• Tidak ada hasil yang ditemukan

Relasi dan Peran Gramatikan BPD

Tipologi Gramatikal

RELASI DAN PERAN GRAMATIKAL BAHASA PAKPAK-DAIRI

4.1 Paparan Hasil Penelitian .1 Struktur Dasar Klausa BPD .1 Struktur Dasar Klausa BPD

4.1.2 Relasi dan Peran Gramatikan BPD

Relasi gramatikal subjek, objek, oblik tidak dapat dipisahkan secara langsung dari peran gramatikal agen dan pasien. Sebab relasi subjek ,objek dan

oblik merupakan relasi yang bersifat gramatikal (sintaksis), peran agen dan pasien merupakan relasi yang bersifat semantis.

Seluk beluk relasi dan peran gramatikal suatu bahasa berhubungan dengan sejumlah konsep dan istilah sintaksis lainnya. Relasi gramatikal yang berupa S,O,(OTL) BPD mempuyai pola yang lazim digunakan oleh pentur-penuturnya. Pola urutan kata (word order ) kalimat/klausa BPD dalam penelitian ini didasarkan pada pengertian urutan kata seperti dikemukakan Steele (1978) dalam Mallinson dan Blake, 1981 : 121-124), yang menyebutkan bahwa bahasa-bahasa di dunia mempunyai konstruksi ”subjek-predikat” sebagai dasar klausa/kalimat. Keberadaan objek dalam konstruksi klausa dasar juga menjadi penting karena dikaitkan dengan sifat-perilaku verba yang menempati predikat. Pengertian tata urutan kata BPD dalam penelitian ini merujuk ke ”urutan dasar”, yakni urutan yang ada pada klausa netral, paling lazim digunakan. Karena relasi dan peran gramatikal tidak dapat dilepaskan dari kajian tentang struktur klausa / kalimat dalam bahasa tersebut maka dalam bagian ini akan ditampilkan kembali paparan data tentang struktur dasar klausa BPD

Berdasarkan data yang ditemukan terhadap 200 kalimat deklaratif BPD, terdapat 190 kalimat yang berpola VOS, dan selebihnya ada pula 10 kalimat BPD berpola SVO.

Mari perhatikan paparan pola urutan klausa/kalimat yang memperlihatkan relasi gramatika BPD

(11)Men-jaka koran si Anggiat (V-O-S) AKT-baca koran si Anggiat

(12)Men-cinar page inang (V-O-S)

AKT-jemur padi ibu ‘ibu menjemur padi’

(13)Me- nutung seban aku (V-O-S) AKT-bakar kayu aku

‘aku membakar kayu’

(14)Me-nokor isap- na bapa (V-O-S ) AKT-beli rokok POS3TG bapak

‘bapak membeli rokok’

(15) Meng-eket buk ia mi sikkola (V-O-S) AKT-ikat rambut ia ke sekolah

‘ia mengikat rambutnya ke sekolah’

(16) Me-ngallang jagal horbo bana (V-O-S) AKT- makan daging kerbau 3TG

‘makan daging kerbau dia’

(17) Me-naruhken gambiri mo inang (V-O-S) AKT-antarkan gambir T ibu

‘mengantarkan gambir inang’

(18) Mengkatai kepeng kalak i (V-O-S) berbicara uang 3JM

‘berbicara masalah uang mereka’

(21) Ia ngo petandaken diri-na (S-V-O) 3TG T perkenalkan diri-POS3TG

(22) Mbue jelma oda ibetoh diri-na (S-V-O) banyak orang tidak ditahu diri-POS3TG

‘banyak orang tidak tahu diri’

Jadi kalimat deklaratif BPD mempunyai satu pola yang lazim yaitu pola urutan VOS . Di samping pola urutan tersebut, dalam BPD,dimungkinkan posisi kata yang dipentingkan (topik) diletakkan pada posisi awal klausa/ujaran. Dengan demikian ujaran/ kalimat berikut berterima dalam BPD. (kajian mengenai adanya bentuk pola dibawah ini akan dibahas pada bagian berikutnya.)

(23a) Me -nuan serpoh bapa i juma V-O-S AKT-nanam pakis bapak di ladang

’menanam pakis bapak di ladang’

(23b) I juma me-nuan serpoh bapa K-V-O-S Di ladang AKT-nanam pakis bapa

’bapak menanam pakis di ladang’

(23c) I juma bapa me -nuan serpoh (K)-S-V-O di ladang bapak AKT-nanam pakis

’di ladang bapak menanam pakis’

Keberterimaan kalimat(23c) di atas lebih sesuai dianalisis berdasarkan kajian pemusatan/pementingan (fokus) yang lebih bersifat pragmatis. Pembahasan tentang fungsi-fungsi pragmatis dalam kalimat BPD ditempatkan pada bab (5.2.3) berikut. Urutan kata dalam klausa pada kalimat (23a) adalah VOS, S terletak di belakang VO, sedangkan urutan kata dalam klausa (23b) berupa K-VOS. S tetap terletak pada posisi di belakang VO. Dari kalimat (23b) dan (23c), diamati bahwa

frasa berpreposisi i juma dapat diletakkan di berbagai posisi dalam klausa BPD, kecuali di antara verba dan objeknya.

Selanjutnya mari perhatikan contoh-contoh berikut ini.

(24) Medem ia V-S tidur 3TG ‘dia tidur’ (25) Mulak kami V-S pulang 3JM ‘kami pulang’ (26) laus bapa V-S pergi bapak ‘bapak pergi’ (27) Berkat puhun V-S berangkat paman ‘paman berangkat’ (28) Kundul jelma i V-S duduk orang tersebut

‘orang tersebut duduk

Dari contoh terlihat bahwa (24-28) adalah kalimat intransitif satu argumen, yaitu agen, yang juga berfungsi sebagai subjek gramatikal. Urutan kata kalimat tersebut adalah V-S. Tata urutan kata yang dipaparkan pada bagian ini akan terus ‘memayungi’ seluruh konsep dan pembahasan pada disertasi ini, khususnya dalam pembahasan tentang relasi dan peran gramatikal, karena struktur klausa/klaimat

yang berpola alamiah bertata urut kata V-O-S-lah yang akan dikaji lebih dahulu secara lebih intensif.

Seperti yang telah disebutkan terdahulu bahwa relasi gramatikal subjek, objek, oblik tidak dapat dipisahkan secara langsung dari paparan peran gramatikal agen dan pasien. Relasi subjek ,objek dan oblik merupakan relasi yang bersifat gramatikal (sintaksis), peran agen dan pasien merupakan relasi yang bersifat semantis.

Mari perhatikan contoh klausa BPD di bawah ini.

(29) Laus dukak-na

pergi anak-POS3TG ’anaknya pergi’

(30) Mer-lojang dukak- na mi sade AKT-lari anak-POS3TG ke sana ’anaknya berlari ke sana’

(31) Ngo medem dukak-na

sudah tidur anak-POS3TG ‘anaknya sudah tidur’ (32) Ndabuh dukak-na

jatuh anak -POS3TG ’anaknya jatuh’

(33) Me-nokor beras kalak namberu

AKT-beli beras orang III JAM bibi ’keluarga bibi membeli beras’

AKT-cari rotan III JAM orang kampung itu ’orang kampung itu mencari rotan’

(35) Meng-embah ketang puhun

AKT-bawa rotan paman ’paman membawa rotan’ (36) Me-narut demban popung

AKT-ngunyah sirih nenek ’nenek mengunyah sirih’

Pada (29) dan (30) subjek gramatikal ( dukak na ) adalah aktor (agen). Sedangkan pada (31,32) subjek gramatikal (dukak na) tidak mempunyai peran semantis yang sama dengan dukak na pada kalimat sebelumnya (29,30). Peran gramatikal dukak na pada (31, 32) ditentukan oleh verba (predikat) medem dan

ndabuh. Pada klausa ini, subjek gramatikal bukan aktor tetapi merupakan undergoer (pasien), sebab pekerjaan/ tindakan medem, ndabuh ’jatuh’ tidak dilakukan oleh subjek gramatikal, melainkan dukak na (subjek gramatikal) dikenai/tempat jatuhnya perbuatan. Dalam hal ini, satu-satunya argumen (subjek gramatikal) pada klausa intransitif tidak selalu aktor, tapi dapat berperan sebagai undergoer (pasien). Keadaan seperti ini dikondisikan oleh jenis verba yang menduduki posisi predikat.

Pada klausa (33-36) teriidentifikasi sebagai klausa verbal transitif, ada dua argumen, yaitu argumen yang dikategorikan subjek gramatikal dan objek gramatikal. Peran makro semantis yang ada pada klausa tersebut menunjukkan bahwa subjek gramatikal pada masing-masing klausa (33-36 ) adalah kalak perkuta i, puhun, dan popung , merupakan aktor (agen) dan objek gramatikal

pada masing-masing klausa (33-36) adalah ketang, ketang, dan demban

merupakan undergoer (pasien).

Untuk mengidentifikasi sifat perilaku dari relasi dan peran suatu kalimat/klausa (relasi subjek (S), objek (O), oblik (OBL), agen dan pasien) dapat dilakukan dengan uji gramatikal seperti dibahas pada bab berikut

4.2 Pembahasan