• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH

5.1 Analisis Sektor Unggulan

Kabupaten Kepulauan Anambas dimekarkan dari Kabupaten Natuna pada akhir Tahun 2008, berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Kepulauan Anambas di Provinsi Kepulauan Riau, dengan luas 46.664 km², yang terdiri dari wilayah daratan 592,14 km² (1,27 persen) dan wilayah lautan 46.033 km² (98,73 persen), panjang garis pantai 1.128,57 km, mempunyai 238 buah pulau termasuk 5 pulau terluar (Bappeda Kab.Kep.Anambas, 2010). Memiliki potensi sumberdaya kelautan dan perikanan sangat banyak, khusus potensi sumberdaya perikanan tangkap di laut Anambas diperkirakan sebesar 88.792 ton/tahun.

Berdasarkan kondisi dan potensi sumberdaya perikanan, bahwa potensi sangat besar dan menjanjikan peluang pengelolaan dan peningkatan yang lebih optimal, mengingat potensi perikanan tangkap baru dimanfaatkan oleh masyarakat sebesar 7.686 ton/tahun atau baru 8,66 persen, sehingga masih terdapat 91,34 persen potensi yang belum dikelola secara optimal. Ini merupakan peluang pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan yang sangat besar, tentunya harus mengutamakan prinsif-prinsif pengelolaan efektif, efisien dan berkelanjutan demi menjamin ketersediaan sumberdaya ikan dan pemanfaatan masa yang akan datang.

Meskipun potensi perikanan tangkap sangat besar, namun secara nasional laju pertumbuhan perikanan budidaya lebih cepat, yakni mengalami kenaikan rata-rata 25,62 persen per tahun selama periode 2007-2011, begitu juga perkembangan perikanan budidaya di Anambas sangat cepat dan sangat diminati oleh masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di pesisir pantai. Kegiatan budidaya ikan sudah dilakukan oleh masyarakat Anambas sekitar 25-30 tahun lalu, yang hasilnya dijual ke pasar internasional seperti Singapore dan Hongkong.

Perkembangan perikanan tangkap di Anambas masih lambat, karena dari dulu hingga sekarang masih menggunakan alat tangkap tradisional dan sederhana, seperti pancing ulur, pancing tunda dan pancing rawai. Kapal tangkap nelayan yang kecil, paling banyak yang digunakan nelayan dengan ukuran 1-2 GT. Belum ada yang menggunakan teknologi tangkap yang modern seperti jaring dan teknologi lainnya, tidak ada nelayan memiliki armada tangkap (kapal motor) berkapasitas di atas 10 GT. Memperhatikan hal-hal tersebut, pembahasan kajian ini lebih difokuskan pada perikanan budidaya laut, namun dimikian perikanan tangkap juga memerlukan perhatian yang serius oleh pemerintah dan semua

stakeholders di Anambas.

Kegitan budidaya ikan dilakukan dengan cara mandiri dan tradisional, belum ada sentuhan atau fasilitasi oleh pemerintah secara lebih serius, misalnya pengembangan kawasan perikanan budidaya yang terkonsentratsi dalam suatu kawasan, dengan pemanfaatan sumberdaya potensi perikanan yang saling terintegrasi sebagaimana konsep pembangunan kawasan melalui program Minapolitan. Kalaupun ada masih sebatas kajian, monitoring, kunjungan dan

perencanaan serta sedikit pembinaan keterampilan terhadap nelayan tangkap dan budidaya, seperti pelatihan pengelolaan budidaya ikan, pengelolaan hasil tangkap, bantuan sarana atau alat kelengkapan nelayan tangkap seperti kotak/box penyimpan es, kompas, GPS dan fishfonder.

Kondisi infrastruktur (prasarana) dan sarana bidang perikanan di wilayah Anambas masih sangat kurang, sementara potensinya sangat besar. Jumlah nelayan tangkap, pembudidaya ikan serta jumlah kelompok usaha bidang perikanan atau Rumah Tangga Perikanan (RTP) berjumlah 3.626 orang. Prasarana dan sarana perikanan hanya didukung oleh 2 (dua) pelabuhan perikanan, 2 (dua) buah pabrik es, 3 (tiga) buah pangkalan BBM serta 1 (satu) buah pasar ikan, hal ini tentu belum mencukupi dan perlu didukung dengan infrastruktur (prasarana) dan sarana yang lebih memungkinkan untuk pengembangan dan pengelolaan sumberdaya perikanan, khususnya untuk mendukung program minapolitan, sehingga benar-benar dapat memberikan keuntungan dan kesejahteraan masyarakat, terutama nelayan di wilayah Anambas. Secara rinci kondisi prasarana dan sarana perikanan di Anambas pada Tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 20 dan Tabel 21.

Masyarakat Kabupaten Kepulauan Anambas telah berusaha melakukan kegiatan budidaya ikan selama lebih kurang 30 tahun dengan membuat dan mengelola Keramba Jaring Tancap (KJT) dan Keramba Jaring Apung (KJA) secara mandiri, sampai Tahun 2012 terdapat 3.620 unit keramba dengan rata-rata luas masing-masing keramba sekitar 4x4 M², sehingga luas keseluruhan keramba yang dimiliki masyarakat/nelayan mencapai 57.920 M² atau 5,79 ha.

Tabel 24. Perbandingan Antara Jumlah Keramba dan Jumlah Pembudidaya Ikan di Anambas pada Tahun 2012.

Kecamatan

Jumlah Nelayan

(Orang) Jumlah Keramba

Perbandingan Pembudidaya Ikan (%) BDP BDP+TKP (Unit) (%) 1. Jemaja 23 467 163 4,50 708,70 561,76 314,89 445,83 322,00 3.505,26 372,05 780,17 2. Jemaja Timur 34 263 191 5,27 3. Siantan Selatan 47 452 148 4,08 4. Siantan 24 287 107 2,95 5. Siantan Timur 50 408 161 4,44 6. Siantan Tengah 57 638 1.998 55,10 7. Palmatak 229 1.111 852 23,50 Jumlah 464 3.626 3.620 100

Sumber : Diolah dari Tabel 18 dan Tabel 19.

Keterangan : BDP : Budidaya (pembudidaya ikan) TKP : Tangkap

Tabel 24 tersebut menggambarkan kondisi dan perbandingan antara jumlah keramba yang dimiliki oleh masyarakat Anambas dengan jumlah nelayan budidaya (pembudidaya ikan) dan nelayan keseluruhan. Jumlah keramba terbanyak di Kecamatan Siantan Tengah, yakni 1.998 unit (55,10 persen), atau 3.505 persen bila dibandingkan dengan jumlah pembudidaya ikan yang berjumlah 57 orang, artinya pembudidaya ikan per orang memiliki keramba rata-rata 35 unit dan yang paling kecil perbandingannya di Kecamatan Siantan Selatan yakni 314 persen, artinya pembudidaya ikan yang berjumlah 47 orang memiliki keramba per

orang rata-rata 3 unit. Secara total perbandingan jumlah keramba dengan jumlah pembudidaya 780,17 persen artinya pembudidaya ikan di Anambas yang berjumlah 464 orang memiliki keramba per orang rata-rata 7,8 unit.

Berdasarkan analisis data dan fakta serta kondisi pengamatan langsung di lapangan melalui wawancara dengan beberapa stakeholders, baik pejabat pemerintah maupun nelayan atau masyarakat yang beraktifitas dibidang perikanan, sangat mengharapkan adanya campur tangan dan fasilitasi pemerintah dan dunia swasta (investor) untuk lebih mengembangkan dan meningkatkan kegiatan bidang perikanan di Anambas, terutama budidaya ikan yang lebih maju

dan terkonsentrasi pada suatu kawasan potensial, yakni kawasan “Minapolitan”

yang telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Bupati Kepulauan Anambas Nomor 108a Tahun 2011 yang berlokasi di Wilayah Kecamatan Siantan, Siantan Timur, Siantan Tengah dan Kecamatan Palmatak. Artinya pembangunan dan pengembangan wilayah dengan konsep minapolitan lebih tepat dikembangkan dan menjadi prioritas pembangunan di Anambas. Konsep minapolitan ini tidak menutup kemungkinan untuk dikembangkan juga minapolitan tangkap, sehingga saling mendukung dan terpadu (terintegrasi) antara minapolitan tangkap dan budidaya, pada gilirannya akan mensejahterakan masyarakat Anambas secara khususnya dan Indonesia umumnya.

a. Kontribusi Perekonomian Sektor Perikanan

Perhitungan analisis perekonomian daerah atas data PDRB diperlihatkan dari kontribusi/distribusi masing-masing sektor atau sub sektor. Sektor atau sub sektor dengan kontribusi yang paling besar berarti merupakan sektor/sub sektor yang memiliki peran yang besar dalam pertumbuhan perekonomian daerah, demikian juga sebaliknya yang memiliki nilai kontribusi kecil (rendah), berarti perannya dalam pertumbuhan perekonomian daerah juga rendah. Struktur perekonomian daerah Kabupaten Kepulauan Anambas dapat dilihat dari data statistik PDRB atas harga berlaku (ADHB) dan harga konstan Tahun 2000 (ADHK), baik dengan Migas maupun tanpa Migas. Distribusi/kontribusi PDRB menggambarkan kemajuan atau pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Dengan melihat distribusinya dapat diketahui sektor/sub sektor mana yang menjadi sektor unggulan sebagai penggerak roda perekonomian daerah dan sektor mana yang memerlukan optimalisasi lebih lanjut.

Jumlah PDRB Anambas atas harga berlaku (ADHB) dengan Migas Tahun 2008 sebesar 2,45 trilyun rupiah dan terus meningkat hingga sampai Tahun 2011 menjadi 2,77 trilyun rupiah, meningkat sebesar 0,33 trilyun rupiah atau sebesar 13,28 persen (dapat dilihat pada Lampiran 6), dan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) dengan Migas Tahun 2008 sebesar 0,92 trilyun rupiah dan terus meningkat hingga Tahun 2011 menjadi 0,98 trilyun rupiah atau meningkat sebesar 7,09 persen (dapat dilihat pada Lampiran 7).

Berdasarkan hasil perhitungan distribusi PDRB atas harga berlaku (ADHB) baik dengan Migas maupun tenpa Migas dari Tahun 2008- 2011, bahwa sub sektor perikanan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kepulauan Anambas, yakni distribusi atau kontribusi dengan Migas Tahun 2008 sebesar 13,48 persen terus mengalami peningkatan hingga Tahun 2010 mencapai 13,87 persen atau rata-rata selama

Tahun 2008-2010 sebesar 13,62 persen, kemudian kontribusi tanpa Migas Tahun 2008 memberikan kontribusi sebesar 59,46 persen hingga Tahun 2010 sebesar 56,75 persen atau rata-rata selama Tahun 2008-2010 sebesar 57,68 persen (Tahun 2011 belum ada data sub sektor perikanan).

Secara singkat distribusi/kontribusi PDRB Anambas ADHB dengan Migas digambarkan bahwa sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor paling dominan, yakni memberikan kontribusi terhadap perekonomian daerah selama empat tahun (2008-2011) yakni rata-rata sebesar 75,89 persen. Kemudian diikuti oleh sektor pertanian menduduki peringkat kedua, yaitu rata- rata 15,07 persen dan sektor perdagangan, hotel dan restoran menduduki peringkat ketiga dengan rata-rata sebesar 4,81 persen, sedangkan sektor-sektor lainnya memberikan kontribusi yang kecil, yaitu paling rendah kontribusinya adalah sektor listrik, gas dan air bersih dengan rata-rata kontribusi hanya 0,02 persen.

Dapat disimpulkan bahwa sektor pertambangan dan penggalian, sektor pertanian dan sub sektor perikanan, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor unggulan yang dapat dijadikan sebagai penggerak roda perekonomian Anambas. Lebih rinci distribusi/kontribusi PDRB Anambas masing-masing sektor hingga seluruh sub sektor baik atas dasar harga berlaku (ADHB) maupun atas dasar harga konstan (ADHK) dapat dilihat pada Lampiran 8 dan Lampiran 9. Tetapi secara lebih ringkas distribusi/kontribusi PDRB Anambas ADHB dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Distribusi PDRB Anambas ADHB Dengan Migas Tahun 2008-2011 No. Lapangan Usaha / Sektor 2008 2009 2010 2011 Rata-

rata 1 Pertanian 14,62 14,62 15,00 16,03 15,07

- Perikanan Dengan Migas 13,48 13,50 13,87 - 13,62

2 Pertambangan dan Penggalian 77,41 76,34 75,66 74,15 75,89 3 Industri Pengolahan 0,30 0,32 0,32 0,34 0,32 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 5 Bangunan 0,70 0,83 0,89 0,98 0,85 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 4,09 4,84 5,02 5,28 4,81 7 Pengangkutan dan Komunikasi 0,97 1,10 1,12 1,17 1,09 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,63 0,64 0,64 0,64 0,64 9 Jasa-jasa 1,27 1,30 1,34 1,39 1,33

Sub Sektor Perikanan Tanpa Migas 59,46 56,82 56,75 - 57,68

Sumber : Diolah dari Tabel 22.

Perhitungan kontribusi/distribusi PDRB per sektor atas dasar harga konstan Tahun 2000 (ADHK) dengan Migas selama periode 2008-2011, sektor pertambangan dan penggalian mendominasi pembentukan PDRB Kabupaten Kepulauan Anambas dengan kontribusi/distribusi pada Tahun 2008 sebesar 74,38 persen terus mengalami penurunan hingga Tahun 2011 menjadi 70,56 persen atau rata-rata selama periode tersebut sebesar 72,52 persen, selanjutnya diikuti oleh sektor pertanian dengan kontribusi terbesar kedua, yakni Tahun 2008 dengan kontribusi 17,25 persen terus mengalami peningkatan hingga Tahun 2011

menjadi 19,61 persen atau rata-rata kontribusi selama periode tersebut sebesar 18,33 persen, sedangkan sub sektor perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar, yakni pada Tahun 2008 sebesar 15,96 terus mengalami peningkatan hingga Tahun 2010 menjadi 17,33 persen atau rata-rata selama periode 2008-2010 sebesar 16,60 persen, sedangkan sub sektor perikanan tanpa Migas memberikan kontribusi sebesar 62,05 persen pada Tahun 2008 hingga Tahun 2010 sebesar 61,47 persen atau rata-rata selama periode Tahun 2008-2010 sebesar 61,62 persen. Kontribusi sektor terbesar berikutnya adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi sebesar 4,09 persen pada Tahun 2008 terus mengalami peningkatan hingga Tahun 2011 menjadi 4,89 persen atau rata-rata selama periode tersebut sebesar 4,51 persen, sementara sektor listrik, gas dan air bersih memberikan kontribusi paling kecil yakni 0,02 persen dari Tahun 2008 hingga Tahun 2011. Lebih rinci distribusi/kontribusi PDRB Anambas atas dasar harga konstan dengan Migas dari Tahun 2008-2010 dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Distribusi PDRB Anambas ADHK Dengan Migas Tahun 2008-2011

No. Lapangan Usaha / Sektor 2008 2009 2010 2011 Rata- rata 1 Pertanian 17,25 17,79 18,67 19,61 18,33

- Perikanan 15,96 16,50 17,33 - 16,60

2 Pertambangan dan Penggalian 74,38 73,21 71,93 70,56 72,52 3 Industri Pengolahan 0,56 0,57 0,59 0,61 0,58 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 5 Bangunan 0,67 0,81 0,87 0,95 0,83 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 4,09 4,42 4,65 4,89 4,51 7 Pengangkutan dan Komunikasi 1,03 1,11 1,16 1,20 1,13 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,66 0,68 0,68 0,68 0,68 9 Jasa-jasa 1,35 1,39 1,43 1,47 1,41

Sub Sektor Perikanan Tanpa Migas 62,05 61,34 61,47 - 61,62

Sumber : Diolah dari Tabel 23.

b. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Laju pertumbuhan perekonomian Kabupaten Kepulauan Anambas dari tahun ke tahun berfluktuasi, ini dapat dilihat masing-masing sektor secara persentase naik turun. Pertumbuhan PDRB Anambas atas dasar harga konstan periode 2009-2011 dengan Migas sebesar 7,09 persen dan tanpa Migas sebesar 23,06 persen. Sektor yang paling tinggi pertumbuhannya adalah sektor bangunan, yakni pada Tahun 2009 sebesar 23,03 persen terus mengalami penurunan hingga Tahun 2011 menjadi 10,69 persen atau rata-rata pertumbuhannya selama periode 2009-2011 sebesar 14,75 persen, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami pertumbuhan rata-rata selama periode 2009-2011 sebesar 8,62 persen, sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan rata-rata paling kecil selama periode 2009-2011 yakni 0,53 persen. Lebih rinci laju pertumbuhan PDRB Anambas ADHK dengan Migas selama periode 2009-2011 dapat dilihat pada Tabel 27.

Tabel 27. Laju Pertumbuhan PDRB Anambas atas dasar harga konstan (ADHK) dengan Migas Tahun 2009-2011 (persen).

No. Lapangan Usaha / Sektor 2009 2010 2011 Rata- rata

1 Pertanian 5,45 7,35 7,55 6,79

2 Pertambangan dan Penggalian 0,65 0,48 0,46 0,53

3 Industri Pengolahan 4,65 5,86 6,12 5,54

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 3,44 3,94 4,09 3,82

5 Bangunan 23,03 10,54 10,69 14,75

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 10,62 7,48 7,76 8,62 7 Pengangkutan dan Komunikasi 10,22 6,25 6,62 7,70 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Prsahan 6,05 2,19 2,49 3,58

9 Jasa-Jasa 5,36 5,34 5,53 5,41

Pertumbuhan PDRB Dengan Migas 2008-2011 7,09 Pertumbuhan PDRB Tanpa Migas 2008-2011 23,06 Sumber : Diolah dari Tabel 23.

c. PDRB Per kapita

PDRB per kapita merupakan salah satu indikator yang menunjukkan taraf perekonomian dimasyarakat. Namun hal tersebut belum sepenuhnya menunjukkan taraf hidup masyarakat dengan berbagai alasan antara lain:

a. Acuan PDRB hanya dari aspek ekonomi, sedangkan kesejahteraan juga mencakup aspek non ekonomi.

b. Distribusi pendapatan belum tentu merata walau PDRB tinggi.

Berdasarkan data statistik Anambas Dalam Angka 2011, PDRB per kapita Kabupaten Kepulauan Anambas menurut harga berlaku (ADHB) adalah sebesar 18.309.319 rupiah, sedangkan menurut harga konstan 2000 (ADHK) adalah sebesar 7.402.728 rupiah. Kemudian selanjutnya pendapatan regional per kapita menurut harga berlaku (ADHB) adalah 15.188.985 rupiah, sedangkan menurut harga konstan 2000 (ADHK) adalah sebesar 6.141.131 rupiah (Bappeda Anambas dan BPS Prov.Kepri, 2012).

5.1.2 Analisis Location Quotient (LQ)

Dalam perencanaan pembangunan ekonomi lokal dengan memfokuskan pada salah satu komoditas atau salah satu sektor penggerak roda perekonomian masyarakat, perlu adanya kajian tentang keunggulan komparatif dari sektor atau sub sektor perekonomian di wilayah itu, dibandingkan dengan wilayah lain baik pada level yang sama maupun level di atasnya sebagai wilayah referensi. Untuk mengetahui keunggulan komparatif salah satu sektor perekonomian wilayah atau untuk menentukan sektor basis dan non basis dalam kajian ini menggunakan Analisis LQ, karena tidak semua sektor dalam pertumbuhan perekonomian memberikan kontribusi yang sama. Analisis ini menggunakan data PDRB Kabupaten Kepulauan Anambas dan PDRB Provinsi Kepulauan Riau periode Tahun 2008-2011 (PDRB Provinsi Kepulauan Riau dengan Migas baik berdasarkan harga berlaku (ADHB) maupun atas dasar harga konstan (ADHK) dapat dilihat pada Lampiran 10 dan Lampiran 11). Melalui analisis keunggulan komparatif, suatu komoditas atau sektor dikatakan layak untuk dikembangkan

karena memiliki nilai LQ lebih dari 1 (satu) yang dikategorikan sebagai sektor basis.

Keunggulan komparatif adalah suatu kegiatan ekonomi yang menurut perbandingan lebih menguntungkan bagi pembangunan daerah. Hasil analisis LQ terhadap kondisi perekonomian yang berdasarkan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), dapat digunakan sebagai salah satu langkah strategis dalam penyusunan program peningkatan ekonomi masyarakat dan perekonomian daerah. Sektor pertanian secara umum di Kabupaten Kepulauan Anambas akan memiliki keunggulan komparatif jika nilai LQ nya menunjukan angka lebih dari 1 (satu) dibandingkan dengan wilayah Provinsi Kepulauan Riau.

Hasil perhitungan analisis LQ terhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dengan Migas Tahun 2008-2011, bahwa sub sektor perikanan Tahun 2008 memiliki nilai LQ sebesar 3,81 dan Tahun 2010 sebesar 4,00 atau LQ rata- rata per tahun (selama 2008-2010) sebesar 3,84. Nilai LQ sektor pertanian cenderung meningkat dari Tahun 2008 dengan nilai 2,99 terus meningkat sampai Tahun 2011 sebesar 3,47 atau LQ rata-rata 3,13 serta sektor pertambangan dan penggalian memiliki nilai LQ paling tinggi, yakni Tahun 2008 dengan nilai 8,33 terus meningkat hingga Tahun 2011 dengan nilai LQ 9,71 atau LQ rata-rata 8,97. Namun demikian sub sektor perikanan berdasarkan PDRB tanpa Migas memiliki nilai LQ rata-rata 15,05. Artinya sektor pertanian dengan sub sektor perikanan serta sektor pertambangan dan penggalian memiliki nilai LQ melebihi satu, sedangkan semua sektor lainnya dari Tahun 2008 sampai Tahun 2011 memiliki nilai LQ lebih kecil dari satu (< 1) atau bukan sektor basis. Dengan demikian maka pengembangan sub sektor perikanan membutuhkan perhatian dan upaya yang sungguh-sungguh dari pemerintah daerah dan semua stakeholders karena merupakan sektor unggulan yang secara langsung bersentuhan dengan perekonomian masyarakat yang akan menjadi penyumbang pertumbuhan perekonomian daerah di Anambas. Secara singkat hasil perhitungan LQ berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB), baik dengan Migas maupun tanpa Migas dapat dilihat pada Tabel 28, dan secara lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 12.

Tabel 28. Hasil Perhitungan LQ Anambas berdasarkan PDRB ADHB Dengan Migas dan Tanpa Migas dari Tahun 2008-2011.

Lapangan Usaha LQ Dengan Migas

2008 2009 2010 2011 Rata-rata

1.Pertanian 2,9866 2,9259 3,1286 3,4648 3,1265

- Perikanan 3,81 3,72 4,00 - 3,84

2.Pertambangan dan Penggalian 8,3301 8,7070 9,1270 9,7139 8,9695

3.Industri Pengolahan 0,0065 0,0069 0,0069 0,0070 0,0068

4.Listrik, Gas dan Air Bersih 0,0284 0,0289 0,0286 0,0278 0,0284

5.Bangunan 0,1093 0,1171 0,1204 0,1260 0,1182

6.Perdagangan Hotel dan Restoran 0,1987 0,2475 0,2533 0,2721 0,2429 7.Pengangkutan dan komunikasi 0,2111 0,2351 0,2462 0,2617 0,2385 8.Keu, Persewaan & Jasa Prsahaan 0,1147 0,1186 0,1229 0,1292 0,1213

9.Jasa-jasa 0,4622 0,4700 0,4962 0,5155 0,4860

Perikanan Tanpa Migas 15,44 14,49 15,21 - 15,05

Perhitungan LQ berdasarkan PDRB ADHK dengan Migas maupun tanpa Migas pada Tabel 29, dapat digambarkan bahwa sektor pertanian dan sub sektor perikanan serta sektor pertambangan dan penggalian, merupakan sektor/sub sektor unggulan yang memiliki nilai LQ dari Tahun 2008-2011 melebihi nilai 1 (>1). Nilai LQ sektor pertanian Tahun 2008 adalah 3,75 sampai Tahun 2011 dengan nilai 4,59 atau rata-rata sebesar 4,14 dan sub sektor perikanan pada Tahun 2008 memiliki nilai LQ sebesar 4,76 Tahun 2009 nilai LQ 5,07 dan Tahun 2010 nilai LQ 5,49 atau rata-rata sebesar 5,11 selama periode 2008-2010. Sektor pertambangan dan penggalian menduduki peringkat pertama dengan nilai LQ paling tinggi yakni rata-rata 13,82 selanjutnya diikuti oleh sektor pertanian dengan nilai LQ rata-rata 4,14. Nilai indeks LQ sektor/sub sektor lainnya justru bukan sektor unggulan, karena memiliki nilai LQ lebih kecil dari satu (<1). Secara singkat nilai LQ Anambas dengan Migas dan tanpa Migas dapat dilihat pada Tabel 29, namun lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 13.

Tabel 28 dan Tabel 29 merupakan hasil perhitungan LQ berdasarkan PDRB ADHB dan ADHK dengan Migas dan tanpa Migas. Sektor yang paling dominan dapat dikatakan sektor basis adalah sektor pertambangan dan penggalian serta sektor pertanian termasuk sub sektor perikanan yang semuanya memiliki nilai LQ lebih besar dari 1 (>1), untuk itu dapat dikatakan bahwa sektor pertambangan dan penggalian serta sektor pertanian serta sub sektor perikanan merupakan sektor basis, artinya sektor yang dapat dijadikan sektor unggulan bagi Kabupaten Kepulauan Anambas, sedangkan tujuh sektor lainnya memiliki nilai dibawah satu atau belum menjadi sektor basis untuk pertumbuhan perekonomian Anambas, namun demikian juga harus mendapat perhatian serius supaya sektor- sektor tersebut dapat meningkat dan memberikan nilai tambah dan kontribusi terhadap pembangunan dan perekonomian Anambas.

Tabel 29. Hasil Perhitungan LQ berdasarkan PDRB ADHK Dengan Migas dan tanpa Migas dari Tahun 2008-2011.

Lapangan Usaha LQ Dengan MIGAS

2008 2009 2010 2011 Rata-rata

1. Pertanian 3,75 3,95 4,26 4,59 4,14

- Perikanan 4,76 5,07 5,49 - 5,11

2. Pertambangan dan Penggalian 13,35 13,46 14,02 14,44 13,82

3. Industri Pengolahan 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,04 0,04 0,04 0,03 0,04

5. Bangunan 0,16 0,18 0,19 0,20 0,18

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,18 0,20 0,20 0,21 0,20 7. Pengangkutan dan Komunikasi 0,24 0,25 0,26 0,26 0,25 8. Keu, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,14 0,14 0,15 0,15 0,14

9. Jasa-jasa 0,61 0,60 0,63 0,64 0,62

Perikanan Tanpa Migas 17,64 18,01 18,67 - 18,10

5.2 Analisis Faktor Internal dan Eksternal

Dokumen terkait