• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tipologi Gramatikal

RELASI DAN PERAN GRAMATIKAL BAHASA PAKPAK-DAIRI

4.1 Paparan Hasil Penelitian .1 Struktur Dasar Klausa BPD .1 Struktur Dasar Klausa BPD

4.2.1 Struktur Dasar Klausa BPD

Yang dimaksud dengan struktur dasar klausa dalam penelitian ini adalah struktur/konstruksi dasar dari klausa dasar. Sementara itu, klausa dasar adalah konstruksi klausa sedikitnya mempunyai ciri-ciri : (a) terdiri atas satu klausa; (b) unsur-unsur intinya lengkap; (c) susunan unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum; (d) tidak mengandung pertanyaan atau pengingkaran. Dengan kata lain, kalimat (klausa) dasar dalam penelitian ini sama dengan kalimat tunggal dekleratif, afirmatif yang unsur-unsurnya paling lazim (Alwi dkk,2000 : 313,319).

Sebagaimana halnya bahasa-bahasa lainnya (seperti bahasa Inggris), BPD mempunyai klausa dasar berpredikat verbal dan juga berpredikat bukan verbal. Untuk melihat struktur dasar klausa BPD yang berpredikat bukan verbal, akan disajikan contoh klausa untuk masing-masing jenis klausa yang ada dalam BPD

(37) Mlaga bapa ndai nai

marah bapak dari tadi ‘bapak marah dari tadi’ (38) Guru dakoli- na

‘suaminya guru’ (39) Lima dukak bapa

lima anak bapak ‘anak bapak lima’ (40) I juma popung

di sawah nenek ‘nenek di sawah’

Pada (37) subjek klausa adalah bapa yang didahului oleh predikat ajektival

mlaga dan keterangan ndai dan nai. Pada contoh ini, keterangan ndai dan nai

bersifat manasuka. Jadi, inti klausa ini adalah bapa (subjek) dan ajektiva mlaga

yang berfungsi sebagai predikat. Pada (38) subjeknya adalah dakolina dan guru

adalah predikatnya; pada contoh (39) dukak bapa adalah subjek kalimat tersebut dan predikatnya adalah lima; dan pada (40) popung adalah subjek dan i juma

(frasa preposisionsl) sebagai predikat. Jadi pada struktur dasar klausa non-verbal BPD predikatnya diisi oleh kategori kategori kelas no verbal ; yaitu kategori adjektiva, nomina, numeral ( kata bilangan), dan frase preposisi.

Pada klausa verbal,ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yang dapat dijadikaan kerangka berpikir. Pertama, harus dicermati jenis verba tersebut apakah transitif atau intransitif, kedua apakah ada afiks sebagai pemarkah pada verba tersebut, dan ketiga harus diamati jumlah argumen (frasa nominal) yang secara lazim terdapat dalam klausa tersebut

Klausa transitif BPD yang dibangun oleh kehadiran verba transitif pada posisi predikat, umumnya merupakan verba berafiks yaitu prefiks meN-(nasal). Verba transitif yang (mungkin ) dapat muncul tanpa afiks pada klausa transitif

tidak banyak jumlahnya. Dan verba transitif tanpa afiks ini pun jika dibubuhi afiks dapat berterima. Sehubungan ada atau tidak adanya afiks, verba transitif BPD dikelompokkan menjadi dua, yaitu verba transitif dengan atau tanpa afiks ( VTr -/+ afiks ) dan verba transitif wajib berafiks ( VTr + afiks)

Berikut ini adalah contoh-contoh klausa verbal dasar BPD (41a) Meng-enum susu dukak - na

AKT-minum susu anak -POS3TG ‘anaknya meminum susu’

(41b) Enum susu dukak- na

minum susu anak- POS3TG ‘anaknya minum susu’

(42a) Men- cinar page puhun

AKT-jemur padi paman ‘paman menjemur padi’ (42b) * Cinar page puhun

jemur padi paman ‘paman jemur padi’

Pada contoh klausa yang ditandai dengan (41a) dan (b) di atas berterima. Ini terjadi karena kehadiran dan ketidakhadiran afiks pada verba masing-masing klausa tidak mempengaruhi struktur dasar klausa transitif tersebut. Struktur dasar klausa transitif (41b) tersebut tetap terdiri atas predikat, objek dengan atau tanpa keterangan, dan subjek. Konstruksi dengan atau tanpa afiks pada verba transitif tersebut menyiratkan bahwa dalam BPD ditemukan beberapa verba transitif yang dibubuhi afiks secara manasuka. Pada (42a) kehadiran afiks pada verba sangat

diperlukan , sehinga kalimat (42b) merupakan kalimat yang tidak berterima karena tidak adanya afiks pada verba cinar

Kalimat deklaratif BPD berdasarkan temuan data penelitian ini mempunyai satu pola yang lazim yaitu pola urutan VOS . Di samping pola urutan tersebut, dalam BPD, dimungkinkan pula pola lain, di mana posisi kata yang merupakan topik diletakkan pada posisi awal klausa/ujaran. Dengan demikian klausa/ujaran berikut masih berterima dalam BPD

(43a) Me -nuan serpoh bapa i juma

AKT-nanam pakis bapak di ladang ’menanam pakis bapak di ladang’

(43b) I juma me-nuan serpoh bapa

di ladang AKT-nanam pakis bapak ’bapak menanam pakis di ladang’ (43c) Bapa me - nuan serpoh i juma

bapak AKT-nanam pakis di ladang ’ bapak menanam pakis di ladang’

Klausa (43a) adalah VOS , subjek terletak di belakang VO. Pada klausa (43b) berupa VOS. Subjek terletak pada posisi di belakang VO. Frasa berpreposisi

i juma dapat diletakkan di berbagai posisi dalam klausa BPD, kecuali di antara verba dan objeknya. Pada (43c) S klausa tersebut berada di depan VO. Hal ini merupakan bentuk yang tidak lazim namun masih berterima dengan penekanan pada bagian bapa yang menjadi topik/fokus kalimat tersebut.

Selanjutnya perhatikan contoh-contoh berikut ini. (44)Mer- demu kalak i i sapo

AKT-jumpa mereka di rumah ‘mereka berjumpa di rumah

(45) Me- morih oles -na namberu

AKT-cuci kain- POS3TG bibi ‘mencuci kainnya bibi’ (46 Namberu me-morih oles- na

bibi AKT-cuci kain -POS3TG ’bibi mencuci kainnya’

(47 *Oles-na namberu me-morih

kain-POS3TG bibi AKT-cuci ’kainnya bibi mencuci’

(48 Oles-na namberu porih

kain-POS3TG bibi cuci ’kainnya bibi cuci’

Dari contoh terlihat bahwa (44) adalah kalimat intransitif satu argumen, yaitu agen/paien yang berfungsi sebagai subjek gramatikal. kalak i merupakan agen/pasien, i sapo bukan merupakan objek gramatikal tetapi hanya sebagai komplemen yaitu sebagai keterangan tempat. Jadi memiliki urutan kata V-S-(K). Sementara kalimat (45) adalah kalimat transitif dengan dua argumen pos-verbal . Argumen pertama pos-verbal adalah pasien yang berfungsi sebagai objek gramatikal, dan argumen kedua pos-verbal merupakan agen yang menjadi subjek gramatikal. Urutan VOS yang terlihat pada (45) merupakan urutan kata dasar dan secara gramatikal sebagai urutan yang paling lazim dan berterima. Namun dalam BPD di samping urutan dasar VOS, ditemukan juga urutan SVO seperti

pada (34c), argumen pertama pra-Verbal merupakan agen (subjek) dan argumen kedua pos-Verbal merupakan pasien (objek). Jadi pada bentuk predikat berupa verba asal, maka tata urutan OSV juga ditemukan, walau pemakaiannya lebih terbatas jumlahnya (contoh (48). Dalam (47) kalimat menjadi tidak gramatikal karena ( predikat ) bukan verba dasar. Jadi dalam BPD ada satu tata urutan lazim yang berterima yaitu VOS, dan tata urutan lainnya yang tidak lazim yang masih berterima. Pola lazim artinya pada bentuk pola V-O-S.atau V-S tersebut (pada 44, 45) berdasarkan dominannya kalimat yang muncul karena seringnya digunakan, juga pola tersebut digunakan secara alamiah dan wajar, tanpa adanya penekanan pada unsur yang dipentingkan ( unmark). Pada kalimat dengan pola (46) dan (48) unsur namberu dan olesna mendapat penekanan khusus.(hal ini akan dibahas pada bab 5.2.3 berikut). Urutan dasar V-O-S pada BPD ternyata berbeda dengan urutan dasar bahasa-bahasa-bahasa Pesisir seperti bahasa Melayu dan bahasa Minangkabau yang memiliki struktur dasar dengan pola S-V-O. Namun struktur dasar BPD memiliki kemiripan dengan bahasa-bahasa Batak lainnya (bahasa Toba, Simalungun, Angkola Mandailing, dan Karo) yang masing-masing memiliki struktur dasar dengan pola V-O-S . Hal ini disebabkan oleh dekatnya hubungan kekerabatan antara bahasa-bahasa Batak tersebut.sebagaimana yang telah disinggung pada bagian pendahuluan.

Dalam BPD banyak ditemukan verba transitif yang merupakan verba berafiks nasal ( V Tr + afiks N). Mari diamati contoh di bawah ini.

(49)Men-cinar page inang

AKT-jemur padi ibu ‘ibu menjemur padi’

(50) Me- nutung seban aku

AKT-bakar kayu aku ‘aku membakar kayu’

(51) Me-nokor isap- na bapa AKT-beli rokok POS3TG bapak ‘bapak membeli rokok’

(52) Meng-eket buk ia mi sikkola AKT-ikat rambut ia ke sekolah

‘ia mengikat rambutnya ke sekolah’

Jadi berdasarkan tampilan contoh-contoh klausa di atas,dapat diperiksa bahwa struktur klausa transitif BPD dapat dikelompokkan secara umum menjadi dua, yaitu struktur klausa transitif yang tidak dimarkahi secara morfologis (tanpa afiks) dan struktur klausa transitif yang dimarkahi secara morfologis (dengan afiks). Pemarkah morfologis verba transitif adalah prefiks /meN-/ yang secara morfofonemis dapat muncul dengan bentuk alomorfnya. Selanjutnya berdasarkan jenis predikatnya klausa dasar BPD mempunyai dua bentuk, yaitu klausa verbal dan klausa bukan verbal. Klausa verbal dapat berbentuk transitif dan dapat pula berbentuk intransitif. Klausa bukan verbal merupakan jenis klausa dengan predikat ajektiva, nominal (pronominal ), numeral, atau preposisional yang mempunyai satu argumen yang mendahului predikat. Struktur dasar klausa bukan verbal ini merupakan struktur inti dan dapat diikuti oleh unsur keterangan yang bersifat manasuka.

Verba yang menempati unsur predikat pada klausa verbal dan klausa bukan verbal ada yang dimarkahi dengan afiks dan ada pula yang dapat berdiri

sendiri tanpa afiks. Pada klausa intransitif, argumen satu-satunya pada klausa ini terletak sesudah predikat verbanya (pada bentuk yang lazim/unmark), dan bisa terletak sebelum verbanya (pada bentuk mark). Pada klausa transitif, argumennya bisa lebih dari dua. Argumen –argumen tersebut terletak sesudah predikat verbanya, dan bisa pula argumen-argumen tersebut terletak sebelum dan sesudah predikat (pada bentuk mark)

Selanjutnya mari perhatikan contoh berikut. (53)Me-nokor abit pesta- na popung

AKT- beli baju pesta-POS3TG nenek ‘nenek membeli baju pestanya’

(54) Inang menokorken popung abit pesta

ibu AKT-belikan nenek kain pesta ‘ibu membelikan nenek baju pesta’ (55) Popung itokorken inang abit pesta

nenek PAS-belikan ibu kain pesta ‘nenek dibelikan ibu kain pesta’ (56)Me-mere sabah- na poli

AKT-beri sawah-POS3TG kakek ‘kakek memberi sawahnya’

( 57) Poli me-mereken bapa sabah-na i kuta

kakek AKT-berikan bapak sawah-POS3TG di kampung ‘kakek memberikan ayah sawah di kampung’

(58) Bapa i-berekan poli sabah i kuta nai bapak PAS-berikan kakek sawah di kampung

‘bapak diberikan kakek sawah di kampung’

Contoh di atas merupakan kalimat aktif (dan pasif) yang verbanya memiliki dua argumen yaitu menokor dengan argumen popung dan abit pestana, verba

memereken dengan argumen sabahna dan poli. Mi puhun bukanlah argumen yang dibutuhkan verbanya tapi merupakan OBL. Jadi klausa dasar BPD hanya memiliki dua argumen inti, satu argumen merupakan subjek dan satu argumen lagi merupakan objek. Namun pada kalimat (54,55) dan (57,58) yang merupakan kalimat turunan yang lain (pola yang mark) ditemukan tiga argumen. Verba

menokorken dan memereken pada (54,57) masing-masing membutuhkan argumen

inang dan poli sebagai subjek (agen) ; popung dan bapa sebagai Objek Tidak Langsung (OTL) dan abit pesta, sabah sebagai Objek Langsung (OL). Selanjutnya pada (55, 58) popung dan bapa sebagai argumen subjek (pasien) ;

inang dan poli sebagai OL ; abit pesta dan sabah sebagai OTL-nya. Berikut ini adalah bagan yang merangkum klausa dasar dan verba BPD

Bagan 5 : Klausa Dasar dan Verba BPD

Klausa BPD

Klausa bukan verbal Klausa verbal

Adjectival nominal numeral preposisional

Klausa intransitif Klausa transitif

(argumen + predikat)

VI – afiks VI+/-afiks VI +afiks VT+/-afiks VT+afiks

(argumen + predikat) (arg. 1 + predikat + arg. 2)