• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 Analisis Situasi dan Kondisi Sekolah

Dalam dokumen a2578618 4755 4061 915c 737d9cbc7457 (Halaman 85-88)

Tahap-tahap perencanaan sekolah adalah sebagai berikut:

1. Penyiapan Data Kondisi

Eksisting Sekolah

Tahap pertama perencanaa sekolah adalah penyiapan data kondisi eksisting sekolah. Data kondisi eksisting sekolah hendaknya dikumpulkan oleh satuan tugas perencanaan

sekolah. Data tersebut meliputi proil sekolah,

hasil survei pengaduan pengguna layanan pendidikan sekolah, serta data capaian SPM pendidikan di tingkat sekolah. Data tersebut dikumpulkan melalui berbagai teknik pengumpulan data, yaitu studi dokumentasi, angket, wawancara, dan teknik survei pengaduan pengguna layanan pendidikan. Sumber data berasal dari seluruh bagian dan unit sekolah, mulai dari bagian pembelajaran, bagian

kesiswaan, bagian personalia, bagian keuangan, bagian sarana prasarana dan bagian humas. Data dari multi stake holder pun juga perlu digali, termasuk dari berbagai pihak yang punya kepentingan dan ketertarikan dengan pelayanan pendidikan.

Data-data yang sudah dikumpulkan tersebut,

hendaknya disaring, diklariikasi dan digolong-

golongkan dan kemudian dituangkan secara padat agar dapat dilakukan analisis lebih

lanjut. Data yang bersifat kuantitatif dianalisis dengan teknik kuantitatif statistic, sedangkan data kualitatif hendaknya dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif. Data yang sudah terkumpul dan digolong-golongkan tersebut, hendaknya dapat dipilah mana yang terkait dengan pengguna layanan pendidikan berjenis kelamin pria dan mana yang terkait dengan pengguna layanan pendidikan berjenis perempuan. Penggolongan ini sangat penting agar aspirasi pengguna perempuan dan laki-laki dapat dipenuhi secara seimbang sehingga tidak terjadi bias gender (atau bertitik berat ke jenis kelamin tertentu).

2. Analisis Situasi dan Kondisi

Sekolah

Rangkaian kegiatan analisis situasi dan kondisi sekolah adalah pencermatan atas aturan perundang-undangan pendidikan yang sedang berlaku dan mempelajari renstra SKPD pendidikan kabupaten/kota. Agar bisa menyusun analisis situasi dan kondisi secara komprehensif, maka perlu dilakukan penajaman

terhadap proil sekolah, yang dimulai dengan identiikasi identitas sekolah, peserta didik,

tenaga kependidikan, sarana prasarana,

keuangan, partisipasi orang tua dan masyarakat, serta prestasi-prestasi yang dimiliki oleh

sekolah, baik yang bersifat akademik maupun

non akademik. Selanjutnya, proil sekolah

tersebut, hendaknya dibandingkan dengan, dan dikerucutkan dari standar-standar pendidikan yang dipergunakan oleh sekolah (standar pelayanan minimal/SPM) dan standar nasional

84

www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Berorientasi Pelayanan Publik

pendidikan (SNP). Selain itu, survei terhadap komplain pelanggan/stakeholders/publik (survei pengaduan) juga perlu dilakukan agar harapan, tuntutan dan aspirasi mereka juga dapat diakomodasi dalam menyusun analisis situasi dan kondisi sekolah. Data survei pengaduan dari pelanggan tersebut, hendaknya dipilah antara yang berasal dari publik pria dan publik perempuan, agar seluruh kebutuhan, apirasi, harapan dan masalah yang dipecahkan, bisa berimbang dan tidak bias gender.

Secara detail petunjuk pelaksanaan survei pengaduan, yang diawali dengan penyusunan kuisioner, pelaksanaan survei, analisis hasil

survei pengaduan serta penyusunan janji perbaikan pelayanan dapat dilihat pada Modul dan Buku Saku Penanganan Pengaduan.

Berdasarkan atas deskripsi proil sekolah,

standar pendidikan di sekolah, dan survey

pengaduan pelanggan, dapatlah dilakukan analisis kesenjangan. Analisis kesenjangan bermaksud untuk mengetahui gap

(kesenjangan) antara standar yang ingin dicapai, dengan kondisi riil sekolah dan hasil survei pengaduuan pelanggan/public/stake holders. Kesenjangan itulah yang perlu mendapatkan pemecahan, agar antara aspek yang diinginkan dengan aspek riilnya dapat dipertemukan. Dengan demikian, aspek riil satuan pendidikan makin relevan (gayut) dengan aspek idealnya. Analisis kesenjangan bisa berupa: analisis

SWOT (strength, weakness, opportunity, and threat), analisis akar masalah dan analisis kekuatan medan.

3. Merumuskan Visi dan

Misi Sekolah

Yang dimaksud dengan visi adalah emajinasi moral yang menggambarkan proil sekolah di masa depan.

Visi juga berarti wawasan yg menjadi sumber arahan yang digunakan untuk memandu perumusan misi sekolah.

Unsur yang harus ada pada visi adalah: (1) pandangan jauh ke depan, ke mana sekolah akan dibawa (2) gambaran masa depan yg diinginkan

sekolah. Dirumuskan dengan kalimat yang ilosois,

khas, mirip slogan, tetapi mudah diingat. Karena itu, rumusan visi yang bagus hendaknya menantang, jelas dan didasari nilai-nilai tertentu.

Contoh rumusan visi:

“UNGGUL DALAM PRESTASI BERDASARKAN IMTAQ” “ TERDIDIK BERDASARKAN IMTAQ”

Agar rumusan visi yang ilosois tersebut jelas, perlu

dirumuskan indikator-indikatornya. Contoh rumusan Visi:

UNGGUL DALAM PRESTASI BERDASARKAN IMAN DAN TAQWA

Contoh rumusan indikator-indikatornya: 1) Unggul dalam perolehan NEM.

2) Unggul dalam persaingan melanjutkan ke jenjang pendidikan di atasnya.

3) Unggul dalam lomba karya ilmiah remaja. 4) Unggul dalam lomba kreativitas.

5) Unggul dalam lomba kesenian. 6) Unggul dalam lomba olah raga. 7) Unggul dalam kedisiplinan.

8) Unggul dalam kegiatan keagamaan.

Misi adalah tindakan untuk mewujudkan/merealisasi visi. Misi merupakan penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban dan rancangan tindakan yang dijadikan arahan untuk mewujudkan visi. Dengan perkataan lain, bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang dituangkan dalm visi sebagai indikatornya. Jika rumusan visi berupa kalimat yang menunjukkan “keadaan”, maka misi berupa kalimat yang menunjukkan “tindakan”. Contoh rumusan misi:

1) Melakukan pembelajaran dan bimbingan secara efektif.

2) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada warga sekolah.

3) Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya, sehingga dapat dikembangkan secara optimal.

4) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama.

5) Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan stake holders.

4. Merumuskan Tujuan Sekolah

Tujuan merupakan “apa” yang akan dicapai/ dihasilkan dan “kapan” akan dicapai oleh sekolah.

Jika visi mengarah ke jangka panjang, maka tujuan dikaitkan dengan rentang waktu jangka menengah atau siklus 3 tahunan sesuai dengan periodisasi SMP atau SMU. Jika masih dipandang terlalu pendek, boleh juga 2 siklus program sekolah atau 6 tahunan.

Berarti, tujuan merupakan tahapan wujud sekolah menuju visi yang telah dicanangkan.

Contoh tujuan:

1) Pada tahun 2005, peningkatan skor rata-rata GSA + 2,0

2) Pada tahun 2005, memiliki tim olah raga minimal

3 cabang yang mampu menjadi inalis tingkat

propinsi.

3) Pada tahun 2006, memiliki kelompok LKIR yang

mampu menjadi inalis LKIR tingkat nasional.

4) Pada tahun 2006, memiliki tim kesenian yang mampu tampil pada acara setingkat kota/ kabupaten.

5. Menganalisis Tantangan Nyata

Tantangan nyata adalah kesenjangan (gap) antara antara tujuan yang ingin dicapai dengan kondisi sekolah saat ini.Selisih antara tujuan yang diinginkan dengan kenyataan saat ini.Dibuat rincian pada beberapa tahun (misalnya 2005, 2006, 2007, dst).

Contoh:

Jika tujuannya berbunyi: Pada tahun 2005 memiliki GSA sebesar +2, sementara saat ini baru mencapai +0,4. Berarti tantangan nyata yang dihadapi oleh sekolah adalah (+2) – (+0,4) = (+1,6). Jika pada

86

www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Berorientasi Pelayanan Publik

tahun 2005, survey pengaduan stake holders mengharapkansekolah memiliki tim olah raga

minimal 3 cabang dan menjadi inalis tingkat

kabupaten; sementara saat ini baru punya 1 tim

cabang olah raga dan menjadi inalis di tingkat

kecamatan, maka tantangan nyatanya adalah:

Menambah 2 tim cabang olahraga

Meningkatkan 1 peringkat (dari kecamatan ke kabupaten) untuk 1 cabang olahraga

Meningkatkan 2 peringkat untuk 2 cabang olah raga.

6. Menentukan Sasaran

Rumusannya menggambarkan mutu dan kuantitas yang ingin dicapai serta terukur.

Mengacu kepada visi, misi dan tujuan sekolah.

Berupa tujuan jangka pendek atau tujuan situasional sekolah, umumnya 1 tahunan.

Merupakan perioritas dari beberapa tujuan yang dirumuskan dalam jangka menengah.

Contoh: Pada tahun ajaran 2005, sekolah X: (a) memiliki GSA sebesar +0,40 (2), memiliki tim

olahraga bola voli yang menjadi inalis di tingkat

kabupaten/kota.

7. Mengidentiikasi Fungsi-Fungsi

Fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai

sasaran perlu diidentiikasi. Fungsi-fungsi

tersebut adalah fungsi PBM beserta fungsi-fungsi pendukungnya: kurikulum,perencanaan dan evaluasi, fungsi ketenagaan, fungsi keuangan, fungsi pelayanan kesiswaan, fungsi pengembangan iklim sekolah, fungsi hubungan sekolah dengan masyarakat dan fungsi pengembangan fasilitas.

Dalam dokumen a2578618 4755 4061 915c 737d9cbc7457 (Halaman 85-88)