• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN BACAAN: PERAN SERTA

Dalam dokumen a2578618 4755 4061 915c 737d9cbc7457 (Halaman 120-124)

Masyarakat dan

Stakeholder

dalam

Pelayanan Publik

di Sekolah

...

agar peserta

menguasai

peningkatan peran

serta masyakarat

dan stakeholder

...

MODUL 5

A. PENDAHULUAN

Salah satu esensi regulasi tentang desentralisasi dan otonomi daerah bidang pendidikan adalah pemberian wewenang, peluang dan keleluasaan yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada daerah dan masyarakat untuk mengatur dan menyelenggarakan urusan wajib bidang pendidikan. Disamping melaksanakan kewenangan bidang pendidikan atas prakarsa sendiri sesuai dengan kepentingan masyarakat dan potensi daerah setempat.

Dalam perspektif teoritik, desentralisasi dan demokratisasi pengelolaan pendidikan mengamanatkan penerapan prinsip-prinsip tranparansi, akuntabilitas dan partisipasi (TAP) dalam setiap pengelolaan bidang pendidikan. Berarti, dalam perencanaan, pelaksaksanaan dan pengendalian setiap bidang pendidikan harusmemberikan peluang, kesempatan dan

BAHAN BACAAN:

PERAN SERTA

MASYARAKAT DAN

STAKEHOLDER

DALAM PENINGKATAN

PELAYANAN PUBLIK DI

SEKOLAH

B. MAKNA DAN PARTISIPASI

MASYARAKAT

Partisipasi adalah suatu term yang menunjuk kepada adanya keikutsertaan secara nyata dalam suatu kegiatan. Partisipasi adalah keterlibatan

mental, emosional dan isik orang-orang dalam

suatu kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusikepada tujuan kelompokdan berbagai tanggung jawab dalam pencapaian tujuan itu.Partisipasi dapat dikategorikan menjadi (1) partisipasi bebas (spontan dan akibat penyuluhan), dan (2) partisipasi paksaan sebagai konsekuensi dari hukum, kondisi sosial ekonomi dan kebiasaan setempat.

Partisipasi juga terkait dengan adanya kerjasama dengan banyak pihak. Dalam kerjasama itu orang mengaktualisasikan diri dengan merealisasikan segenap kemampuannya. Ada beberapa

kualiikasi partisipasi yaitu positif, kreatif, kritis-

korektif-konstruktif, dan realistis. Suatu partisipasi dinyatakan positif jika mendukung kelancaran usaha bersama guna mencapai tujuan yang diinginkan. Suatu partisipasi dinyatakan keatif jika keterlibatan seseorang selalu dilandasi oleh adanya daya cipta. Partisipasi dikatakan kritis-korektif-konstruktif manakala keikutsertaan dilakukan dengan mengkaji suatu bentuk kegiatan, menunjukkan kekurangan atau kesalahan dan memberikan alternatif yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Partisipasi dinyatakan realistis manakala keterlibatan dengan memperhitungkan realitas yang ada.

akses kepada semua pihak (multi stakeholder)

untuk mengetahui informasi; melakukan audit,

bertanya, dan menggugat pertanggungjawaban;

terlibat secara aktif, berkontribusi, melakukan

pengawasan dan memanfaatkan hasil pendidikan. Selain memenuhi tuntutan proses desentralisasi dan demokratisasi, keharusan untuk menerapkan prinsip-prinsip TAP juga terkait dengan reformasi pelaksanaan berbagai proyek/program pendidikan terdahulu yang hampir menjadi mitos, ialah

ketikahabis proyek, maka habis pula kegiatan. Dengan penerapan prinsip TPA diharapkan dapat menjamin sustainabelitas program pembangunan bidang pendidikan.

Dalam rangka penerapan prinsip-prinsip TAP,

diperlukan upaya identiikasi, penetapan dan

pelibatan stakeholder bidang pendidikan, agar terdapat keperpihakan yang bermutu dan nyata serta menjadi suatu gerakan bersama (collective action) yang mendukung pengelolaan program pendidikan.

Jumlah, ragam kepentingan dan pengaruh

stakeholder dalam pembangunan pendidikan cukup tinggi. Oleh karena itu, tidaklah mudah untuk melakukan penetapan dan pelibatan stakeholder

dalam sebuah program. Diperlukan cara-cara yang tepat sehingga penetapan dan pelibatannya memenuhi persyaratan teknis dan politis, disamping pemahaman kearifan lokal yang selama ini dijunjung tinggi oleh masyarakat pada tingkatan lokal.

120

www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Berorientasi Pelayanan Publik

Partisipasi adalah suatu term yang menunjuk kepada adanya keikutsertaan secara nyata dalam suatu kegiatan. Partisipasi masyarakat dalam kebijaksanaan pendidikan adalah keikutsertaan masyarakat dalam memberikan gagasan, kritik membangun, dukungan dan pelaksanaan kebijaksanaan pendidikan.

Partisipasi berarti turut serta dalam suatu kegiatan. Partisipasi adalah keterlibatan mental, emosional

dan isik orang-orang dalam suatu kelompok

yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusikepada tujuan kelompokdan berbagai tanggung jawab dalam pencapaian tujuan itu ( Davis, 1990). Partisipasi dapat dikategorikan menjadi (1) partisipasi bebas (spontan dan akibat penyuluhan), dan (2) partisipasi paksaan sebagai konsekuensi dari hukum, kondisi sosial ekonomi dan kebiasaan setempat (Duseldorps, 1981).

Partisipasi juga terkait dengan adanya kerjasama dengan banyak pihak. Dalam kerjasama itu orang mengaktualisasikan diri dengan merealisasikan segenap kemampuannya. Ada beberapa

kualiikasi partisipasi yaitu positif, kreatif, kritis-

korektif-konstruktif, dan realistis. Suatu partisipasi dinyatakan positif jika mendukung kelancaran usaha bersama guna mencapai tujuan yang diinginkan. Suatu partisipasi dinyatakan keatif jika keterlibatan seseorang selalu dilandasi oleh adanya daya cipta. Partisipasi dikatakan kritis-korektif-konstruktif manakala keikutsertaan dilakukan dengan mengkaji suatu bentuk kegiatan, menunjukkan kekurangan atau kesalahan dan memberikan alternatif yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Partisipasi dinyatakan realistis manakala keterlibatan

dengan memperhitungkan realitas yang ada. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan, termasuk pembangunan pendidikan, terdiri atas: (1) partisipasi buah pikiran, (2) partisipasi keterampilan, (3) partisipasi tenaga, (4) partisipasi harta benda, dan (5) partisipasi uang (Hamijoyo, 1977). Partisipasi dalam pembangunan pendidikan meliputi partisipasi dalam perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan dalam suatu program pendidikan. Strategi untuk meningkatkan partisipasi dapat dilakukan dengan (1) membuat rancangan kebijakan, (2) menginformasikan rancangan itu ke masyarakat yang akan terlibat, (3) mengumpulkan tanggapan masyarakat tentang isi rancangan kebijakan, (4) memadukan pendapat masyarakat dengan rancangan kebijakan, (5) membuat kebijakan baru yang mengarah pada pelaksanaan

(Sewel, 1977).

Dalam sistem pemerintahan yang 'top down' partisipasi masyarakat dalam kebijaksanaan- kebijaksanaan yang dibuat dan diimplementasikan tidak begitu dipermasalahkan; tetapi pada sistem pemerintahan yang 'bottom up', tingginya partisipasi masyarakat dalam implementasi kebijaksanaan, dapat dijadikan sebagai indikasi sukses tidaknya kebijaksanaan.

Muhadjir (1982) menggolongkan partisipasi masyarakat ke dalam tipologinya, yakni partisipasi kuantitatif dan partisipasi kualitatif. Partisipasi kuantitatif menunjuk kepada frekuensi keikutsertaan terhadap implementasi kebijaksanaan, sementara partisipasi kualitatif menunjuk pada tingkat dan derajatnya.

Koentjoroningrat (1982) menggolongkan partisipasi masyarakat berdasaran posisi individu dalam kelompoknya. Pertama, partisipasi masyarakat dalam aktivitas bersama dalam proyek khusus; kedua, partisipasi anggota masyarakat sebagai individu dalam aktivitas bersama pembangunan. Miftah Thoha (1984) menggolongkan partisipasi masyarakat ke dalam tiga golongan, yaitu: (1) partisipasi mandiri yang merupakan usaha berperan serta yang dilakukan secara mandiri oleh pelakunya, (2) partisipasi mobilisasi, (3) partisipasi seremoni.

Partisipasi masyarakat juga dapat dilihat dari cakupannya, yaitu partisipasi secara sempit, partisipasi secara luas dan partisipasi yang merupakan lawan dari kegiatan politik (Kompas, 10 Desember 1983). Secara luas, partisipasi dapat diartikan sebagai demokratisasi politik: masyarakat yang menentukan tujuan, strategi dan perwakilannya dalam pelaksanaan kebijaksanaan atau pembangunan. Secara sempit, partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan proses perubahan dan pengembangan masyarakat sesuai dengan arti pembangunan sendiri. Sebagai lawan dari kegiatan politik. Partisipasi dapat diartikan sebagai golongan-golongan masyarakat yang berbeda-beda kepentingannya dididik mengajukan secara rasional keinginannya dan menerima suka rela keputusan pembangunan.

Setelah kebijaksanaan pendidikan yang digulirkan oleh pembuat dan pelaksana kebijaksanaan, umumnya mendapat respons dari masyarakat. Meskipun mungkin suatu kebijaksanaan tidak didukung oleh sebagian masyarakat tetapi haruslah

disadari bahwa sebagian masyarakat yang lainnya pasti ada yang mendukung. Heterogenitas masyarakat memungkinkan hal tersebut. Pasti ada di antara lapisan masyarakat yang mau berpartisipasi dalam kebijaksanaan yang dibuat, seberapapun partisipasinya dan sekadar apapun partisipasinya. Meskipun mungkin pembuat dan pelaksana kebijaksanaan tersebut tidak mengupayakan sama sekali partisipasi masyarakat.

C. STAKEHOLDER SEKOLAH

Stakeholder adalah berbagai pihak yang berkepentingan dan atau terkena dampak suatu proyek/program. Stakeholder bidang pendidikan adalah berbagai pihak yang berkepentingan dan atau terkena dampak suatu proyek/program pendidikan. Stakeholder dalam pembentukan perda pendidikan adalah pihak-pihak yang berkepentingan dan atau terkena dampak keberadaan dan

implementasi perda pendidikan. Oleh karena itu, informasi dan peran aktif multi stakeholder sangat diperlukan, termasuk dalam penerapan fungsi kontrol atas pelaksanaan perda bidang pendidikan.

Identiikasi stakeholder bidang pendidikan adalah proses menemu-kenali pihak-pihak yang berkepentingan dan atau terkena dampak program pendidikan, serta pemahaman dan kepedulian mereka terhadap program-program partisipatif, termasuk dalam proses pembuatan perda pendidikan.

Sementara itu, analisis stakeholder adalah proses pemberian kategori (categorizing)stakeholder

122

www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Berorientasi Pelayanan Publik

tinggi serta menetapkan tingkat kesesuaian peran yang diperlukan dalam proses pembuatan dan pelaksanaan Perda pendidikan.

Secara umum identiikasi dan analisis stakeholeder

ini bertujuan menemukan, memetakan dan merekomendasikan stakeholder yang tepat untuk dilibatkan secara aktif dalam proses pembentukan perda pendidikan. Adapun secara khusus bertujuan: (1) menemukenali stakeholder yang mempunyai relevansi dengan proses pembentukan perda pendidikan, (2) mengetahui peran stakeholder utama dalam pengelolaan pembangunan pendidikan, (3)

mengetahui pengaruh dan kepentingan stakeholder

utama dalam pengelolaan pembangunan partisipatif bidang pendidikan, (4) mengetahui pengalaman

stakeholder utama dalam mengupayakan

pengelolaan pembangunan pendidikan yang seusai dengan nilai-nilai TAP, dan (5) merekomendasikan

stakeholder utama yang tepat untuk dapat dilibatkan secara aktif dalam pengelolaan pembangunan pendidikan.

Hal-hal, baik nilai maupun proses yang harus

diterapkan dalam identiikasi dan analisis

stakeholder, adalah: (1) keterlibatan yang

representatif; prinsip ini bermaksud untuk memberi peluang kepada pihak-pihak di wilayah atau komunitas tertentu untuk berperan serta dalam pengelolaan program pendidikan, (2) relevan; prinsip ini bermaksud untuk melakukan seleksi para pihak terlibat yang benar-benar tepat dengan mempertimbangkan pengalaman dan kompetensinya di bidang pendidikan, (3) kesetaraan gender; dengan prinsip ini diharapkan akan terjadi keseimbangan proporsi jumlah dan peran antara

laki-laki dan perempuan dalam bidang pendidikan.

Sasaran yang dimaksudkan di sini adalah pihak- pihak atau unsur berupa orang, baik individu maupun kelompok, serta dokumen tertulis yang berperan sebagai sumber informasi bagi penyusunan perda pendidikan. Biasanya, memulai analisis stakeholder dari sumber tertulis, seperti laporan atas hasil pengelolaan proyek/program sebelumnya maupun publikasi di media massa

berdasarkan sumber tertulis.

D. JENIS PARTISIPASI

MASYARAKAT DAN

STAKEHOLDER TERHADAP

Dalam dokumen a2578618 4755 4061 915c 737d9cbc7457 (Halaman 120-124)