• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tipologi Gramatikal

PREDIKASI DAN STRUKTUR ARGUMEN BPD

5.1 Paparan Hasil Penelitian

5.1.4 Sistem Pivot BPD

5.1.4 Sistem Pivot BPD

Untuk menentukan apakah BPD mempunyai pivot S/A atau S/P akan ditampilkan paparan klausa kompleks dalam contoh berikut.

Mari dicermati contoh-contoh klausa kompleks berikut ini (101a) Mulak bana asa [ ] boi me-nengngen kami

pulang 3TG supaya bisa AKT-lihat 1JM ‘dia pulang supaya bisa melihat kami’

(101b) Asa [ ] boi me-nengngen kami, mulak bana

Supaya bisa AKT-lihat 1JM, pulang 3TG ‘supaya bisa melihat kami,dia pulang’ (102a) Mersiajar dedahen asa [ ] boi lulus ujian

AKT-belajar adik supaya [ ] bisa lulus ujian ‘adik belajar supaya bisa lulus ujian’

(102b) asa [ ] boi lulus ujian mersi-ajar dedahen

Supaya bisa lulus ujian AKT-belajar adik ‘supaya bisa lulus ujian adik belaja’

Kalimat (101a,b) merupakan klausa subordinatif yang berasal dari satu klausa intransitif ( mulak bana) dan klausa transitif (bana boi menengngen kami).Dua klausa tersebut dapat digabung secara langsung dengan merujuksilangkan S

klausa pertama dan A klausa kedua. Hal ini karena S klausa pertama (intransitif) sama dengan A klausa kedua (transitif). Demikian juga halnya keterangan pada (102a,b)

Selanjutnya mari perhatikan pula contoh berikut. . (101a) Mulak bana asa [ ] boi me-nengngen kami

pulang 3TG supaya bisa AKT-lihat 1JM ‘dia pulang supaya bisa melihat kami’

(101b) Asa [ ] boi me-nengngen kami, mulak ia

Supaya bisa AKT-lihat 1JM, pulang 3TG ‘supaya bisa melihat kami,dia pulang’

(102a) Mersiajar dedahen asa [ ] boi lulus ujian

AKT-belajar adik supaya [ ] bisa lulus ujian ‘adik belajar supaya bisa lulus ujian’

(102b) asa [ ] boi lulus ujian dedahen mersiajar

Supaya bisa lulus ujian adik AKT-belajar ‘supaya bisa lulus ujian adik belajar’

Dari contoh di atas terlihat bahwa pelesapan FN pada konstruksi subordinatif bersifat langsung, tidak menyebabkan terjadinya penurunan sintaksis.

Rujuk silang antara S dan A di satu sisi atau S dan P di sisi lain dalam penggabungan dua klausa secara sintaksi perlu ditelaah secara tipologis dalam pembahasan berikut, sehingga akan diketahui sistem pivot BPD

5.2.1 Predikasi dan Struktur Argumen BPD

Bahasa Pakpak Dairi memiliki struktur klausa/kalimat yang dapat berupa klausa berpredikat verbal dan klausa berpredikat bukan verbal. Klausa bukan verbal dan klausa verbal intransitif mempunyai satu argumen yang juga merupakan subjek gramatikal dan agen. Sedangkan pada kalimat verbal transitif terdapat dua argumen atau lebih. Wujud kalimat yang terdiri atas predikat dan argumennya dalam penelitian ini disebut predikasi. Berikut adalah contoh predikasi BPD

(104a) Guru deholi-na

guru suami POS3TG ‘suaminya guru’

(104b) Enggo mlaga bapa

sudah marah bapak ‘bapak sudah marah’ (104c) sada sambing dukak-na satu hanya anak POS3 TG ‘anaknya hanya satu’

(104d) I juma kalak i

di ladang 3 JM ‘mereka di ladang’

Contoh (104a, b, c, dan d) merupakan klausa lengkap yang terdiri atas predikat dan argumen subjek. Bentuk-bentuk seperti di atas merupakan predikasi dalam BPD; dalam hal ini predikatnya adalah bukan verbal dengan satu argumen (FN) yang berkedudukan sebagai subjek. Pada (104a) predikat bukan-verbalnya

diisi oleh nomina guru dan argumen subjeknya adalah daholina. Pada (104b) predikat bukan-verbalnya diisi oleh ajektif enggo mlaga dan argumen subjeknya adalah bapa. Dukakna pada (104c) dan kalak i pada (104d) merupakan argumen subjek , sementara predikat sada sambing pada (104c) merupakan numeral dan i juma pada (104d) merupakan adverbial. Seperti teramati dalam contoh (104a, b, c dan d) bahwa predikasi BPD yang mempunyai predikat bukan verbal tidak mempunyai pemarkah morfologis pada masing-masing unsurnya sehingga hanya ujaran lisanlah yang membedakan kalimat dengan frasa

Predikasi BPD dapat berupa satu predikat bukan verbal (nominal, numeral, adverbial) dan satu argumennya menempati posisi di belakang predikat, berfungsi sebagai subjek gramatikal. Predikat bukan verbal menghendaki satu argumen (subjek) untuk membentuk predikasi. Unsur-unsur bukan argumen mungkin saja ditambahkan pada predikasi tersebut. Predikasi BPD dengan predikat bukan verbal (predikat non-verbal) dapat dirangkum sebagai berikut.

Tabel 4: Predikasi Non-Verbal BPD

Predikasi Adjung Argumen + Predikat (Subjek) (nominal) (adjektival) (numeral) (adverbial)

Predikasi BPD dapat pula terbentuk dari satu argumen dan satu predikat verbal; dalam hal ini predikatnya adalah verbal intransitif atau transitif. Predikat verbal intransitif menghendaki satu unsur argumen FN yang dapat berfungsi sebagai subjek ( dan juga agen/pasien). Contoh berikut memperlihatkan predikasi BPD yang mempunyai predikat verbal intransitif

(105a) Mer-dalan kalak i mi sapo

AKT-jalan 3JM ke rumah ‘mereka berjalan ke rumah’ (105b) Ndabuh dedahen-ku i sen jatuh adik-POS1TG di sini ‘adikku jatuh di sini’

(105c) Kundul mo ia

duduk T 2TG ‘dia duduk’

(105d) Mer-langi ia mi lae mbellen

AKT-renang 2TG di air besar ‘ia berenang di sungai’

Pada (105a) predikat merdalan mempunyai satu argumen kalak i ‘mereka’ dan unsur bukan argumen (adjung) mi sapo. Kalak i merupakan subjek gramatikal dan sekaligus agen. Predikat verbal intransitif merdalan menghendaki satu argumen saja, di samping unsur lain, bukan argumen yang merupakan adjung. Hal yang sama diperlihatkan contoh (105b), dedahenku adalah argumen satu-satunya dari predikat ndabuh, sementara isen merupakan unsur bukan argumen. Karena pengaruh semantik verbanya, subjek pada (105b) bukanlah agen melainkan

pasien. Pada (105c) ia adalah argumen satu-satunya dari verba intransitif kundul

dan juga merupakan subjek; mo merupakan partikel penekan dalam BPD yang posisinya di belakang kata yang menjadi topik. Contoh (105d) mempunyai predikat merlangi dan mempunyai satu argumen agen ia, dan unsur bukan argumen mi lae mbellen yang merupakan adjung.

Predikasi dan struktur argumen predikat BPD dengan verba intransitif dapat dirangkum sebagai berikut:

Tabel 5: Predikasi Verba Intransitif BPD

Predikasi Adjung

Argumen + Predikat

(Subjek) (verba intransitif) /objek)

+ unsur bukan argumen

Predikasi dalam BPD dapat juga dibentuk dengan predikat verba transitif.. seperti telah dibahas pada bab sebelumnya. Verba transitif dapat bersifat ekatransitif ( pada struktur mark ditemukan dwitransitif). Selain itu ditemukan jenis verba semi transitif yaitu verba yang objeknya bersifat manasuka, (lihat Alwi,2000: 91-93). Apabila predikat suatu klausa ditempati oleh verba transitif, maka argumen yang dikehendaki oleh predikat tersebut adalah dua atau lebih, kecuali verba semi transitif yang jumlah argumennya satu atau boleh lebih dari

satu argumen. Berikut contoh predikasi BPD yang mempunyai predikat verbal transitif.

(106a) Mangan (nakan) mo kami

makan (nasi ) T IJM ’ makan (nasi) kami’

(106b) Mangan pelleng mo kami

makan nasi kuning T IJM ’makan nasi kuning kami’

(107a) Meng-enum racun-monci daberu i

AKT-minum racun tikus perempuan itu ’perempuan itu itu meminum racun tikus’

(107b) Kalak i meng-enum-ken dukak- na racun monci

3 TG AKT-minum-BEN anak-POS3TG racun tikus ’orang itu meminumkan anaknya racun tikus’

Contoh (106a) adalah predikasi dengan predikatnya verba transitif mangan

dan argumen kami yang berperan sebagai subjek (agen) dan nakan ‘nasi’ yang secara semantis bersifat opsional, namun secara sintaksis predikat mangan

menghendaki argumen objek (nakan) sebagai pasien, karena itu mangan dapat digolongkan sebagai verba semi transitif. Hal ini dibuktikan pada (106b) mangan

sebagai predikat menghendaki dua argumen yaitu kami yang berfungsi sebagai subjek gramatikal (dan juga agen) dan pelleng yang (merupakan objek/pasien) kehadirannya adalah wajib baik secara semantis maupun secara sintaksis. Verba

mangan pada predikasi (107b) adalah verba ekatransitif, verba yang menghendaki dua argumen. Demikian juga mengenum pada (107a) merupakan verba yang

menghendaki dua argumen yaitu daberu i sebagai subjek gramatikal berperan sebagai agen dan racun monci sebagai objek gramtikal (pasien). Tetapi

mengenumken pada (107b) merupakan struktur mark adalah verba dwi transitif , verba yang menghendaki tiga argumen, yaitu kalak i (S/A), dukakna (O1), dan

racun monci (O2)

Jadi predikasi BPD dengan predikat verba transitif menghendaki dua argumen . Kehadiran argumen-argumen tersebut dalam predikasi kalimat transitif bersifat wajib. Kecuali bila verbanya bersifat semi-transitif, maka predikat boleh hanya menggunakan satu argumen (lihat 106a).

Predikasi dan struktur argumen dari verba transitif dapat dirangkum sebagai berikut

Tabel 6: Predikasi Verba Transitif BPD

Predikasi Adjung

Argumen (1) + Predikat + (Argumen (2)) (Subj) (Obj) (Semitransitif)

Argumen (1) + Predikat + Argumen (2) (Subj) (Obj) (Ekatransitif)

Argumen (1) + Predikat + Argumen (2) + Argumen (3)

+ Unsur bukan argumen

(Subj) (Obj1) (Obj2) (dwitransitif)