• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5) Pe modelan pertumbuhan tanaman Shorea leprosula

5.3 Analisis Vegetasi Tegakan Tinggal

5.3.6 Analisis vegetasi kelompok jenis

5.3.6 Analisis vegetasi kelompok jenis

a. Indek nilai penting kelompok jenis

Dalam praktek pengelolaan hutan jenis pohon sering dipisahkan menjadi beberapa kelompok, seperti kelompok meranti, dipterocarp non meranti dan komersial lain (Balitbanghut 2008, Rombe 1981, Wahyudi & Matthew 1996) atau kelompok komersial ditebang, komersial tidak ditebang dan jenis lain (Indrawan 2000) atau kelompok dipterocarp, non dipterocarp dan non komersial (Pamoengkas 2006). Dephut (1997b) mengelompokan pohon berdasarkan tarif provisi sumber daya hutan (PSDH) dan dana reboisasi (DR) yang terdiri dari kelompok meranti, kelompok rimba campuran, kelompok kayu indah dan kelompok kayu ebony. Dalam penelitian ini, pohon-pohon dalam hutan dikelompokan berdasarkan sifat botani (kesamaan famili) serta kemudahan dalam pembayaran PSDH dan DR, yaitu kelompok meranti, dipterocarp non meranti, rimba campuran (ditebang), kayu indah (ditebang) dan komersial lain (tidak ditebang).

Pada beberapa analisis yang lain, ke-5 ke lompok ini dapat dilebur menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu kelompok meranti, dipterocarp non meranti dan komersial lain. Kelompok terakhir (komersial lain) merupakan gabungan dari kelompok rimba campuran, kayu indah dan komersial lain.

Analisis vegetasi tingka t semai, pa ncang, tiang dan po hon pada kelompok jenis meranti, dipterocarp non meranti dan komersial lain diperlukan untuk mempermudah menganalisis struktur dan komposisi vegetasi berdasarkan kelompok jenisnya. INP pada hutan bekas tebangan (Et+0) sistem TPTII pada kelerengan datar- landa i dan agak curam-curam untuk ketiga kelompok jenis di atas disajikan dalam Tabel 26. Struktur dan komposisi tegakan, khususnya tingkat pohon, pada kelerengan datar-landai dan agak curam-curam masih relatif sama dan kelompok jenis meranti masih mendominasi pada kedua daerah tersebut, menyusul kelompok komersial lain, karena terdiri dari banyak jenis, dan kelompok dipterocarp non meranti. Pada tingkat semai dan pancang kelompok jenis komersial lain paling menonjol, menyusul kelompok meranti dan dipteroc arp non meranti.

Tabe l 26. Indek nilai penting kelompok jenis pada hutan bekas tebangan (Et+0)

b) Kerapatan kelompok jenis

Kerapatan kelompok jenis adalah jumlah individu per ha yang terdapat dalam kelompok jenis tersebut sesuai dengan tingkat pertumbuhannya (semai, pancang, tiang, pohon). Data ini diperlukan untuk mengetahui kondisi hutan (produktif atau tidak produktif, layak diperkaya atau tidak dan lain- lain) serta menentukan kebijakan yang aka n dilakuka n sehubungan dengan kondisi hutan tersebut.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 200/Kpts-II/1994 (Dephut 1994) bahwa kriteria hutan produksi alam yang tidak produktif adalah:

1) Pohon int i yang berdiameter minimum 20 cm kurang dari 25 pohon/ha 2) Pohon induk kurang dari 10 pohon/ha

3) Permudaan alam kurang, yaitu:

a) Permudaan tingkat semai kurang dari 1.000 batang/ha b) Permudaan tingkat pancang kurang 240 batang/ha c) Permudaan tingkat tiang kurang dari 75 batang/ha.

Menurut Prof. Dr. A. Indrawan (wawancara), perhitungan tersebut didasarkan pada jumlah petak ukur (PU) per ha sesuai tingkat pertumbuhan dikalikan dengan 100%, 75%, 60% dan 40% masing- masing untuk tingkat pohon, tiang, pancang dan semai, sebagai berikut:

Tingkat Kelompok Jenis Kelerengan datar-landai Kelerengan agak curam-curam

KR (%) FR (%) FR (%) INP (%) KR (%) FR (%) FR (%) INP (%)

Meranti 40,588 19,101 59,689 34,6491 23,6364 58,285

Semai

Dipt.non meranti 5,294 12,360 17,654 0,8772 3,6364 4,514

Komersial lain 54,118 68,539 122,657 64,4737 72,7273 137,201

Meranti 35,019 17,582 52,602 9,226 19,697 28,923

Pancang

Dipt.non meranti 9,339 9,890 19,229 8,333 7,576 15,909

Komersial lain 55,642 72,527 128,169 82,440 72,727 155,168

Meranti 45,669 21,538 44,747 111,955 56,1151 31,9444 56,4938 144,5534

Tiang

Dipt.non meranti 19,685 23,077 20,738 63,500 10,7914 18,0556 9,8648 38,7118

Komersial lain 34,646 55,385 34,515 124,545 33,0935 50,0000 33,6413 116,7349

Meranti 49,268 30,172 59,883 139,323 57,792 39,024 64,732 161,549

Pohon

Dipt.non meranti 12,195 16,379 10,385 38,960 9,740 12,195 7,693 29,628

1) Tingkat pohon = (10.000 m2/400 m2) x 100% = 25 (batang/ha) 2) Tingkat tiang = (10.000 m2/100 m2) x 75% = 75 (batang/ha) 3) Tingkat pancang = (10.000 m2/ 25 m2) x 60% = 240 (batang/ha) 4) Tingkat semai = (10.000 m2/ 4 m2) x 40% = 1.000 (batang/ha) Berdasarkan SK Dirjen Pengusahaan Hutan Nomor 151/Kpts/IV-BPHH/1993 (Ditjen PH 1993) bahwa areal bekas tebangan pada IUPHHK tidak perlu diperkaya

(enrichment planting) apabila memenuhi persyarakatan sebagai berikut: 1) Mempunyai pohon inti minimal 1 batang/PU (1x25 PU= 25 btg/ha) atau

2) Mempunyai permudaan tiang minimal 2 batang/PU (2x100 PU=200 btg/ha) atau 3) Mempunyai permudaan pancang minimal 4 batang/PU (4x400 PU)=1600 btg/ha 4) Mempunyai permudaan semai minimal 8 batang/PU (8x2500 PU)=20.000 btg/ha Berdasarkan hasil analisis vegetasi seperti terlihat pada Tabel 27, dapat diketahui bahwa kerapatan pohon pada lokasi penelitian lebih dari yang dipersyaratkan, begitu pula hasil analisis vegetasi pada hutan bekas tebangan ET+0 di PT Ratah Timber Co (Indrawan 2000) dan PT Sari Bumi Kusuma (Pamoengkas 2006).

Tabe l 27. Kerapatan tingkat semai, pancang, tiang dan pohon pada hutan bekas teba ngan (Et+0) di lokasi penelitian dan beberapa tempat lain.

Kriteria yang dibuat Dephut (1994) untuk menentukan status hutan alam produksi yang produktif atau tidak produktif dalam rangka kelayakan untuk dikonversi menjadi hutan tanaman. Dengan demikian lokasi penelitian yang terdapat di areal PT Gunung Meranti, PT Ratah Timber Co dan PT Sari Bumi Kusuma tersebut masuk

Tingkat Kelompok Jenis PT Gunung Meranti (Btg/ha) PT RTC PT SBK Kepmenhut Dirjen PH Datar-landai Ac-curam Rata-rata Btg/ha* Btg/ha** No.200 (Btg/ha) No.151 (Btg/ha)

Meranti 8.214 9.875

Semai Dipt.non meranti 1.071 250 24.369 23.966 19.312 1000 20.000 Komersial lain 10.952 18.375

Meranti 1.714 620

Pancang Dipt.non meranti 457 560 5.808 3.546 2.260 240 1.600

Komersial lain 2.724 5.540

Meranti 116 82

Tiang Dipt.non meranti 50 16 200 193 377 75 200

Komersial lain 88 48

Meranti 101 93

Pohon Dipt.non meranti 25 16 183 126 188 25 25

Komersial lain 79 53

Keterangan * ) Terdiri dari kelompok komersial ditebang, komersial tidak ditebang dan jenis lain (Indrawan 2000) **) Terdiri dari kelompok dipterocarp, non dipterocarp dan non komersial (Pamoengkas 2006) PT RTC : PT Ratah Timber Co; PT SBK: PT Sari Bumi Kusuma

dalam kriteria hutan alam produksi yang produktif dan tidak layak dikonversi menjadi hutan tanaman (Tabel 25).

Kriteria yang dibuat Ditjen PH (1993) untuk menentukan apakah areal hutan alam produksi bekas tebangan harus diperka ya atau tidak dalam rangka kegiatan penanaman pe ngayaan (enrichment planting) sistem TPTI. Denga n demikian lokasi penelitian yang terdapat di areal PT Gunung Meranti, PT Ratah Timber Co dan PT Sari Bumi Kusuma tersebut masuk dalam kriteria hutan alam produksi bekas tebangan yang tidak perlu dilakukan kegiatan penanaman pengayaan karena tingkat kerapatan tegakan masih tergolong tinggi (Tabel 25).

Menurut Bettinger et al. (2009), Davis dan Johnson (1987), Meyer et al. (1961) dan Suhendang (1995) sebaran diameter tegakan hutan menyerupai J terbalik dengan pola persamaan eksponensial: q=qo.e-cDBH. Persamaan tersebut mengandung komponen negatif pada diameter (DBH) yang berarti semakin besar diameter pohon maka semakin sedikit populasinya (N). Gambaran penyebaran diameter pohon-pohon penyusun tegakan hutan alam di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 32.

Gambar 32. Perbandingan penyebaran pohon dengan indikator kerapatan tingkat semai, pancang, tiang dan pohon

Pada Gambar 32 nampak bahwa kerapatan tingkat semai (mencerminkan pohon-pohon berdiameter paling kecil) adalah yang paling tinggi menyusul kerapatan tingkat pancang (mencerminkan pohon-pohon berdiameter kurang dari 10 cm), kerapatan tiang (mencerminkan pohon-pohon berdiameter 10-19,9 cm) dan kerapatan

0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000

Semai Pancang Tiang Pohon

Ju

m

lah pohon (

N

/ha)

pohon (mencerminkan pohon-pohon berdiameter 20 cm ke atas) sehingga membentuk grafik yang menyerupai huruf J terbalik.