• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKOLAH DI MAN 1 SEMARANG

Dalam dokumen KISAH PERJALANAN SEORANG INSAN BIASA DAL (Halaman 100-103)

Setelah lulus dari MTS Al-Hamidah Kuwu aku ingin melanjutkan sekolahku lagi. Awalnya aku belum ada gambaran kira-kira sekolah mana yang hendak akan aku pilih sebagai tujuanku untuk melanjutkan belajarku karena nilaiku masih pas-pasan juga. Kira-kira sekolah mana yang nantinya yang akan mau menerimaku?. Kemudian, dikala hatiku sedang gundah, Diana temanku sekelas di MTS datang memberikan saran untuk melanjutkan sekolah lagi ke Semarang. ’’Disana ada MAN 1 Semarang, selain sekolah disana kita bisa juga tinggal di pesantren, Gar’’ begitulah kata-katanya. Awalnya aku ragu atas tawarannya Diana karena jaraknya yang lumayan jauh dari tempat tinggalku. Kira-kira harus menempuh waktu sekitar 4 jam kalau naik bus kota untuk menuju kota tersebut.

Akhirnya atas sarannya Diana aku pun merundingkannya dengan orangtuaku. Alhasil, orangtuaku semua menyetujuinya. Meskipun ibuku juga setuju dengan niatku untuk melanjutkan sekolah ke kota Semarang tapi ibuku masih merasa cemas dan hawatir. Tidak demikian dengan ayahku. Beliau hanya memberikan nasihat begini: ’’Sekolah nang ngendi wae ora dadi masalah sing penting temenan olehmu sekolah!!’’. ‘Sekolah dimana saja tak jadi masalah, yang penting serius dirimu dalam sekolah!! ’Begitulah pesannya ayah terhadapku, meski singkat tapi dalam maknanya.

Kemudian aku pun pamit kepada orangtua untuk berangkat bersama Diana menuju ke kota Semarang untuk mendaftar sekolah ke MAN 1 Semarang bersama-sama. Saat sampai di rumahnya Diana ternyata dia sudah berangkat bersama ayahnya sesudah subuh karena kuatir terjadi macet. Akupun tidak tahu karena tidak dihubungi oleh Diana karena Diana juga tidak tahu caranya bagaimana menghubungiku karena waktu itu kami sama-sama belum mempunyai telpon genggam atau HP seperti pada era sekarang ini.

Setelah itu, Ibunya Diana memberiku arahan lewat tulisannya pada secarik kertas. Kira-kira bus jurusan apa saja yang akan aku naiki nanti. Karena waktu itu pertama kalinya aku pergi ke Semarang kuatir kalau-kalau aku nantinya tersesat. Pada kertas yang ditulis ibunya Diana tertulis bahwa: mulai dari pasar kuwu naik bus jurusan ke terminal Purwodadi kemudian ganti bus jurusan ke Semarang kemudian turun di terminal Penggaron Semarang. Setelah itu naik angkotan kota kira-kira 15 menit menuju jurusan ke Pedurungan jangan lupa turun di kiri jalan yang ada papan namanya MAN 1 Semarang.

Itulah pesan singkat yang aku baca pada secarik kertas yang dibawakan untukku dari ibunya Diana. Waktu itu, saat masih tahun 2000 naik bus mulai dari pasar Kuwu menuju terminal Purwodadi hanya cukup membayar Rp 1.500,- untuk penumpang umum. Sedangkan untuk penumpang dari anak sekolah hanya dikenakan biaya sebesar Rp. 500,- saja. Setelah sampai dari terminal Purwodadi, dari terminal tersebut ganti bus menuju ke terminal Penggaron Semarang hanya cukup membayar Rp 3000,- kemudian naik angkotan kota dari Penggaron ke MAN 1 Semarang hanya cukup membayar Rp.500,-. Entah berapa kalau sekarang tarif bus dari Purwodadi ke Semarang. Mungkin udah beda bingits kaleee...

Alhasil, aku pun menemukan lokasi dimana MAN 1 Semarang berada meski awalnya aku bertanya-tanya kepada orang-orang yang aku temui di perjalanan. Sesampainya disana waktu menunjukkan pukul 09.11 WIB. Aku pun bertanya kepada penjaga dimana aku bisa untuk mendaftarkan diri ke bagian pendaftarannya di sekolah tersebut. Setelah selesai

mendaftar akhirnya akupun ketemu dengan Diana disana. Ternyata dari almamaterku sebelumnya, yang melanjutkan sekolah ke MAN 1 Semarang hanya ada 3 orang, yaitu Diana, Maulida dan aku sendiri.

Setelah selesai mendaftar ternyata hari esoknya langsung dilakukan seleksi ujian masuknya. Setiap calon siswa baru setelah selesai registrasi awal akan mendapatkan kupon pendaftaran. Setiap siswa diberikan kupon dengan bertuliskan jadual ujian. Pada kupon tersebut masing-masing siswa berbeda jadual ujian tertulis dan wawancaranya. Jadual ujian pada kupon yang sudah aku peroleh waktu itu adalah ujian tertulis, wawancara dan hapalan ayat suci Al-Qur’an. Hatiku merasa hawatir sebab aku merasa hapalanku hanya sedikit saja waktu itu kira-kira gimana ya nanti pas ujian seleksinya? ’’Itulah gumamku saat itu. Kemudian aku pun terpaksa menginap semalam di rumah kakakku yang letaknya berada di daerah perbatasan Demak di blok HH6 Pondok Raden Patah Semarang demi untuk mengikuti ujian seleksi masuk di sekolah tersebut.

Pada keesokkan harinya tibalah aku menghadapi ujian seleksi wawancara dan setoran hapalan ayat suci Al-Qur’an. Kemudian tibalah pada giliranku untuk menghadapi ujian tersebut. Akhirnya perasaan hawatirku berangsur-angsur sirna karena ujian wawancaranya saat giliranku ternyata hanya di tanya tentang motivasi apa saja aku memutuskan mendaftarkan diri di MAN 1 Semarang, dan hapalan ayat suci Al-Quránnya ternyata aku kebagian mendapatkan ayat kursiy yang sudah sejak SD aku hapal diluar kepala. Setelah selesai mengikuti ujian akupun langsung pulang ke Purwodadi lagi karena pengumuman hasil ujian seleksinya akan diumumkan pada dua minggu kemudian.

Setelah ujian seleksi masuk MAN 1 Semarang selesai kemudian tibalah diumumkan untuk hasil seleksinya. Awalnya aku diterima sebagai siswa cadangan di sekolah tersebut, tapi karena ada dua siswa yang mengundurkan diri dari hasil seleksi penerimaan siswa baru di MAN 1 Semarang dan mungkin lebih memilih ke hasil penerimaan seleksi siswa baru di sekolah lain yang mereka sukai, maka, aku pun resmi diterima menjadi siswa baru di sekolah tersebut.

Sebelum resmi diterima menjadi siswa baru MAN 1 Semarang ternyata lagi-lagi ada kegiatan MOS di sekolah tersebut seperti saat aku menjadi siswa baru di MTS Al-Hamidah dulu. Bedanya, kalau disini MOS diadakan hanya seminggu saja dan tidak ada kegiatan berkemah seperti dulu. Tetapi saat MOS di MAN 1 Semarang lebih banyak mengeluarkan dana untuk keperluan beli ini dan itu yang ditugaskan oleh kakak pembina untuk dibawa ke

kelas saat kegiatan MOS berlangsung. Misalnya, disuruh membawa kayu bakar, mie instant, buah-buahan, bunga mawar, pakaian bekas yang masih layak pakai, dan lain-lain.

Setelah kegiatan MOS berakhir, akupun kembali mengikuti pelajaran sekolah seperti pada umumnya. Di MAN 1 Semarang aku masih mendapatkan pelajaran Fiqih, Bahasa Arab, Qur’an Hadits, Aqidah Akhlaq, dan lainnya seperti saat di MTS Al-Hamidah dulu, bedanya kalau di MAN 1 Semarang ilmunya lebih mendalam lagi. Disamping itu, akupun tinggal di pesantren At-Thahiriyyah, Pedurungan lor yang dipimpin oleh Ust Yusuf. Aku hanya betah tinggal di pondok tersebut hanya dua bulan saja kemudian ada teman sekelas yang mengajakku mampir ke pondok pesantrennya di belakang sekolah MAN 1 Semarang. Setelah beberapa kali mampir ke pondok pesantren temanku, aku mulai menyukai pondok tersebut.

Dalam dokumen KISAH PERJALANAN SEORANG INSAN BIASA DAL (Halaman 100-103)