• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Minapolitan

Menurut Dahuri (2010), arah pembangunan sudah saatnya dilakukan perubahan atau reorientasi paradigma, dari pembangunan berbasis daratan menjadi pembangunan berbasis kelautan dan kepulauan, kita berdayakan sumberdaya kelautan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development) secara terpadu dan ramah lingkungan. Selanjutnya Dahuri (2011a) mengatakan ada tujuh sektor kelautan yang potensial untuk memulihkan ekonomi bangsa yang perlu penanganan serius, yaitu: 1) perikanan dan bioteknologi kelautan; 2) wisata bahari; 3) pertambangan dan energi; 4) industri maritim; 5) transportasi laut; 6) bangunan laut; dan 7) jasa kelautan.

Sutisna (2011), mengatakan bahwa minapolitan tidak dimulai dari nol, melainkan dari kondisi yang secara natural sudah ada, tapi belum teratur dan belum lengkap, sehingga pemerintah tinggal mengatur dan melengkapinya. Lebih lanjut Sutisna mengatakan ada beberapa persyaratan menjadi minapolitan, diantaranya komitmen daerah, komoditas unggulan, memenuhi syarat untuk mengembangkannya, sesuai dengan Rencana Strategis (Renstra) dan RTRW, kelayakan lingkungan, ada unit produksi, pengolahan dan pemasaran. Menurut Kusumastanto (2007) bahwa pembangunan ekonomi daerah berbasis kepulauan merupakan salah satu potensi masa depan Indonesia. Oleh sebab itu diperlukan perencanaan yang matang dalam upaya mensejahterakan masyarakat dan melestarikan sumberdaya alam di wilayah pulau-pulau kecil. Pembangunan berkelanjutan harus menjadi dasar bagi pengembangan ekonomi daerah berbasis kepulauan.

Secara terminologi, minapolitan terdiri dari kata mina yang berarti perikanan dan politan yang berarti kota. Minapolitan merupakan konsep pembangunan kelautan dan perikanan berbasis kawasan berdasarkan prinsip- prinsip, terintegrasi, efisiensi, berkualitas, dan percepatan. Kawasan minapolitan adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri dari sentra produksi, pengolahan, pemasaran, komoditas perikanan, pelayanan jasa dan/atau kegiatan pendukung lainnya (KKP, 2011).

Menurut KKP (2010b) program pengembangan kawasan minapolitan adalah pembangunan ekonomi berbasis perikanan di kawasan minabisnis, yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha minabisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah. Minapolitan merupakan upaya percepatan pengembangan pembangunan kelautan dan perikanan di sentra-sentra produksi perikanan yang memiliki potensi untuk dikembangkan dalam rangka mendukung visi dan misi Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Menurut KKP (2011) bahwa pembangunan sektor kelautan dan perikanan dengan konsep minapolitan memiliki azas, tujuan dan sasaran. Adapun azasnya adalah sebagai berikut :

1. Demokratisasi ekonomi kelautan dan perikanan pro rakyat;

2. Keberpihakan pemerintah pada rakyat kecil melalui dan pemberdayaan rakyat kecil;

3. Penguatan ekonomi daerah dengan prinsip daerah kuat bangsa dan negara kuat. Adapun tujuannya adalah untuk :

1. Meningkatkan produksi, produktivitas, kualitas produk kelautan dan perikanan; 2. Meningkatkan pendapatan nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah ikan yang

adil dan merata;

3. Mengembangkan kawasan minapolitan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di daerah.

Adapun sasaran dari pengembangan minapolitan adalah:

1. Meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat kelautan dan perikanan skala mikro dan kecil.

2. Meningkatkan jumlah dan kualitas usaha kelautan dan perikanan skala menengah ke atas sehingga berdaya saing tinggi.

3. Meningkatkan sektor kelautan dan perikanan menjadi penggerak ekonomi regional dan nasional.

Tujuan dan sasaran tersebut ditempuh dengan langkah-langkah strategis adalah: 1. Kampanye nasional dilakukan melalui media massa, komunikasi antar lembaga

dan pameran.

2. Menggerakkan produksi, pengolahan dan/atau pemasaran di sentra produksi unggulan pro usaha kecil dibidang perikanan tangkap, budidaya serta pengolahan dan pemasaran.

3. Mengintegrasikan sentra produksi, pengolahan dan/atau pemasaran menjadi kawasan ekonomi unggulan daerah yaitu menjadi kawasan minapolitan.

4. Pendampingan usaha dan bantuan teknis di sentra produksi, pengolahan dan/atau pemasaran unggulan berupa penyuluhan, pelatihan dan bantuan teknis.

5. Pengembangan sistem ekonomi kelautan dan perikanan berbasis wilayah. Menurut KKP (2010b) bahwa pendekatan yang harus dilakukan dalam pengembangan minapolitan antara lain :

1. Ekonomi kelautan dan perikanan berbasis wilayah

Mendorong penerapan manajemen hamparan untuk mencapai skala ekonomi, mencegah penyebaran penyakit, meningkatkan efisiensi dalam menggunakan sumberdaya sekaligus mengintegrasikan pemenuhan kebutuhan sarana

produksi, proses produksi, pengolahan dan pemasaran hasil dan pengelolaan lingkungan dalam kesisteman yang mapan.

2. Kawasan ekonomi unggulan

Memacu pengembangan komoditas yang memilki kriteria (a) bernilai ekonomis tinggi; (b) teknologi tersedia, (c) permintaan pasar besar dan (d) dapat dikembangkan secara masal.

3. Sentra produksi

Minapolitan berada dalam kawasan pemasok hasil perikanan (sentra produksi perikanan) yang dapat memberikan konstribusi yang besar terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakat. Seluruh sentra produksi kelautan dan perikanan menerapkan teknologi inovatif dengan kemasan dan mutu terjamin.

4. Unit usaha.

Seluruh unit usaha dilakukan dengan menggunakan prinsip bisnis secara profesional dan berkembang dalam satu kemitraan usaha yang saling memperkuat dan menghidupi.

5. Penyuluhan.

Penguatan kelembagaan dan pengembangan jumlah penyuluh merupakan salah satu syarat mutlak keberhasilan pengembangan minapolitan. Penyuluh akan berperan sebagai fasilisator dan pendamping penerapan teknologi penangkapan dan budidaya ikan serta pengolahan hasil perikanan.

6. Lintas sektor

Minapolitan dikembangan dengan dukungan dan kerjasama berbagai instansi terkait untuk mendukung kepastian usaha antara lain terkait dengan sarana dan prasarana pemasaran produk perikanan, tata ruang wilayah, penyediaan air bersih, listrik, akses dan BBM.

Produk hukum yang memanyungi program minapolitan atau pengembangan sektor perikanan, ini menunjukan keseriusan pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup rakyat, khususnya kesejahteraan para nelayan. Namun masih sangat disayangkan nelayan masih hidup miskin meskipun potensi kelautan dan perikanan Indonesia sangat besar. Beberapa produk hukum tentang program pengembangan Minapolitan yang telah diterbitkan oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan seperti (KKP, 2011) :

1. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor: Per.06/Men/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Kelutan dan Perikanan Tahun 2010-2014. 2. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI nomor: Per.12/Men/2010 tanggal

14 Mei 2010 tentang Minapolitan.

3. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor: Kep.32/Men/2010 tanggal 14 Mei 2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan. Bahwa berdasarkan keputusan tersebut telah ditetapkan 197 kabupaten/kota di 33 propinsi sebagai daerah atau kawasan minapolitan. Dari jumlah itu, 83 lokasi berbasis perikanan tangkap dan 114 lokasi berbasis perikanan budidaya (KKP, 2010b). Namun dalam keputusan menteri tersebut Anambas belum terbasuk sebagai kawasaan minapolitan, di wilayah provinsi Kepri yang sudah termasuk sebagai kawasan minapolitan adalah Kabupaten Bintan, Batam dan Tanjung Balai Karimun. Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas telah menetapkan empat (4) kecamatan sebagai Kawasan Minapolitan melalui SK Bupati Kepulauan Anambas No. 108a tanggal 22 Agustus 2011, yaitu: Kecamatan

Siantan, Siantan Timur, Siantan Tengah dan Kecamatan Palmatak, dan telah diusulkan kepada Menteri Kelautan dan Perikanan untuk penetapan Anambas sebagai Kawasan Minapolitan, namun hingga kajian ini selesai belum ditetapkan.

4. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI nomor: Kep.18/Men/2011 tanggal 5 April 2011 tentang Pedoman Umum Minapolitan.

Pembangunan wilayah melalui sektor kelautan dan perikanan melalui kebijakan revolusi biru adalah perubahan mendasar cara berfikir dari daratan ke maritim dengan konsep pembangunan berkelanjutan untuk peningkatan produksi kelautan dan perikanan melalui program nasional minapolitan yang intensif, efisien, dan terintegrasi guna peningkatan pendapatan rakyat yang adil, merata, dan pantas (KKP, 2010b). Selanjutnya KKP (2011) mengatakan bahwa suatu kawasan dapat ditetapkan sebagai kawasan minapolitan apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Kesesuaian dengan Renstra, RTRW dan/atau Rencana Zonasi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta RPJMD.

2. Memiliki komoditas unggulan bidang kelautan dan perikanan dengan nilai ekonomi yang tinggi.

3. Letak geografi kawasan yang strategis dan secara alami memenuhi persyaratan untuk pengembangan produk unggulan kelautan dan perikanan.

4. Terdapat unit produksi, pengolahan dan/atau pemasaran dan jaringan usaha yang aktif berproduksi, mengolah dan/atau memasarkan yang terkonsentrasi disuatu lokasi dan mempunyai mata rantai produksi pengolahan dan/atau pemasaran yang saling terkait.

5. Tersedianya fasilitas pendukung berupa aksesibilitas terhadap pasar, permodalan, prasarana dan sarana produksi, pengolahan dan/atau pemasaran, keberadaan lembaga-lembaga usaha serta fasilitas penyuluhan dan pelatihan. 6. Kelayakan lingkungan diukur berdasarkan daya dukung dan daya tampung

lingkungan, potensi dampak negatif dan potensi terjadinya kerusakan di lokasi dimasa depan.

7. Komitmen daerah, berupa kontribusi pembiayaan, personil dan fasilitas pengelolaan dan pengembangan minapolitan.

8. Keberadaan kelembagaan pemerintah daerah yang bertanggungjawab dibidang kelautan dan perikanan.

9. Ketersediaan data dan informasi tentang kondisi dan potensi kawasan.

Kementerian Kelautan dan Perikanan telah membuktikan komitmen dan keseriusannya dalam mengembangkan dan meningkatkan pembangunan kelautan dan perikanan di Indonesia, karena telah dituangkan dalam dokumen perencanaan lima tahun, yakni Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kelautan dan Perikanan periode 2010-2014, yang merupakan penjabaran visi dan misi KKP. Fokus dari Renstra ini adalah peningkatan produksi perikanan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan, dengan lokus pada pengembangan perikanan budidaya, perikanan tangkap serta pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Visi yang telah ditetapkan adalah “Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan

Perikanan Terbesar 2015”, untuk mewujudkan visi tersebut, maka disusun misinya yaitu “Mensejahterakan Masyarakat Kelautan dan Perikanan” (KKP,

Menurut Rencana Strategi (Renstra) KKP tersebut, tujuan pembangunan kelautan dan perikanan Tahun 2010-2014 adalah (KKP, 2010a):

1. Memperkuat kelembagaan dan sumber daya manusia secara terintegrasi. 2. Mengelola sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan. 3. Meningkatkan produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan. 4. Memperluas akses pasar domestik dan internasional.

Selanjutnya sasaran strategisnya adalah:

1. Memperkuat kelembagaan dan sumberdaya manusia secara terintegrasi:

a. Peraturan perundang-undangan di bidang kelautan dan perikanan sesuai kebutuhan nasional dan tantangan global serta diimplementasikan secara sinergis lintas sektor, pusat dan daerah.

b. Seluruh perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pelaporan terintegrasi, akuntabel dan tepat waktu berdasarkan data yang terkini dan akurat.

c. Sumberdaya manusia kelautan dan perikanan memiliki kompetensi sesuai kebutuhan.

2. Mengelola sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan:

a. Sumberdaya kelautan dan perikanan dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan.

b. Konservasi kawasan dan jenis biota perairan yang dilindungi dikelola secara berkelanjutan.

c. Pulau–pulau kecil dikembangkan menjadi pulau bernilai ekonomi tinggi. d. Indonesia bebas Illegal, Unreported & Unregulated (IUU) Fishing serta

kegiatan yang merusak sumberdaya kelautan dan perikanan. 3. Meningkatkan produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan:

a. Seluruh kawasan potensi perikanan menjadi kawasan minapolitan dengan usaha yang bankable.

b. Seluruh sentra produksi kelautan dan perikanan memiliki komoditas unggulan yang menerapkan teknologi inovatif dengan kemasan dan mutu terjamin.

c. Prasarana dan sarana kelautan dan perikanan mampu memenuhi kebutuhan serta diproduksi dalam negeri dan dibangun secara terintegrasi.

4. Memperluas akses pasar domestik dan internasional:

a. Seluruh desa memiliki pasar yang mampu memfasilitasi penjualan hasil perikanan.

b. Indonesia menjadi market leader dunia dan tujuan utama investasi di bidang kelautan dan perikanan.

Dokumen terkait