• Tidak ada hasil yang ditemukan

Predikasi dan Struktur Argumen

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

2.2 Kerangka Teori

2.2.4 Relasi dan Peran Gramatikal .1 Relasi Gramatikal .1 Relasi Gramatikal

2.2.4.3 Predikasi dan Struktur Argumen

Kajian tentang predikasi dan struktur argumen suatu bahasa berhubungan dengan peran gramatikal bahasa tersebut. Pandangan linguistik tradisional menyebutkan bahwa klausa terdiri atas subjek ’apa yang dibicarakan’ dan

predikat ’apa yang terjadi tentang sesuatu’. Pandangan linguis mutakhir menyebutkan bahwa kalimat terdiri atas predikator dengan satu argumen atau lebih. Jadi kalimat dapat dirumuskan sebagai argumen – predikator – argumen. Dalam kajian tipologi, ada dua asumsi dasar tentang kalimat , yaitu : pertama, bahwa konsep struktur predikator dapat diperlakukan pada semua bahasa, dan kedua, bahwa kedua argumen : (i) berbeda dalam hal hubungan semantiknya dengan predikator dan (ii) keduanya berbeda satu sama lain melalui pemarkah gramatikal. Struktur klausa yang mempunyai dua argumen, salah satunya

diidentifikasi sebagai agen ( pelaku ) dan yang lainnya adalah pasien ( penderita ). Agen dan pasien yang dimarkahi oleh fitur-fitur gramatikal dalam suatu bahasa disebut peran gramatikal. Konsep relasi gramatikal meliputi subjek, objek, dan sebagainya. Agen dan pasien merupakan dua peran gramatikal yang paling penting dalam kajian tipologi. Tiga peran gramatikal lain yang mengikuti agen dan pasien adalah benefisiari, instrumental dan lokatif ( Palmer, 1994 : Comrie, 1989).

Dalam dasar-dasar teori ilmu kebahasaan istilah predikasi setara dengan proposisi, dinyatakan bahwa : (a) di antara unsur-unsur yang membangun/ membentuk kalimat ada bagian yang disebut predikat ( predicate ); dan (b) ada unsur lain dalam kalimat itu yang berperan sebagai argumen dari predikat tersebut. Dalam penelitian ini predikasi dipakai untuk menyebut konstruksi dalam bentuk klausa ( kalimat sederhana ) yang terdiri atas predikat dan argumennya.. ( Lyons, 1987: 270-337); Jufrizal 2007: 76).. Secara lintas bahasa wujud optimal sebuah klausa terdiri atas unsur-unsur yang mempredikati (predicating elements) dan unsur-unsur yang bukan mempredikati (non-predicating elements) di satu sisi, serta FN dan frasa adposisional (frasa berpreposisi atau berposposisi) yang merupakan argumen predikat dan yang bukan, di sisi lain.

Menurut Alsina ( 1996: 4-7 ) sebuah predikat mengungkapkan hubungan antara pelibat-pelibat dalam sebuah klausa. Pelibat (partisipan) itulah yang disebut argumen predikat. Masing-masing predikat (verbal dan bukan verbal) mempunyai korespondensi (hubungan) logis dengan argumen-argumennya. Hubungan fungsi-fungsi gramatikal (subjek, objek, oblik, dsbnya) dengan argumen predikat bukanlah bersifat acak atau tak terduga. Apakah argumen itu diungkapkan sebagai

subjek, objek dan lainnya, sebagiannya ditentukan oleh semantis predikat. Setiap verba harus bersesuaian dengan argumennya. Keterikatan dan kaitan informasi yang menjadi argumen predikat dan predikat itu sendiri membentuk struktur, yang disebut struktur argumen. Struktur argumen juga merupakan informasi minimal predikat yang perlu untuk menurunkan kerangka sintaksisnya

Menurut Manning (1996:35-36), pengertian struktur argumen yang diberikan Alsina (1996) lebih dilihat sebagai perwujudan semantis daripada sintaksis. Manning sendiri menempatkan persoalan struktur argumen sebagai perwujudan sintaksis. Menurutnya, struktur gramatikal dan struktur argumen adalah hasil langsung dari gramatikalisasi dua rangkaian hubungan yang berbeda

Baik Alsina (1996) dan ahli lain yang melihat struktur argumen sebagai hal-ihwal semantik, maupun Manning (1996) yang melihat struktur argumen sebagai perwujudan tataran sintaksis, sama-sama mempunyai dasar pijakan teoritis yang beralasan. Kedua cara pandang ini sebenarnya mempunyai titik temu, keduanya tidak bisa berjalan sendiri tanpa keterkaitan satu dengan yang lain. Keterkaitan antara hal-ihwal semantis dengan hal-ihwal sintaksis dalam struktur argumen juga dikemukakan. oleh Van Valin Jr dan La Polla (1999 :28) yang menyebutkan bahwa istilah argumen sebenarnya merujuk ke argumen semantis (argumen yang didasarkan atas sebab dan faktor semantis ), sementara argumen inti (core argument ) merupakan pengertian yang merujuk ke tataran sintaksis. Dalam penelitian ini, struktur argumen diihat secara sintaksis (gramatikal) dengan memperhatikan keterkaitannya sebagai wujud perihal semantis.

Sebagai wujud bentuk predikat, secara lintas bahasa,oleh para ahli diperkenalkan istilah predikat sederhana (simple predicate) dan predikat

kompleks (complex predicate). Predikat kompleks adalah predikat dengan banyak induk (multi-headed); predikat yang tersusun lebih dari satu unsur gramatikal (morfem atau kata ), yang masing-masingnya menyumbangkan bagian informasi yang biasanya dikaitkan dengan induk (head). Sebaliknya, predikat yang hanya terbentuk dari satu unsur gramatikal (morfem atau kata) yang menjadi induk (head) disebut sebagai predikat sederhana (Ackerman dan Webelhuth (1998) dalam Jufrizal,2007:78)

Ciri dan sifat-perilaku predikat sederhana ataupun predikat kompleks pada bahasa-bahasa di dunia sangat ditentukan oleh gramatika dan tipologi bahasa yang bersangkutan. Sebagai gambaran, akan dikemukakan contoh predikat sederhana dan predikat kompleks bahasa Jerman ( Ackerman dan Webelhuth, 1998: 174-175) dalam Jufrizal,2007: 79). Bahasa Jerman mempunyai bentuk predikat seperti

an-rufen ‘call up’(Inggris); ‘menelepon’ (Indonesia) dan kussen kiss’(Inggris); ‘mencium’(Indonesia). Contoh (a) dan (b) berikut memakai dua predikat dalam klausa subordinatif. Karena kedua kalimat dalam kala kini (present tense), kedua predikat diungkapkan dengan kata tunggal secara morfologis. Predikat (b) terbentuk dari partikel an dan kata ruft

(a) Weil die Ministerin ihren Mann kusst

karena ART menteri POS3TG suami mencium ’karena menteri itu mencium suaminya’

(b) Weil die ministerin ihren mann an-ruft

karena ART menteri POS3TG suami PAR-panggil ’karena menteri itu menelepon suaminya’

Dalam bangun klausa induk (utama), kedua klausa di atas dapat diungkapkan menjadi (c) dan (d).

(c) Die Ministerin kusst ihren mann

ART menteri POS3TG suami mencium ’menteri itu mencium suaminya’

(d) Die ministerin ruft ihren mann an

’ART’ ’menteri’’panggil’ ’POS3TG’ ’suami’ ’PAR’ ’Menteri itu menelepon suaminya’

Dalam bahasa Inggris contoh (e) dan (f) dikatakan mempunyai predikat sederhana, sedangkan (g) dan (h) mempunyai predikat kompleks (lihat Williams dalam Alsina dkk. (ed.),1997: 13-15)

(e) We go

’kami pergi’

(f) I believe

’saya percaya’

(g) I kicked over the vase

’saya menyepak jambangan’

(h) John put the planes together

’John menyusun pesawat-pesawat terbang itu’

Predikat (e) dan (f) hanya terdiri atas satu unsur gramatikal yang menjadi induk (single headed), yaitu go dan believe. Sementara itu, predikat pada (g) dan (h) terbentuk atas lebih dari satu unsur gramatikal sebagai induk (multi headed), yaitu kick over dan put together.

Selanjutnya mari perhatikan contoh kalimat bahasa Inggris berikut (dikutip dari Alsina,1996: 4-5) ini :

(i) the director placed the document in the drawer.

(j) She defended the proposal.

(k) The committee laughed.

Pada contoh (i,j,k) berturut-turut predikatnya adalah placed, defended, dan

laughed. Argumen verba placed adalah the director, the document dan in the drawer; verba defended mempunyai argumen she dan the proposal; verba laughed

mempunyai argumen the committee. Jumlah dan wujud argumen-argumen itu ditentukan oleh semantik verba dan struktur sintaksis secara keseluruhannya. Hipotesis bahwa struktur argumen merupakan pertautan aspek semantis dan sintaksis berterima dalam banyak bahasa.

Secara lintas bahasa wujud optimal dari sebuah klausa terdiri atas unsur-unsur yang mempredikati ( predicating elements) dan unsur-unsur yang bukan mempredikati ( non predicating elements ) di satu sisi serta FN dan frasa adposisional ( frasa berpreposisi dan frasa berposposisi ) yang merupakan argumen predikat dan yang bukan, di sisi lain.Bangun klausa optimal tersebut dapat digambarkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 1 Bangun optimal klausa (Van ValinJr dan La Polla, 2002 :25 )

+ argumen Bukan argumen

Unsur yang mempredikati, biasanya verba dan bisa pula bukan verba; misalnya ajektiva, nomina. Pada bahasa Inggris, predikat bukan verbal menghendaki kopula be atau sejenis verba kopular. Dalam bahasa Rusia, kehadiran kopula tidak diperlukan pada klausa berpredikat bukan verbal. Dalam bahasa Indonesia, kopula pada klausa berpredikat bukan verbal bukan suatu keharusan. ( Van Valin Jr dan La Polla , 2002; 25-27 ; Jufrizal,2007 : 76 )

a) John is a doctor ( bahasa Inggris ) John adalah seorang dokter

‘john dokter’

b) Ivan vrac ( bahasa Rusia ) ‘Ivan dokter’

c) Yahya (adalah ) dokter ( bahasa Indonesia )

Predikat membatasi unit sintaksis dalam struktut klausa, yang secara sintaksis merupakan inti (nukleus). Hubungan antara unit-unit semantis dan sintaksis yang disebut oleh Van Valin Jr dan La Polla (2002: 27) sebagai unit semantis yang mendasari unit-unit sintaksis struktur klausa dirangkum dalam tabel di bawah ini

Tabel 2 : Unsur-Unsur Semantis dan Unit Sintaksis (Van Valin Jr dan LaPolla (2002 : 27 )

Unsur-unsur semantis unit sintaksis

Predikat inti (nucleus)

argumen dalam wujud semantis predikat argumen inti (core argument)

Bukan argumen periferi (periphery)

Predikat + argumen inti (core)

Predikat + argumen + bukan-argumen klausa (= core + periphery)

Argumen inti adalah unsur sintaksis yang kehadirannya dalam suatu klausa diperlukan oleh verba klausa tersebut dan tidak dimarkahi oleh preposisi/posposisi ataupun konjungsi. Dia membeli baju di toko adalah klausa yang memiliki dua argumen inti. Argumen dia dan baju disebut argumen inti karena kehadirannya sangat diperlukan oleh verba klausa tersebut dan tidak dimarkahi oleh preposisi, postposisi maupun konjungsi. Namun di toko bukan argumen, karena kehadirannya bersifat mana suka (optional) dan memiliki pemarkah preposisi di