hal ini, salah satu sisi negatif yang di timbulkan perkembangan zaman tersebut adalah tindak pidana aborsi yang marak di lakukan oleh remaja dan wanita dewasa baik yang sudah terikat hubungan pernikahan maupun yang belum terikat hubungan pernikahan.1

Tidak satupun bangsa yang dapat mengendalikan tingkat kesuburan atau yang mungkin dapat melakukannya sebelum akhir abad ini, tanpa melakukuan

1Maria Ulfah Ansor, Fiqih Abosi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan, PT Kompas Media Nusantara, Jakarta, 2004, Hal. 3-5.

(12)

sejumlah abortus. Abortus mungkin merupakan metode kontrasepsi tertua kedua (setelah coitus interruptus). Abortus dikenal oleh seluruh bangsa.

Wanita dengan kehamilan yang tidak diinginkan selalu mencari jalan keluar dengan abortus. Sepanjang kehidupan, dan masih berlangsung sampai sekarang ini di beberapa negara dengan hukum antiabortus yang ketat, beberapa wanita sering mempertaruhkan jiwanya menghadapi bahaya abortus ilegal, pada situasi yang jauh dari ideal.2

Dulu yang tertarik mengenai hal ini hanya ibu-ibu yang mengalami KTD (kehamilan yang tidak diinginkan), namun kini remaja juga tidak mau kalah.

Namun yang menjadi masalah adalah remaja-remaja itu tidak cukup hanya dengan melakukan pembicaraan tentang aborsi. Mereka juga terbukti ada yang melakukan praktik tersebut. Fakta mencengangkan tentang aborsi adalah lembar fakta yang diterbitkan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), United Nations Population Fund (UNFPA) dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan 15 % remaja usia 10–24 tahun yang jumlahnya mencapai sekitar 62 juta diperkirakan telah melakukan hubungan seksual di luar nikah.3

Pada tahun 2008 di Jakarta, dari 405 kehamilan yang tidak direncanakan, 95 persennya dilakukan oleh remaja usia 15-25 tahun. Angka kejadian aborsi di Indonesia mencapai 2,5 juta kasus, 1,5 juta diantaranya dilakukan oleh remaja.

Polling yang dilakukan di Bandung menunjukkan, 20 persen dari 1.000 remaja

2Alison Frater dan Catherine Wright,Dilema Abortus,Arcan,Jakarta,1994,hal.1

3 Cicik Ida, https://www.kompasiana.com/cicik.ida/5508ffc0813311941cb1e29e/ketika- topik-aborsi-menjadi-hitz-di-kalangan-remaja, diakses pada 26 September 2018 pukul 18.53 WIB.

(13)

yang masuk dalam polling pernah melakukan, seks bebas. Diperkirakan 5-7 persennya adalah remaja di pedesaan.4

1. Spontan/alamiah (terjadi secara alami, tanpa tindakan apapun);

Sebagai catatan, jumlah remaja di Kabupaten Bandung sekitar 765.762.

Berarti, bisa diperkirakan jumlah remaja yang melakukan seks bebas sekitar 38-53 ribu. Kemudian, sebanyak 200 remaja putri melakukan seks bebas, setengahnya kedapatan hamil. Dan 90 persen dari jumlah itu melakukan aborsi.. Sungguh memprihatinkan.

Keputusan untuk mengakhiri kehamilan tidak umum karena bila sudah diputuskan tidak lagi berubah, yang harus segera dilakukan dan merupakan tanggung jawab pihak wanita sendiri, yang mungkin tidak atau diberitahukan kepada pasangannya. Ini adalah suatu keputusan serius yang dapat memiliki dampak penting terhadap masa depan anda.

Secara medis, aborsi adalah berakhirnya atau gugurnya kehamilan sebelum kandungan mencapai usia 20 minggu atau berat bayi kurang dari 500g, yaitu sebelum janin dapat hidup di luar kandungan secara mandiri. Angka kejadian aborsi meningkat dengan bertambahnya usia dan terdapatnya riwayat aborsi sebelumnya. Proses abortus dapat berlangsung secara:

2. Buatan/sengaja (aborsi yang dilakukan secara sengaja);

3. Terapeutiklmedis (aborsi yang dilakukan atas indikasi medik karena terdapatnya suatu permasalahan atau komplikasi).5

4Loc.Cit.

5Titik Triwulan Tutik, Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Aborsi Bagi Kehamilan Tidak D1harap Akan (Ktd) Akibat Perkosaan Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, diakses dari http://jhp.ui.ac.id/index.php/home/article/viewFile/222/157, diakses pada tanggal 13 September 2018 pukul 16:29 WIB

(14)

Tindakan aborsi mengandung risiko yang cukup tinggi, apabila dilakukan tidak sesuai standar profesi medis. Berikut ini berbagai cara melakukan aborsi yang se'ring dilakukan:

1. Manipulasi fisik, yaitu dengan cara melakukan pijatan pada rahim agar janin terlepas dari rahim. Biasanya akan terasa sakit sekali karena pijatan yang dilakukan dipaksakan dan berbahaya bagi oragan dalam tubuh;

2. Menggunakan berbagai ramuan dengan tujuan panas pada rahim.

Ramuan tersebut seperti nanas muda yang dicampur dengan merica atau obat-obatan keras lainnya;

3. Menggunakan alat bantu tradisional yang tidak steril yang dapat mengakibatkan infeksi. Tindakan ini juga membahayakan organ dalam tubuh6

Adapun alasan mereka melakukan tindakan aborsi tanpa rekomendasi medis adalah:

1. lngin terus melanjutkan sekolah atau kuliah. Perlu dipikirkan oleh pihak sekolah bagaimana supaya tetap dipertahankan sekolah meski sedang hamil kalau terlanjur;

2. Belum siap menghadapi orang tua atau memalukan orang tua dan keluarga. Hal ini juga perlu legawa orang tua karen a psikologis anak sangat besar;

3. Malupada lingkungan sosial dan sekitarnya;

4. Belum siap baik mental maupun ekonomi untuk menikah dan mempunyai anak;

5. Adanya aturan dari kantor bahwa tidak boleh hamil atau menikah sebelum waktu tertentu karena terikat kontrak;

6. Tidak senang pasangannya karena korban perkosaan.7

Ketentuan tentang hukum aborsi di dalam hukum pidana positif Indonesia diatur di dalam KUHP (Lex Generalis) dan Undang-Undang Kesehatan. KUHP tidak membolehkan aborsi dengan alasan apa pun juga dan oleh siapapun juga.

Ketentuan ini sejalan dengan diundangkannya di zaman pemerintahan Hindia

6Loc.Cit.

7Loc.Cit..

(15)

Belanda sampai dengan sekarang ini tidak pernah berubah" dan ketentuan ini berlaku umum bagi siapa pun yang melakukan, bahkan bagi dokter yang melakukan dikenai pemberatan pidana.

Menurut Indraswari, kasus aborsi tidak menunjukkan karakteristik khusus terutama bila dilihat dari segi pendidikan dan status ·pernikahan. Ada kecenderungan, aborsi adalah suatu fenomena yang menimpa masyarakat lintas strata sosial ekonomi, pendidikan, budaya, dan agama.8

“....terdapat kecenderungan peningkatan praklik aborsi yang dilakukan oleh pelajar SMP dan SMA, alumnus SMA (pekerja), dan mahasiswa. Hal ini sejalan dengan perubahan pola interaksi dan pola gaya hidup yang melanda kalangan remaja dan dewasa muda”.

Selanjutnya Indraswati mengatakan:

9

Istilah tindak pidana adalah berasal dari istilah yang dikenal dengan hukum pidana Beland yaitu “Strafbaar feit”. Walaupun istilah ini terdapat dalam Wvs belanda dengan demikian juga Wvs Hindia Nelanda (KUHP), tetapi tidak ada penjelasan resmi tentang apa yang dimaksud dengan strafbaar feit itu. Karena itu para ahli hukum berusaha untuk memberikan arti dan istilah itu. Sayangnya Secara kritis bisa ditarik generalisasai bahwa aborsi dilakukan tidak hanya dikarenakan kehamilan di luar perkawinan (kehamilan pranikah, dilakukan gadis), tetapi juga terjadi di dalam perkawinan, oleh perempuan yang berstatus istri. Baik abortus dikarenakan kehamilan di luar perkawinan ataupun dalam perkawinan keduanya memiliki beberapa alasan yang berbeda, dan keduanya merupakan fenomena terselubung yang cenderung ditutupi oleh pelakunya.

8 Indraswati, Fenomena Kawin Muda dan Aborsi: Gambaran Kasus", dalam Hasyim, S.,

"Menakar 'Harga' Perempuan", Mizan, Jakarta, 1999, hal. 150.

9Ibid.

(16)

sampai kini belum ada keseragaman pendapat.10

Kesehatan adalah salah satu parameter untuk mengukur keberhasilan pembangunan manusia.

Salah satu tindak pidana yang sering terjadi dikalangan anak-anak (remaja) adalah melakukan hubungan layaknya suami istri diluar pernikahan. Hal ini mengakibatkan banyak anak perempuan yang mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD).

11Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan menjadi salah satu unsur dari kesejahteraan umum yang semestinya diwujudkan sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.12

Aborsi dalam Bahasa Inggris disebut abortion dan dalam bahasa latin disebut abortus, yang berarti keguguran kandungan. Dalam bahasa arab, aborsi disebut isqat al-haml atau ijhad, yaitu pengguguran janin dalam rahim. Menurut Segala sesuatu yang bertentangan dengan upaya menjaga kesehatan reproduksi adalah dilarang oleh hukum termasuk didalamnya ialah aborsi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, aborsi /abor.si/ berarti pengguguran kandungan. Dalam arti kriminalis, aborsi adalah tindak pidana yang dilakukan dengan sengaja karena suatu alasan dan bertentangan dengan undang- undang yang berlaku.

10Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I Stelsel Pidana, Tindak Pidana, Teori-teori Pemidanaan & Batas Berlakunya Hukum Pidana, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002,Hal.67

11Sri Siswati, Etika dan Hukum Kesehatan Dalam Perspektif Undang-Undang Kesehatan, Raja Grafindo Persada , Jakarta, 2013,Hal.2

12Ibid,Hal.3

(17)

istilah kedokteran, aborsi berarti pengakhiran kehamilan sebelum gestasi (28 minggu) atau sebelum bayi mencapai berat 1000 gram.13

Membahas permasalahan aborsi, sudah merupakan rahasia umum.Hal ini dikarenakan aborsi yang terjadi dewasa ini sudah menjadi hal yang aktual, dapat terjadi dimana-mana dan bisa saja dilakukan oleh berbagai kalangan, khususnya mereka yang belum terikat oleh perkawinan yang mengalami kehamilan di luar nikah. Hal ini merupakan dampak pergaulan yang semakin bebas antara laki-laki dan perempuan. Awalnya mereka hanya berpacaran seperti gaya pacaran yang bisa, 2 namun setelah lama menjalin hubungan pacaran, pasangan tersebut juga Saat ini aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari tingginya tingkat atau angka aborsi dari tahun ke tahun. Abor si ini dapat dikatakan sebagai fenomena “terselubung” karena praktik aborsi ini sering tidak tampil ke permukaan, bahkan cenderung ditutupi oleh pelaku aborsi ataupun masyarakat.Ketika seorang perempuan mengalami kehamilan tak diinginkan (KTD), diantara jalan keluar yang ditempuh adalah melakukan upaya aborsi, baik yang dilakukan sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Keputusan untuk melakukan aborsi bukan merupakan pilihan yang mudah. Banyak perempuan harus berperang melawan perasaan dan kepercayaannya mengenai nilai hidup seorang calon manusia yang dikandungnya, sebelum akhirnya mengambil keputusan. Belum lagi penilaian moral dari orang-orang sekitarnya bila sampai tindakannya ini diketahui.

13Abdurrahman, Dinamika Masyarakat Islam Dalam Wawasan Fiqih, PT. Remaja Rosdakarya Offset : Bandung, 2006. Hal.54

(18)

melakukan hubungan yang bisa dilakukan oleh pasangan suami istri, yang akhirnya mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan.

Aborsi atau pengguguran kandungan seringkali identik dengan hal-hal negatif bagi orang-orang awam. Bagi mereka, aborsi adalah tindakan dosa, melanggar hukum dan sebagainya. Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia “tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang”. Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.

Kita perlu melihat kembali apa tujuan dari aborsi tersebut sehingga kita dapat mengetahui bagaimana kedudukan aborsi di Indonesia. Apakah perbuatan tersebut dilakukan untuk menolong nyawa sang ibu (indikasi medis) atau hanya karena untuk menutupi aib keluarga dan persasaan malu saja. Sejauh ini, persolan aborsi pada umumnya dianggap oleh sebagian besar masyarakat sebagai tindak pidana. Namun dalam hukum positif di Indonesia, tindakan aborsi pada sejumlah kasus tertentu dapat dibenarkan apabila merupakan abortus provocatus medicialis.

Sedangkan aborsi yang digeneralisasi menjadi suatu tindak pidana lebih dikenal sebagai abortus provocatus criminalis.

Dalam sistem hukum di Negara Indonesia sendiri, juga terdapat aturan hukum yang pro dan kontra mengenai aborsi tersebut.Dalam pasal 15 Undang- Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dinyatakan bahwa dalam

(19)

keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.

Di Indonesia banyak peraturan yang mengatur tentang tindak pidana aborsi diantaranya KUHPidana dan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, hal ini membuktikan bahwa ada perhatian khusus yang diberikan untuk mencegah terjadinya aborsi yang dilakukan oleh anak-anak dibawah umur (Remaja).

Secara umum pengaturan mengenai aborsi tersebut terdapat dalam Pasal 299, Pasal 346, Pasal 347, Pasal 348, Pasal 349, dan Pasal 350 KUHP. Pasal-pasal ini secara jelas dan tegas mengatur larangan melakukan aborsi dengan alasan apapun, baik bagi pelaku ataupun yang membantu melakukan aborsi.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengkaji dan melakukan penelitian yuridis normatif dengan judul skripsi “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA ABORSI OLEH ANAK AKIBAT HUBUNGAN DILUAR PERKAWINAN (Studi Putusan Nomor 118/Pid.Sus/2014/PN.KNG)”

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian singkat latar belakang diatas, maka yang menjadi inti permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut pada bab berikutnya yaitu :

4. Bagaimana pengaturan sanksi pidana terhadap pelaku aborsi di Indonesia ?

(20)

5. Bagaimana penerapan hukum terhadap pelaku tindak pidana aborsi dalam putusan Nomor 118/Pid.Sus/2014/PN.KNG?

6. Apa upaya yang diberikan untuk mengatasi kasus aborsi dikalangan anak dibawah umur ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan penulisan Skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengaturan Sanksi Terhadap Pelaku Aborsi Di Indonesia;

2. Untuk Mengetahui Bagaimana penerapan hukum terhadap pelaku tindak pidana aborsi dalam putusan Nomor 118/Pid.Sus/2014/PN.KNG;

3. Untuk Mengetahui Apa Upaya Yang Diberikan Untuk Mengatasi Kasus Aborsi Dikalangan Anak Dibawah Umur ;

D. Manfaat Penulisan

Dari penulisan skripsi ini manfaat yang dapat diambil adalah:

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil penulisan ini dapat sebagai bahan kajian lebih mendalam terhadap ilmu pengetahuan serta dapat menambah wawasan khususnya mengenaipertanggungjawaban pelaku aborsi, selain itu diharapkan juga dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Dapat menjadi bahan acuan dan masukan bagi penegak hukum, masyarakat, dan juga orang tua dalam menghadapi, mendidik, melindungi,

(21)

serta mengawasi anak mereka agar tidak melakukan tindakan aborsi yang dapat mengancam keselamatan jiwanya.

E. Keaslian Penulisan

Skripsi ini dengan judul “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA ABORSI OLEH ANAK AKIBAT HUBUNGAN DILUAR PERKAWINAN” adalah hasil karya penulis sendiri dan belum pernah diangkat sebelumnya didalam skripsi ini penulis akan membahas tentang pengaturan sanksi bagi pelaku aborsi dan unsur-unsur melakukan aborsi. Bila ternyata ada skripsi yang sama dengan skripsi sebelumnya, maka penulis akan bertanggung jawab dengan sepenuhnya.

Akan tetapi dalam menulis Skripsi ini penulis menemukan beberapa judul skripsi yang mirip dengan judul skripsi yang penulis buat diantaranya:

1. Tinjauan Yuridis Tentang Aborsi Ditinjau Dari Undang-Undang No.

36 Tahun 2009 Tentang Kesehatandidalam skripsi ini penulis membahas

tentang legalisasi aborsi terhadap korban perkosaan.

2. Tinjauan Atas Tindakan Aborsi Yang Dilakukan Dengan Alasan Indikasi Medis Karena Terjadinya Kehamilan Akibat Perkosaan (Incest), didalam skripsi ini penulis membahas tentang alasan melakukan aborsi.

Berdasarkan judul diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesamaan baik judul maupun pembahasan yang akan dibahas didalam bab selanjutnya.

(22)

F. Tinjauan Kepustakaan 1. Pengertian Anak

Anak merupakan asset utamaDalam menyiapkan generasi penerus bangsa.

Anak merupakan amanah dari karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya.14

Anak hubungan antara orang tua dan anak atau anak-anak di satu pihak serta orang tua yang menurunkannya dilain pihak”. Menurut BW/KUH Perdata, keturunan adalah dasar dari hubungan darah, disebutkan: “kekeluargaan sedarah adalah suatu pertalian keluarga antara mereka yang mana yang satu pihak adalah keturunan yang lain. Anak diluar perkawinan, dapat diartikan hasil hubungan sebagai keturunan dari seorang laki-laki dengan orang perempuan yang tidak dalam ikatan perkawinan yang sah. Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974, anak yang dilahirkan diluar perkawinan hanya mempunyai hubungan hukum perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya.

Tumbuh kembang anak sejak dini adalah tanggung jawab keluarga, masyarakat dan negara.

15

Secara umum anak adalah seorang yang dilahirkan dari hubungan pria dan wanita baik dalam perkawinan maupun diluar perkawinan. Menurut The Minimium Age Convention nomor 138 (1973), pengertian anak adalah seseorang

yang berusia 15 tahun kebawah. Sebaliknya, dalam Convention on the Rights of the Child (1989) yang telah diratifikasi pemerintah Indonesia melalui Kepres

nomor 39 tahun 1990 disebutkan bahwa anak adalah mereka yang berusia 18

14Bagian menimbang huruf a Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012

15Imam Jauhari, Hak-Hak Anak Dalam Hukum Islam, Pustaka Bangsa Press Jakarta,2003,hal 5-6

(23)

tahun kebawah. Sementara itu, UNICEF mendefenisikan anak sebagai penduduk yang berusia 0 sampai 18 tahun.16

Menurut KUHP pengertian anak tidak ada dijelaskan secara tertulis tapi pengertian anak ada disebutkan secara tersirat yaitu dalam Pasal 293 ayat (1) ada disebutkan seseorang yang belum dewasa. Yaitu dalam pasal 292 KUHPidana dewasa adalah yang belum berumur 21 Tahun atau belum berumur 21 tahun tetapi sudah kawin atau sudah pernah kawin.17

Menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dalam Pasal 1 angka 1 dikatakan “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) Tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.”18

Kondisi perkembangan kehidupan masyarakat yang semakin kompleks menjadikan kehidupan semakin tidak bersahabat bagi perkembangan anak dimana anak yang juga adalah bagian dari kehidupan masyarakat tidak mungkin terpisah dari pergaulan dengan anggota masyarakat lainnya dan oleh karena adanya interaksi dengan masyarakat tersebut maka tidak tertutup kemungkinan akan timbulnya gesekan kepentingan yang dapat memicu konflik.19

Perlindungan terhadap anak dilakukan dalam segala aspek kehidupan, peradilan pidana anak dikhususkan terhadap anak yang berkonflik dengan hukumyaitu anak yang melakukan tindak pidana. Peradilan pidana anak

16Abu Huraerah,Kekerasan terhadap anak, Nuansa, Bandung, 2008, hal.19.

17R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Politeia, Bogor,1988.Hal.213.

18Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.Psl.1. angka 1.

19 Hari Widya, Upaya Perlindungan Terdakwa Anak Dalam Proses Persidangan Di Pengadilan, Varia Peradilan,, Jakarta, Tahun XXVII No. 319 Juni 2012,hal 79

(24)

dikhususkan terhadap anak yang berkonflik dengan hukum yaitu anak yang melakukan tindak pidana. Peradilan pidana anak menegaskan hak-hak anak yang diatur dalamperaturan perundang-undangan tentang peradilan pidana anak adalah perwujudan perlindungan anak.20

2. Pengertian Tindak Pidana Aborsi

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesamaan pengaturan tentang batasan usia anak. Batasan usia anak dibuat masing-masing untuk tujuan dari peraturan tersebut. Namun menurut penulis batasan usia anak adalah dibawah 17 tahun atau belum menikah dan masih dalam kandungan.

Suatu masalah yang sulit dihadapi adalah kehamilan tidak diinginkan (KTD) seperti akibat dari perkosaan, maka ketika hal tersebut terjadi pada seseorang, banyak yang memilih aborsi menjadi jalan keluar terakhir untuk mengatasinya. Istilah aborsi atau Abortus provocatus ini berasal dari bahasa latin yangberarti pengguguran kandungan karena kesengajaan. Aborsi adalah berakhirnya kehamilan sebelum berusia 22 minggu.21 Aborsijuga dapat diartikan sebagai penghentian atau pengeluaran hasil kehamilan dari rahim sebelum waktunya. Dengan kata lain “pengeluaran” itu dimaksudkan bahwa keluarnya janin disengaja dengan campur tangan manusia, baik melalui cara mekanik, obat atau cara lainnya.22

20Maidin Gultom,.Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak , PT Refika Aditama, Bandung ,Cetakan ke-III,2014,hal, 77.

21Prof. Dr. M. Jusuf Hanafiah, Sp.OG(K) dan Prof. Dr. Amri Amir, Sp.F(K), SH,Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan,EGC,Jakarta,2008,hal 107

22Kusmayanto, SCJ., Kontroversi Aborsi, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2002, hlm 203

(25)

Selain itu, berikut adalah definisi aborsi menurut para ahli tentang, yaitu :23

Pengertian tindak pidana aborsi dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 346 adalah “Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan

a. Eastman: Aborsi adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana

fetus belum sanggup berdiri sendiri diluar uterus. Belum sanggup

diartikanapabila fetus itu beratnya terletak antara 400 - 1000 gram atau kehamilankurang dari 28 minggu;

b. Jeffcoat: Aborsi yaitu pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum 28minggu, yaitu fetus belum viable by llaous;

c. Holmer: Aborsi yaitu terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-16dimana plasentasi belum selesai.

pidana penjara paling lama empat tahun.”

Pada intinya hukum formal yang mengatur masalah aborsi menyatakan bahwa pemerintah Indonesia menolak aborsi. Pengecualian diberikan jika ada indikasi medis sebagaimana tereantum dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 Pasal 15 dan Pasal 80. Selain itu, masalah aborsi juga terkait dengan Sumpah Dokter Indonesia yang antara lain menyatakan bahwa dokter akan menghormati setiap kehidupan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aborsi merupakan suatu tindakan yang tidak aman untuk menjamin keselamatan perempuan dan juga kandungan.

23Rustam Mochtar, Sinopsis Obseteri, EGC, Jakarta, 1998, hlm 209

(26)

3. Pengertian Anak Pelaku Tindak Pidana

Pengertian anak pada Pasal 1 butir 1 UU Pengadilan Anak adalah yang terlibat dalam perkara anak nakal. Menurut Pasal 2 butir 2 yang dimaksud dengan anak nakal mempunyai dua pengertian yaitu :

1. Anak yang melakukan tindak pidana

Walaupun UU Pengadilan Anak tidak memberikan penjelasan lebih lanjut, akan tetapi dapat dipahami bahwa anak yang melakukan tindak pidana, perbuatannya tidak terbatas kepada perbuatan-perbuatan yang melanggar peraturan KUHP saja melainkan juga melanggar peraturan-peraturan di luar KUHP misalnya ketentuan pidana dalam UU Narkotika, UU Hak Cipta, UU Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2. Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak

Yang dimaksud dengan perbuatan terlarang bagi anak adalah baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Dalam hal ini peraturan tersebut baik yang tertulis maupun tidak tertulis misalnya hukum adat atau aturan- aturan kesopanan dan kepantasan dalam masyarakat.

Dari Pasal 1 butir 2 mengenai pengertian anak nakal di atas, yang dapat diperkarakan untuk diselesaikan melalui jalur hukum hanyalah anak nakal dalam pengertian angka 1 di atas, yaitu anak yang melakukan tindak pidana.

Ada 2 (dua) kategori perilaku anak yang membuat ia harus berhadapan dengan hukum, yaitu:

(27)

1. Status Offence adalah perilaku kenakalan anak yang apabila dilakukan oleh orang dewasa tidak dianggap sebagai kejahatan, seperti tidak menurut, membolos sekolah atau kabur dari rumah ;

2. Juvenile Deliquency adalah perilaku jahat (dursila) atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda; merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang.24

G. Metode Penelitian

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, yang dimaksut dengan anak yang berhadapan dengan hukum (children in conflict with the law), adalah sebagai berikut :

“Anak yang Berhadapan dengan Hukum adalah Anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana”.

1. PenelitianYuridis Normative

Penelitian dalam penulisan ini menggunakan metode penelitian (yuridis normative), yakni merupakan penelitian yang dilakukan dan diajukan pada

berbagai peraturan perundang-undangan tertulis dan berbagai literatur yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian. Skripsi ini menggunakan metode pendekatan analisis (Anlytical Approach) yaitu menganalisis bahan hukum untuk mengetahui makna yang terkandung dalam istilah yang digunakan oleh peraturan perundang-undangan sekaligus mengetahui Penetapan Diversi oleh

24 Dr. Kartini Kartono, Kenakalan Remaja, Rajawali Pers, Jakarta.,2005, Hal. 6

(28)

hakim. Penelitian ini juga menggunakan metode pendekatan kasus (Case Approach) yaitu suatu penelitian normatif yang bertujuan mempelajari norma-

norma hukum yang dilakukan dalam praktek, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis Penetapan hakim No118/Pid.Sus/2014/PN. KNG.

2. Sumber Data

Sumber data penelitian adalah sumber dari mana data diperoleh. Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah: data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama, yakni perilaku individu atau masyarakat. Untuk mendapatkan data primer dapat dilakukan dengan cara seperti wawancara, questioner/angket, pengamatan (observasi) baik secara partisipatif maupun non partisipatif.

b. Data Sekunder

Data sekuder adalah data yang tidak diperoleh dari sumber pertama, data sekunder bisa diperoleh dari dokumen-dokumen resmi,buku-buku, hasil penelitian, laporan, dan lainnya.

Data sekunder yaitu yang memberikan petunjuk maupun penjelasan mengenai bahan hukum primer.Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif, artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum primer terdiri

(29)

dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan hakim.25

c. Bahan Hukum Tersier

Yaitu bahan hukum penunjang yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum Primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus umum, majalah dan jurnal ilmiah.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis melalui studi putusan.

Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mempelajari dan menganalisis data- data yang terdapat dalam putusan . Dengan demikian akan diperoleh kesimpulan yang lebih terarah dari pokok bahasan.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman dalam upaya mendapatkan jawaban atas rumusan masalah permasalahan, maka akan diuraikan secara garis besar dalam sitematika penulisan. Pada bagian ini terdapat ringkasan garis besar dari lima bab yang terdapat didalam skripsi. Setiap bab terdiri dari beberapa sub bab yang akan mendukung keutuhan pembahasan setiap bab sistemaitika penulisan hukum berjudul “Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Aborsi Oleh Anak Akibat Hubungan Diluar Perkawinan” adalah sebagai berikut:

25Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenade Media Group, Jakarta, Cetakan ke-VIII,2013, hal 181.

(30)

Bab I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, keaslian penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian serta Sistematika Penulisan.

Bab II:PENGATURAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU ABORSI DI INDONESIA

Bab ini berisi materi berupa uraian sitematis sebagai landasan teori atau kerangka pikiran yang diperlukan untuk pembahsan dalam pemecahan masalah sesuai topik yang diteliti.

BAB III : PENERAPAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA ABORSI DALAM PUTUSAN NOMOR 118/Pid.Sus/2014/PN.KNG

Pada bab ini akan membahas mengenai studi putusan dengan melakukan analisis terhadap putusan Pengadilan Negeri Kuningan yang terdiri dari dakwaan, putusan pengadilan dan analisis putusan Nomor 118/PID.SUS/2014/PN.KNG.

Bab IV : UPAYA PENCEGAHAN YANG DIBERIKAN UNTUK MENGATASI KASUS ABORSI DIKALANGAN ANAK DIBAWAH UMUR

Dalam bab ini diuraikan mengenai Penyebab Aborsi, Efek Aborsi, Resiko Aborsi, Dampak Aborsi, Sudut Pandang Masyarakat Terhadap Aborsi serta Upaya Pencegahan Untuk Kasus Aborsi.

Bab V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan yang menjadi kesimpulan dan saran penulis terhadap analisis kasus dan penerapan hukumnya.

(31)

A. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Pengaturan perbuatan aborsi yang dilakukan oleh seseorang terhadap kandungannya didalam KUHP sangatlah penting terutama mengenai pengaturan sanksinya. KUHP menjadi salah satu acuan penting yang digunakan untuk menjatuhkan sanksi kepada pelaku yang melakukan aborsi.

Di dalam KUHP sangat jelas diatur mengenai larangan serta sanksi untuk melakukannya aborsi. Regulasi tentang aborsi dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) diatur dalam Bab XIX Pasal 299, Pasal 346 sampai dengan Pasal 349 , dan digolongkan ke dalam kejahatan terhadap nyawa. Berikut ini adalah uraian tentang pengaturan aborsi yang terdapat dalam KUHP:

1. Pasal 299 KUHP

Dalam pasal 299 KUHP mengatakan :

(1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati, dengan memberitahukan atau menimbulkan harapan bahwa dengan pengobatan itu kandungannya dapat digugurkan, diancam pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak empat puluh lima ribu rupiah.

(2) Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pekerjaan atau kebiasaan, atau bila

(32)

dia seorang dokter, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.

(3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pekerjaannya, maka haknya untuk melakukan pekerjaan itu dapat dicabut.

Yangdimaksuddenganmengobati (inbehandelingnemen)ialah melakukan suatu perbuatan terhadap wanita itu ataupun memberikan suatu obat atau alat dan bahkan juga memberikan suatu saran kepada wanita itu dengan memberitahukan bahwa melalui itu kehamilan itu dapat digugurkan.

Yangdimaksuddengan menyuruhsupayadiobati (eenebehandelingdoenonde

rgaan)ialahmenyuruhwanitaitusendiri atau menyuruh orang

lainuntukmelakukanpengobatantersebut. Dalamhaliniterjadipenyertaan yang harusditelitibentukpenyertaanitusebagaimanadiaturpadaPasal 55.Dalam pasal ini, makasipenyuruhitulah yang dipertanggungjawabkanpidana. Jika yang disuruhitu orang ketiga, makadapatterjadibentukpelaku- peserta(medeplegen)ataupenggerakan(uitlokking).

Yang dimaksud dengan menarik/mencarikeuntungan di sini, termasukjugajikasipetindaktidaksecaralangsungmemetiksuatukeuntunganmelainka

nmenangguhkannyapadawaktu / saat yang tepat.

Untukhalinitentunyaharusdapatdibuktikankeinginandarisipetindakitu yang jugadirasakan / dimengertiolehsiobjek.

(33)

Dalam pasal ini mengatur jelas ancaman hukuman terhadap seseorang yang melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang terdapat dalam pasal tersebut.

2. Pasal 346 KUHP

Dalam pasal 346 KUHP mengatakan “Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun”.

Berdasarkan delik pasal 346 KUHP, maka dapat diketahui unsur- unsur aborsi antara lain:

1. Unsur seorang wanita dalam hal ini menunjukkan bahwa subjeknyaadalahseorangwanita yang hamilatau yang sedangmengandung.

Tidakdipersoalkanapakahwanitaitumempunyaisuami yang sahatautidak.

Dari judul Bab. XIX KejahatanTerhadapJiwa, berartibahwa yang di dalamkandunganituadalah yang sudahmempunyaijiwaataulebihtepatadalah

yang masihhidup. Jugatidakdipersoalkansiapa yang membuatwanitaituhamil, apakahsuaminyaataubukansuaminya,

bahkanapakaholeh “tabung” (teknologi modern).

2. Unsur dengan sengaja, meliputisemuaunsur yang adadibelakangnya. Berartiiamenyadaritindakannyayaitucara-cara yang dilakukanuntuk melakukan pengguguran kandungantersebut.

Namunbagiseseorang lain yang disuruh, dimintauntukmenggugurkan /

(34)

mematikankandungantersebut, orang lain itutidakperluharusmengetahuisebelumnyabahwakandunganitumasihhidup.

3. Unsur menggugurkan atau mematikan kandungan,dalam hal ini menggugurkan atau mematikan kandungan harus dianggap satu kesatuan.

Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah ”aborsi”, berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.Sementara dalam kamus besar Bahasa Indonesia sendiri aborsi adalah terpencarnya embrio yang tidak mungkin lagi hidup sebelum habis bulan keempat dari kehamilan atau aborsi bisa didenfinisikan pengguguran janin atau embrio setelah melebihi masa dua bulan kehamilan.26

4. Unsur menyuruh orang lain, menyuruh berarti meminta orang lain untuk secara langsung kandungannya atau dapat juga meminta bantuan orang lain untuk membantu menggugurkan kandungan seseorang.

Dengan memperhatikan rumusan Pasal 346 KUHP tersebut terkandung maksud oleh pembentuk Undang-Undang untuk melindungi nyawa janin dalam kandungan meskipun janin itu kepunyaan perempuan yang mengandung.P.A.F.

Lamintang mengemukakan putusan Hoge Raad sebagai berikut :27

“Hoge Raad 1 Nov. 1879, W. 7038, yaitu pengguguran anak dari kandungan itu hanyalah dapat dihukum, jika anak yang berada didalam kandungan itu selama dilakukan usaha pengguguran berada dalam keadaan

26Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa (Indonesia),Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, 2008, hal.56

27 P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar untuk mempelajari hukum pidana yang berlaku di Indonesia,Citra Aditya Bakti, Bandung,1997,hal.206

(35)

hidup. Undang-Undang tidak mengenal anggapan hukum yang dapat memberikan kesimpulan bahwa anak yang berada di dalam kandungan itu berada dalam keadaan hidup ataupun mempunyai kemungkinan untuk tetap hidup”.

Ancaman hukuman bagi pelaku yang melakukan tindakan aborsi sudah jelas diatur dalam pasal ini, baik bagi sipemilik kandungan maupun ketika ia meminta orang bantuan atau menyuruh orang lain untuk melakukannya.

3. Pasal 347 KUHP

Dalam pasal 347 KUHP mengatakan :

(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuan wanita itu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan wanita itu meninggal, dia diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Dalam hal ini jelas terdapat unsur pemaksaan dimana sipelaku melakukan pengguguran kandungan tanpa adanya persetujuan dari wanita yang mengandung tersebut yang juga dapat mengakibatkan kematian bagi wanita tersebut.

4. Pasal 348 KUHP

Dalam pasal 348 KUHP mengatakan bahwa :

(1) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya seorang wanita dengan izin wanita itu, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

(36)

(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan wanita itu meninggal, dia diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.”

Dalam pasal 348 ini, aborsi dilakukan dengan persetujuan dari wanita hamil itu sendiri.

Dalam pasal ini mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

1. Unsur barangsiapa, maksudnya adanya pelaku yang melakukan suatu perbuatan pidana.

2. Unsur dengan sengaja, dengan sengaja dalam hal ini sipelaku menyadari apa yang dilakukannya atau dengan kata lain ia melakukan suatu perbuatan pidana dalam keadaan sadar

3. Unsur menggugurkan atau mematikan kandungan seorang perempuan, dalam hal ini menggugurkan atau mematikan kandungan harus dianggap satu kesatuan. Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah ”aborsi”, berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.Sementara dalam kamus besar Bahasa Indonesia sendiri aborsi adalah terpencarnya embrio yang tidak mungkin lagi hidup sebelum habis bulan keempat dari kehamilan atau aborsi bisa didenfinisikan pengguran janin atau embrio setelah melebihi masa dua bulan kehamilan.

4. Unsur dengan izin, maksudnya adalah sipelaku melakukan tindakan pengguguran tersebut atas persetujuan sipemilik kandungannya.

(37)

Perbedaan antara pasal 347 dengan pasal 348 KUHP yaitu pada pasal 348 KUHP jelas dkatakan bahwa perbuatan pengguguran kandungan tersebut dengan persetujuan dari wanita yang mengandung itu. Ancaman hukuman bagi sipelaku aborsi juga sangat jelas disebutkan dalam isi pasal diatas.

5. Pasal 349 KUHP

Dalam pasal 349 KUHP mengatakan “Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346 , ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan”.

Perbuatanmelakukanberupaperbuatanmelaksanakankejahatanitu,

artinyadiasebagaipelakubaiksebagaipelakuatau yang melakukanmaupunsebagaipelakupembantu.Sebagaipelaku yang

melakukanapabiladiasendiri yang melakukankejahatanitutanpaada orang lain yang terlibat,

sedangkanpelakupembantuadalahapabiladalammelaksanakankejahatanituterlibat orang lain selaindiasendiri.

Membantumelaksanakanadalahberupaperbuatan yang mempermudahataumelancarkanpelaksanaankejahatanitu.Kesengajaanpelakudenga

n orang yang membantutidaksama.

Pelaku ditujukanuntukterlaksananyakejahatan,

(38)

pembantuhanyaditujukanuntukmempermudahataumemperlancarterlaksananyakeja hatan.

PengertianmembantudalamPasal 349 meskipunsamadenganPasal 56

tetapiancamanhukumanberbeda. PadaPasal 349 ancamanhukumanpidanadapatditambahsepertigabagisipembantukejahatansedangk

anpadaPasal 56 pelakupembantuancamanhukumanpidanaadalahancamanpidanatertinggidikurangis

epertiga. AlasanpemberatpidanapadaPasal 349 adalahbahwa orang memilikikeahlianuntukdisalahgunakansertakeahliantersebutjustrudigunakanuntuk mempermudahdanmemperlancarterjadinyakejahatan.Selanjutnyabagipihak yang membantumelaksanakankejahatandariPasal 346 sampai 348 makamenurutPasal

349 haknyamenjalankanprofesi yang di dalamnyaiamelakukankejahatantersebutdapatdicabuthaknya.

Menurut ketentuan yang tercantum dalam Pasal346, 347, dan 348 KUHP tersebut abortus criminalis meliput i perbuatan-perbuatan sebagai berikut:28

1. Menggugurkan Kandungan (Afdrijving Van de vrucht atau vruchtafdrijving)

2. Membunuh Kandungan (de dood van vrucht veroorzaken atau vrucht doden)

Berdasarkan pasal-pasal diatas sangat tegas diatur dalam KUHP masalah aborsi (abortusprovocatus)secarategasdilarangdanmerupakantindakpidana. KUHP

mengaturabortusprovocatussebagaitindakan yang bertentangandenganhokumkarenamerupakantindakpidanakejahatanterhadapkesusi

laandantindakpidanaterhadapnyawa.KUHP

28 Musa Perdana Kusuma,Bab – bab Tentang Kedokteran Forensik, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1981, Hal. 192.

(39)

mengenalistilahabortusprovocatusdengansebutanmenggugurkanataumematikanka ndunganseringdisebutabortusprovocatuscriminalis.

B. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Aborsi merupakan suatu perbuatan yang dilarang oleh hukum Indonesia, terutama ketika melakukannya tidak sesuai dengan aturan yang berlaku.

Sebenarnya perlindungan anak sudah diamanah di dalam peraturan perundang- undangan dalam pasal 1 angka 1 yang rumusannya “ anak adalah seorang yang belum 18 (delapan belas) tahun,termasuk anak yang masih dalam kandungan”

artinya hak-hak anak haruslah dilindungi dan dijamin sesuai dengan harkat dan martabat manusia. Ketika terjadi suatu perbuatan/tindakan aborsi akan sama saja si pelaku telah melanggar hak-hak anak tersebut walaupun anak tersebut masih didalam kandungan. Walaupun dalam hal tertentu aborsi dapat dilakukan dan diatur dalam peraturan perundang-undangan asal tindakan tersebut dilkukan sesuai prosedur kesehatan, artinya tidak merupakan suatu perbuatan yang melanggar undang-undang tetapi akan tetap menimbulkan sangsi moral bagi si pelaku apalagi jika aborsi tersebut dilakukan akibat adanya janin didalam rahim akibat perbuatan hubungan seksual diluar perkawinan yang didasari atas keinginan masing-masing pihak.

Sanksi bagi pelaku aborsi selain diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), sanksi bagi pelaku aborsi juga diatur pada pasal 194 Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

1. Pasal 194

(40)

Pasal 194 mengatakan “Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”. Maksudnya yaitu aborsi hanya dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.Apabila aborsi dilakukan tidak berdasarkan ketentuan yang ada maka sipelaku aborsi dapat dijatuhi ancaman hukuman seperti yang diatur dalam undang-undang tersebut.

Pasal 194 UU Kesehatan tersebut dapat menjerat pihak dokter dan/atau tenaga kesehatan yang dengan sengaja melakukan aborsi ilegal, maupun pihak perempuan yang dengan sengaja melakukannya.29

2. Pasal 75

Ketentuan-ketentuan mengenai aborsi menurut Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan terdapat dalam beberapa pasal, diantaranya :

1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.

2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:

a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau

b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan.

29Soraya Indah Ayu R, diakses dari http://scdc.binus.ac.id/himslaw/2017/03/pengguguran- kandungan-menurut-hukum-di-indonesia/, pada tanggal 26 September 2018 pukul 16.19 WIB.

(41)

3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Mengenai Pasal 75 ayat (4) tentang perkosaan diatur lebih lanjut didalam PP Nomor 11 tahun 2014 Pasal 31 ayat (2) yang rumusannya “Tindakan Aborsi akibat perkosaan sebagaimana dimkasud pada ayat (1) huruf b hanya dapat dilakukan apabila usia kehamilan paling lama berusia 40 (empat puluh) hari dihitung sejak hari pertama haid terkahir.

3. Pasal 76

Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:

a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;

b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;

c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan; d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan

e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.

(42)

4. Pasal 77

Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tersebut, jika dikaitkan dengan aborsi karena kehamilan tidak dikehendaki akibat perkosaan, maka dapat disimpulkan:30

4. secara umum praktik aborsi dilarang;

5. larangan terhadap praktik dikecualikan pada beberapa keadaan, kehamilan terhadap perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan.

Selain itu tindakan medis terhadap aborsi kehamilan yang tidak dikehendaki akibat perkosaan hanya dapat dilakukan apabila :

(1) Setelah melalui kons eling dan/ atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompenten dan berwenang.

(2) Dilakukan sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratanmedis.

(3) Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewengan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh Menteri.

(4) Dengan persetujuan ibu hamil bersangkutan; dan (5) Penyedia layanan kesehatan.

Dalam Deklarasi Oslo (1970) dan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, mengenai aborsi terdapat ketentuan-ketentuan sebagai berikut :31

30Diambil dari Sukmawati Siswo Putri, Proposal Skripsi, Tinjauan Yuridis Penegakan Hukum Tindak Pidana Aborsi Di Indonesia,2014,Hal.61.

(43)

a. Aborsi hanya dilakukan sebagai suatu tindakan terapeutik yang keputusannya disetujui secara tertulis oleh 2 orang dokter yang dipilih berkat kompetensi profesional mereka dan prosedur operasionalnya dilakukan oleh seorang dokter yang kompeten diinstalasi yang diakui suatu otoritas yang sah, dengan syarat tindakan tersebut disetujui oleh ibu hamil bersangkutan, suami atau keluarga.

b. Jika dokter yang melaksanakan tindakan tersebut merasa bahwa hati nuraninya tidak membenarkan ia melakukan pengguguran itu, ia berhak mengundurkan diri dan menyerahkan pelaksanaan tindakan medik itu kepada teman sejawat lain yang kompeten.

c. Yang dimaksud dalam indikasi medis dalam hal ini adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil tindakan tersebut sebab tanpa tindakan tersebut dapat membahayakan jiwa ibu atau adanya ancaman gangguan fisik, mental dan psikososial jika kehamilan dilanjutkan, atau risiko yang sangat jelas bahwa anak yang akan dilahirkan menderita cacat mental atau cacat fisik yang berat.

d. Hak utama untuk memberikan persetujuan tindakan medik adalah pada ibu hamil yang bersangkutn, namun pada keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan pesrsetujuannya dapat diminta pada suaminya/wali yang sah.

Berdasarkan uraian diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa perbuatan aborsi merupakan perbuatan yang melanggar peraturan hukum yang berlaku di

31 Hanafiah dan Amir, Op.Cit.

(44)

Indonesia kecuali apabila aborsi dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan pelaksanaan aborsi tersebut juga berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Mengenai ancaman sanksi pidana bagi pelaku aborsi (abortus provocatus), dalam hukum pidana (KUHP) dirumuskan adanya ancaman pidana

bagi mereka yang melakukan pengguguran kandungan. KUHP tidak memperdulikan latar belakang atau alasan dilakukannya pengguguran kandungan itu. Sedangkan, menurut Undang-Undang No.36 Tahun 2009, tindakan aborsi harus dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

(45)

ABORSI DALAM PUTUSAN NOMOR 118/Pid.Sus/2014/PN.KNG A. Posisi Kasus

1. Kronologis Kasus

Berawal dari kedekatan hubungan yang terjalin antara terdakwa dengan saksi Deni yang tidak lain merupakan kakak ipar terdakwa sendiri, dari kedekatan hubungan tersebut terciptalah komunikasi dan perbuatan yang tidak wajar yang dilakukan oleh terdakwa dengan saksi Deni hingga akhirnya pada bulan Desember 2013 pertama kalinya saksi Deni melakukan hubungan badan layaknya suami istri dengan terdakwa, perbuatan tersebut dilakukan pada sebuah kamar pemandian yang terdapat di kolam renang pemandian air panas Sangkanhurip Kuningan lalu beberapa hari kemudian terdakwa dan saksi Deni kembali mengulangi perbuatannya yaitu melakukan persetubuhan ditempat yang sama dengan persetubuhan yang pertama. Pada bulan Januari 2014 terdakwa mengalami terlambat menstruasi kemudian terdakwa membeli 6 bungkus jamu pelancar haid

“Pusaka Djawi” cap kates di warung jamu milik saksi Edi lalu terdakwa mengkonsumsi jamu tersebut namun tidak ada reaksi apapun.

Pada bulan Februari tahun 2014 terdakwa mencoba melakukan test kehamilan (test pack) dan hasilnya menunjukan terdakwa positif (+) hamil selanjutnya pada hari itu juga terdakwa bertemu dengan saksi Deni untuk memberitahukan kepada saksi Deni tentang kehamilannya yang diperkirakan telah memasuki usia 2 (dua) bulan, saat itu terdakwa mengatakan “aa saya positif hamil” lalu dijawab saksi Deni “ya sudah nanti aa bilang sama teteh (istri sah

(46)

saksi Deni sekaligus kakak kandung terdakwa) kemudian terdakwa mengatakan

“jangan bilang ke teteh karena saya ingin melanjutkan sekolah” lalu dijawab kembali oleh saksi Deni “ya sudah tapi perut dan janinnya jangan diapa-apain”

selanjutnya percakapan pun selesai dan terdakwa pulang kerumahnya.

Saat kandungan terdakwa mulai membesar terdakwa mencari carauntuk menggugurkan kandungannya. Selanjutnya pada awal bulan Mei 2014 ketika usia kandungannya diperkirakan mencapai 5 bulan terdakwa membeli 6 bungkus jamu pelancar haid “Pusaka Djawi” cap kates di warung jamu milik saksi Edi dan jamu tersebut habis dikonsumsi oleh terdakwa. Pada tanggal 08 Mei 2014 sekira pukul 22.00 WIB terdakwa merasakan sakit dan mules pada bagian perutnya, kemudian pada pukul 23.00 WIB terdakwa ke kamar mandi lalu dengan posisi jongkok di atas toilet terdakwa mengeluarkan janin dari dalam kandungannya namun janin tersebut sudah tidak bernyawa kemudian janin tersebut oleh terdakwa dibersihkan dengan menggunakan air lalu janin tersebut dibungkus menggunakan celana dalam warna crem milik terdakwa kemudian terdakwa memasukkan janin yang telah terbungkus celana dalam tersebut ke dalam plastik kresek warna hitam lalu janin tersebut dibawa ke dalam kamar tidur terdakwa kemudian terdakwa membungkusnya dengan kerudung warna putih dan menyimpannya dilemari buku yang berada didalam kamar terdakwa.

Pada keesokan harinya yaitu pada tanggal 09 Mei 2014 sekira pukul 11.00 WIB terdakwa pergi menuju pemakaman umum Randobawailir menggunakan sepeda motor Honda Beat No.Pol E-2285-ZA dengan tujuan untuk menguburkan janin telah digugurkan oleh terdakwa, sesampainya di pemakaman umum

(47)

Randobawailir terdakwa menggali tanah dengan bantuan bambu yang diperoleh terdakwa di sekitar pemakaman setelah berhasil menggali lubang kemudian terdakwa mengeluarkan mayat janin dari dalam kantong plastik (kresek) lalu memasukkan mayat janin ke dalam lubang dan menutupnya kembali dengan menggunakan tanah. Setelah selesai menguburkan janin tersebut terdakwa membuang ke sungai kantong plastik dan bambu yang digunakan untuk menggali tanah selanjutnya terdakwa pulang kerumahnya.

Kesimpulan akibat perbuatan terdakwa yang mengkonsumsi jamu pelancar haid “Pusaka Djawi” cap kates sebanyak 6 bungkus mengakibatkan janin/bayi yang masih berumur 5 (lima) bulan yang belum waktunya untuk lahir meninggal dikandungannya dan terdakwa melakukan perbuatan menggugurkan kandungannya karena terdakwa masih ingin melanjutkan sekolah selain itu terdakwa pun merasa malu dan takut terhadap keluarga karena janin yang dikandungnya hasil persetubuhan yang dilakukan terdakwa dengan kakak iparnya 2. Dakwaan

Surat dakwaan ialah surat yang berisi dakwaan bahwa seseorang telah melakukan tindak pidana. Surat dakwaan pada hakekatnya adalah kesimpulan dari penuntut umum tentang apa yang dilakukan oleh tersangka berdasarkan hasil penyelidikan dan dasar bagi penuntut umum dalam mengajukan terdakwa ke sidang pengadilan.32

Kasus tindak pidana aborsi ini terjadi di wilayah hukum Pengadilan Negeri Kuningan dengan nomor perkara register 118/PID./SUS/2014/PN.

32 Al. Wisnubroto, Praktek Persidangan Pidana, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta, 2014, Hal.49.

(48)

KNG.Berdasarkan dakwaan dalam putusan register Nomor118/PID./SUS/2014/PN. KNG. dakwaan yang digunakan oleh jaksa penuntut umum adalah dakwaan alternatif. Dakwaan alternatif adalah suatu surat dakwaan yang disusun berdasarkanbentuk dakwaan yang antara rumusan dakwaan satu dengan yang lainnya saling mengecualikan dan bersifat pilihan. artinya Jaksa Penuntut Umum boleh memilih salah satu dakwaan yang akan dibuktikan.Terdakwa diancam pidana yang ditentukan dalam dakwaan pertama yaitu melanggar Pasal 194 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan berbunyi : “Setiap orang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan”.

3. Tuntutan

Berdasarkan surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum maka selanjutnya Jaksa Penuntut Umum membacakan tuntutan pidananya yang pada pokoknya menyatakan:

1. Menyatakan Miranti Tri Dianningsih binti Suhendri terbukti secara sah danmeyakinkan menurut hukum bersalah telah melakukan tindak pidana DenganSengaja Melakukan Aborsi Tidak Sesuai Ketentuan sebagaimana diatur dandiancam pidana dalam dakwaan Alternatif Pertama melanggar Pasal 194 UUNO. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;

2. Menjatuhkan pidana penjara terhadap Miranti Tri Dianningsih binti Suhendriselama 8 (delapan) bulan dengan dikurangkan sepenuhnya

(49)

selama terdakwaditahan, dengan perintah agar terdakwa tetap ditahan dan Denda sebesarRp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) subsidair 1 (satu) bulan kurungan;

3. Menyatakan barang bukti berupa:

a. Satu (1) unit kendaraan merek Honda Beat warna hitam dengan Plat nomorE-2285-ZK Noka: MH1JF512XBK650150 Nosin:

JF51E2646981 An. Sdri.Dewi Sucinawati.

b. Satu (1) helai kerudung warna putih;

c. Satu (1) buah celana dalam warna putih;

d. Satu (1) kardus berisikan tanah yang diambil dari kuburan;

e. Satu (1) buah gelas kaca;

f. Kerangka tulang bayi;

g. Satu (1) unit HP merek samsung tipe Galaxy Young warna putih;

Dikembalikan Kepada Terdakwa Miranti Tri Dianningsih Binti Suhendri

h. Satu (1) pack jamu Pusaka Djawi cap Kates yang berisikan 10 bungkus.

Dirampas untuk dimusnahkan;

4. Menghukum Miranti Tri Dianningsih binti Suhendri membayar ongkos perkarasebesar Rp1000,00 (seribu rupiah);

4. Fakta-Fakta Hukum

Berdasarkan Pasal 183 KUHAP yang menyatakan “hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya”

Dalam Pasal 184 ayat (1) alat bukti yang sah ialah:

a. Keterangan saksi b. Keterangan ahli c. Surat

(50)

d. Petunjuk

e. Keterangan terdakwa

Dalam perkara ini sudah didengar keterangan saksi-saksi, alat bukti surat, dan keterangan terdakwa sehingga telah memenuhi unsur dua alat bukti yang sah.

Didalam persidangan Penuntut umum juga telah mengjaukan barang bukti berupa:

a. Satu (1) unit kendaraan merek Honda Beat warna hitam dengan Plat nomor E-2285-ZK Noka: MH1JF512XBK650150 Nosin:

JF51E2646981 An. Sdri. Dewi Sucinawati yang beralamat di Desa Tajur Buntu Rt. 01 Rw. 02 Kec. Pancalang Kab. Kuningan;

b. Satu (1) helai kerudung warna putih;

c. Satu (1) buah celana dalam warna putih;

d. Satu (1) kardus berisikan tanah yang diambil dari kuburan;

e. Anatomi kerangka tulang bayi;

f. Satu (1) unit HP merek samsung tipe Galaxy Young warna putih;

g. Satu (1) pack jamu Pusaka Djawi cap Kates yang berisikan 10 bungkus.

Selain barang bukti tersebut di atas, Penuntut Umum juga mengajukan bukti surat sebagai berikut:

a. Surat Visum Et Repertum No. 019H246725/V/2014 tanggal 10 Juni yangdibuat dan ditanda tangani oleh dr.Triwahyu Kemaputra, Sp.OG selakudokter pemeriksa pada RS. Wijaya Kusumah:

Kesimpulan : Pasien datang ke Poliklinik Kebidanan Rumah Sakit WijayaKusumah jam 11.35 WIB hari Jumat tanggal 30 Mei 2014 dengan kesadaran: sadar, dari hasil pemeriksaan pasien: Tampak kondisi seperti habis melahirkan;

b. Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik No. Lab.:

1622/KBF/2014 tanggal 23 Juni 2014 yang dikeluarkan oleh Pusat LaboratoriumForensik Badan Reserse Kriminal Polri dan ditanda tangani oleh Drs.Slamet Hartoyo, M.Kes Kombes Pol Nrp. 57020728 selaku KabidKimbiofor. Dengan hasil pemeriksaan yaitu sebagai berikut:

1. Barang bukti yang diterima

2. 149/BIO/2014: 1 (satu) buah tabung berisi darah milik Sdri.Miranti Tri Dianningsih Binti Suhendri sebagai terduga ibukandung;

3. 151/BIO/2014: 4 (empat) buah tulang bayi;

Referensi

Dokumen terkait

Penulis memilih membuat e-learning Teori Bahasa dan Automata karena merupakan salah satu mata kuliah yang sulit dipelajari dan mata kuliah ini adalah mata kuliah yang diutamakan

Potensi wisata adalah sumberdaya alam yang beraneka ragam, dari aspek fisik dan hayati, serta kekayaan budaya manusia yang dapat dikembangkan untuk pariwisata. Banyu

Pengertian sistem menurut para ahli.. Diperoleh

Seperti yang terjadi pada PSB Universitas Negeri Jakarta (UNJ), saat mulai didirikan pada tahun 1986 hingga tahun 1999, PSB UNJ dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan

 Dibutuhkan input maupun output atau library untuk Arduino yang secara tidak menentu karena disesuaikan dengan kondisi atau permintaan dari user atau orang –

Pemberian Teks ( Lettering) ... Pencetakan dan Penjilidan .... BAB IV ANALISIS KARYA ... Konsep Berkarya Novel Grafis Waktu... Mengembangkan Ide ... Judul Novel Grafis Waktu

1. M Quraish Shihab berpendapat kata jahiliyah terambil dari kata jahl yang digunakan Alquran untuk menggambarkan suatu kondisi dimana masyarakatnya

Gumpalan awan yang senantiasa putih juga kian seperti kian memberi isyarat bahwa hari demi hari di Kampung Separi selalu baik dan tidak ada kendala apa pun bagi penduduk