• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANTARA BISNIS MLM DAN TINGGAL DI RUMAH PAK DOKTER

Dalam dokumen KISAH PERJALANAN SEORANG INSAN BIASA DAL (Halaman 137-140)

Selama aku mengajar di LPK Aishiro Gakuen aku mendapat jam ngajar mulai dari pukul: 08.00-16.000 WIB. Aku mendapat honor Rp. 20.000,- per jam saat itu. Disamping itu, aku juga diajak ikut bisnis jaringan pulsa yang lagi terkenal saat itu, yaitu DBS (Duta Bisnis School). Aku diperkenalkan bisnis tersebut pertama kali oleh temanku yang pernah tinggal di satu dershane, yaitu: Ridlona Fultanegara. Selama hampir satu tahunan aku menekuni bisnis MLM (Multi Level Marketing) tersebut. Saat menjalani bisnis tersebut, aku mengenal teman- teman baru lagi, diantaranya: Oen, Ridhlo, Rahman, Andrian, Ghani, dan lainnya.

Saat mengembangkan bisnis jaringan atau memprospek calon member baru, aku sering mendapat pulsa gratis dari para up line-ku karena aku dianggap sebagai member baru yang paling semangat saat itu. Waktu itu para up line kami yang mempunyai jaringan kaki kanan atau kirinya yang membernya sudah terdiri dari 800 orang atau lebih yang aktif, sebagai member sekaligus up line kami per minggunya mendapat bonus saldo pulsa dari perusahaan sekitar 5.00.000 sampai sekitar 1.000.000 bahkan ada yang lebih. Belum lagi bonus-bonus lainnya. Karena melihat bonus-bonus tersebut aku dan teman-teman menjadi bersemangat untuk menjalani bisnisnya. Sampai-sampai aku pernah dibantu oleh up line untuk mengembangkan jaringan di luar kota Semarang yaitu di daerah tempat kelahiranku sendiri.

Selama mengikuti bisnis jaringan tersebut aku dan teman-teman anggota lainnya pun setiap seminggu sekali mengadakan rapat evaluasi member antar jaringan. Sebagai member kami juga kadang mengadakan pertemuan di rumah manager kami bernama Ustadz Suyono di daerah Ungaran yang sudah meraih penghargaan mobil saat itu. Dari belajar di bisnis jaringan aku pun semakin banyak mempunyai banyak teman atau kenalan di lapangan.

Awalnya aku tinggal di masjid PIP Semarang bersama Rikza temanku yang kuliah di UNDIP jurusan S1 Perikanan saat menjalani bisnis DBS tersebut. Kemudian, gara-gara saat keasyikan menjalani bisnis DBS aku sering mengabaikan tugas-tugasku sebagai penghuni masjid PIP (Pendidikan Ilmu Pelayaran) kemudian aku dan Rikza disuruh pindah dari masjid tersebut oleh ta’mirnya karena sebagai teman Rikza pun mendukung kegiatanku tersebut. Rikza pun sudah gabung menjadi member DBS meskipun ikut anggotanya jaringan yang lain. Walaupun berbeda line kami pun tidak pernah ada masalah. Setelah itu, pada pertengahan bulan Agustus 2009 aku pindah ke rumahnya pak dokter atas tawaran temanku bernama Barruna Adi Nugraha.

Kemudian, aku tinggal di rumah Pak dokter mulai pertengahan bulan Agustus 2009 sampai pada awal bulan April 2013 setelah aku diterima menjadi dosen luar biasa untuk mengajar Bahasa Jepang di STIKES AN-NUR Purwodadi. Saat di rumah pak dokter aku bisa fokus menjalani bisnis jaringanku. Pak dokter sekeluarga juga ikut menjadi member di bisnis yang aku jalani tersebut. Tetapi setelah aku dikenalkan bisnis baru oleh Pak Prawoto tentang bisnis jaringan baru bernama Bank Pulsa kemudian aku dan Pak Dokter beralih untuk gabung ke bisnis baru tersebut. Beberapa up line-ku dari DBS juga ikut gabung di bisnis tersebut meskipun awalnya aku kenalkan bisnis tersebut mereka kurang ada minat untuk bergabung. Mereka akhirnya gabung menjadi member tetapi ikut dengan jaringan yang lain. Itulah bisnis jaringan. Calon member yang kita prospek yang awalnya minat atau bahkan tidak minat dengan bisnis jaringan tersebut bisa jadi ikut menjadi member dari jaringan kita sendiri atau menjadi member dari jaringan yang lain. Itu merupakan suatu hal yang biasa dan umum terjadi dalam bisnis MLM.

Sebenarnya aku mengenal bisnis jaringan pertama kali saat masih kuliah pada semester III D3 Bahasa Jepang di UNDIP dulu. Aku dikenalkan bisnis Tianshi dari China oleh seorang teman yang menjadi pustakawan di perpustakaan masjid Diponegoro, Semarang bernama mas Abdul Muntholib. Awalnya aku pun kurang minat dengan bisnis tersebut karena dengan menjalani bisnis tersebut sama saja dengan seperti berjualan obat, dan harus pintar ngomong apalagi untuk merekrut atau mencari member baru sebagai downline-ku. Karena sering diprospek dengan sering ditraktir makan, diajak ke pertemuan gratis dan lain- lain aku akhirnya mau juga untuk gabung menjadi member baru. Up line aku saat itu adalah mas Tholib karena aku bergabung dibawahnya dia sedangkan mas Tholib downlinenya Pak Usman dan Pak Usman adalah downlinenya Pak Sattar seorang dosen dari IAIN Walisongo, Semarang. Ternyata setelah aku mengikuti acara seminarnya beberapa kali sebagai member Tianshi, aku melihat member-membernya waktu itu mulai dari kalangan bawah hingga kalangan atas yang menjalani bisnis tersebut. Ada member yang berprofesi sebagai pedagang kaki lima, guru, dosen, pegawai PEMDA Semarang, anggota DPR, polisi dan lainnya. Jadi, yang bisa ikut gabung menjadi member dalam bisnis tersebut tidak memandang dari kalangan mana saja.

Akhirnya karena merasa titik kejenuhan dalam bisnis jaringan yang aku ikuti semua tersebut sudah mulai memuncak, kemudian aku lepas semua untuk tidak fokus di bisnis jaringan lagi. Bisnis jaringan yang sudah aku ikuti antara lain; Tianshi, DBS, BANK PULSA,

K-Link, Mileilia, dan lainnya. Aku sudah tidak mau ikut bisnis jaringan apapun lagi karena ingin fokus untuk lanjut ke S1 Sastra Jepang di UNDIP saat itu.

Selama tinggal di rumah Pak Dokter aku diberikan beberapa tugas oleh beliau, antara lain: menggantikan Pak Dokter untuk hadir di Rapat RT, Mencabut rumput, Mengecek air pam, dan lainnya. Aku tinggal dirumah Pak Dokter bersama Bambang, Barruna dan aku dalam satu kamar. Kemudian ditambah satu orang lagi si Wiwit. Kamar yang aku tempati bersama teman-teman cukup luas jadi bisa diisi lebih dari dua orang dalam satu kamar. Setiap kamar ada fasilitas ac, springbed, dan lemari baju. Aku dan teman-temanku tidak disuruh untuk membayar uang bulanan saat itu. Mereka sudah menganggap kami seperti keluarganya sendiri. Kami sangat berterima kasih sudah diberikan ijin untuk tinggal atau menumpang disana tanpa harus membayar uang sewanya. Semoga semua itu menjadi ladang pahala di akhirat nanti bagi Pak Dokter sekeluarganya. Kami hanya bisa memberikan balasan doa atas semua jasa dan kebaikan Pak Dokter sekeluarga. Amin YRA.

Tidak ada orang yang sebaik Pak Dokter saat itu, aku bukanlah siapa-siapanya, bukanlah anak kandungnya, bukanlah kerabat dekatnya, tetapi beliau sekeluarga mau menerima aku menumpang dirumahnya semenjak aku lulus D3 Bahasa Jepang hingga aku lulus dari S1 Sastra Jepang. Selain diijinkan untuk tinggal dirumahnya aku pun sering mendapat uang saku tambahan dari keluarga Pak Dokter. Beliau sudah seperti ayah angkatku sendiri saja dan Tante Yoyok juga sudah seperti Ibu angkatku juga. Begitu banyak jasa yang sudah mereka berikan kepadaku saat itu.

Waktu itu, saat usai merayakan hari raya Idul Fitri aku diajak makan malam di rumah makan di daerah dekat Pantai Marina, Semarang. Waktu itu awalnya yang mau diajak aku dengan Bambang karena memang aku, dan dia yang menjadi penghuni satu-satunya yang berada dirumah Graha Wanamukti saat itu. Karena si Bambang teman sekamarku yang sama- sama tinggal dirumah Pak Dokter lagi belum kembali ke Semarang jadi hanya aku yang diajak oleh beliau dan keluarganya. Seumur-umur aku baru merasakan makan daging ikan hiu saat itu karena berawal dari dipesankan sate baby ikan hiu oleh anaknya Pak Dokter yang pertama, yaitu Barruna.

Selama tinggal di rumah Pak Dokter aku juga mengenal banyak teman dari komplek rumah Pak Dokter. Aku mengenal teman-teman baru lagi saat pertama mengikuti kegiatan rapat RT (Rukun Tetangga) di Komplek Bumi Graha Wanamukti di Jalan Graha Wanamukti Maple 3B, Semarang. Mereka antara lain: Pak Winarta selaku RT, Pak Hendro sebagai

sekretaris kedua, Pak Mulyo sebagai sekretaris pertama, Pak Budi Arthono sebagai bendaharanya, Pak Wisnu karena beliau adalah seorang Polisi maka dipilih sebagai seksi keamanannya, Pak Imam sebagai seksi keagamaannya, Pak Catur, Pak Samsul, Pak Dito, Pak Siwi dan lainnya.

Kami mengadakan evaluasi tentang kegiatan RT setiap sebulan sekali. Kadang- kadang acara rapat diadakan di komplek, kadang juga diadakan di lesehan di daerah simpang lima dan bahkan rapat juga pernah diadakan di restoran di daerah Semarang dengan tujuan agar kegiatan tidak menjadi membosankan kalau diadakan di komplek terus-menerus. Begitu banyak kenangan yang indah saat tinggal di Komplek Graha Wanamukti saat itu. Karena keluarga Pak Dokterlah aku mengenal banyak orang-orang hebat disana. Dan dari sana pula lah aku belajar bersosialisasi dalam masyarakat yang sebenarnya dengan latar belakang yang berbeda-beda mulai dari segi agama dan lainnya.

Dalam dokumen KISAH PERJALANAN SEORANG INSAN BIASA DAL (Halaman 137-140)