• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGGAL DI DERSHANE

Dalam dokumen KISAH PERJALANAN SEORANG INSAN BIASA DAL (Halaman 129-137)

Awal semester IV saat masih duduk di bangku D3 Bahasa Jepang, aku mulai akrab dengan teman-teman dari jurusan D3 Bahasa Inggris antara lain: Wawan, Nuno, Jojo, Ponco, Anis, Ariawan, Dicky, Sholihin, Alan, Sulthon dan lainnya. Saat tidak ada jam kuliah waktu itu Wawan mengajakku untuk mampir ke kontrakannya di daerah Jl. Singosari VI no.6, Semarang. Aku juga mengenal teman dari jurusan lain dari Fakultas Ekonomi, misalnya: Ridlona Fultanegara dari Lampung, Doni Hestung Gitomo dari Blora, Faqih, Ghani, dan lainnya. Dari S1 Fakultas Hukum aku mengenal Andi Khoiruddin, Arif Eka Budiawan dan Teguh Yulianto. Kemudian dari jurusan S1 Kedokteran aku mengenal Arif, Mustain, Isnawan, Ivan, Adib, dan Saepul. Dari jurusan S1 Sastra Indonesia aku mengenal Mustofa. Dari jurusan S1 Fisika aku mengenal Afida Ilfa, dari jurusan S1 Matematika aku mengenal Rahmat, dari jurusan S1 Teknik Kimia aku mengenal Alam dan lainnya.

Disana aku merasa suka dengan suasana rumah kontrakannya Wawan. Selain itu, aku juga merasa senang karena sepertinya bukan kontrakan yang biasa seperti pada umumnya. Dari cara mereka menyambut tamu atau teman misalnya. Mereka tidak menunjukkan kesan cuek atau acuh tak acuh saat ada teman yang datang bertamu ke kontrakan Wawan saat itu. Mereka menyambut kedatangan kami dengan hangat dan bersahabat. Disamping itu, saat waktunya makan, sholat dan kegiatan yang lain selalu diterapkan sistem kebersamaan. Jadi, saat makan harus bersama-sama, saat sholat harus berjamaah dan kegiatan kebersamaan lainnya kecuali kalau ada kepentingan tertentu yang mendadak.

Setelah mendapat penjelasan dari Wawan, Andi, dan Doni akhirnya aku tahu kalau kontrakan tersebut namanya adalah Dershane. Kata dershane berasal dari Bahasa Turki yang mempunyai makna semantik yang mengacu pada pondok, rumah, tempat tinggal atau kontrakan. Kata “dershane” tersebut berasal dari dua kata yakni “ders” yang berarti pelajaran dan “shane” yang berarti rumah. Jadi, dershane sendiri bermakna rumah yang diperuntukan bagi siswa yang ingin belajar secata serius ketika akan menghadapi ujian sekolah maupun universitas.

Awalnya dershane di negara Turki digunakan hanya ketika sekolah atupun universitas akan melangsungkan ujian. Siswa/mahasiswa berada di dershane hanya sekitar satu / dua minggu sampai ujian mereka berakhir setelah ujian berakhir mereka pun kembali ke rumah mereka masing-masing. Namun kini dershane berfungsi sama seperti asrama universitas. Uniknya hampir semua jenjang pendidikan memiliki dershane mulai dari SD hingga Univesitas khusus untuk sekolah dasar siswa yang diperbolehkan tinggal di dershane hanya mereka yang berada di kelas 5 sampai 7. Layaknya asrama ia memiliki aturan aturan yang harus dijalankan oleh semua penghuni. Asramanya sendiri dikelola oleh pemerintah dibawah kelola seorang manager dan beberapa stafnya.

Image yang terbentuk dikalangan masyarakat (Trabzon) bahwa siswa/mahasiswa yang tinggal di Dershane berasal dari kalangan menengah keatas, ini dikarenakan biaya untuk tinggal di dershane yang dikelola oleh pemerintah terbilang cukup mahal. Namun, berbeda dengan dershane yang dikelola oleh jemaat (ağbiler), di dershanenya ağbiler (baca:abiler) mereka memberikan subsidi yang cukup besar dengan tujuan dakwah Islam. Bisa dibayangkan satu dershane saja jika dikalkulasikan perbulannya bisa menelan biaya hingga 10 juta Rupiah (jika dirupiahkan). Oleh karena itu, siswa/mahasiswa yang tinggal di dershane hanya dibebankan membayar keperluan mereka sehari-hari saja. Walaupun murah, bukan berarti minim perlengkapan. Justru ia sangat lengkap dan sangat nyaman. Dershane milik jemaat inilah yang kemudian disebut sebagai pondok pesantrennya Turki sedangkan siswa/mahasiswa yang menimba ilmu di dershane disebut sebagai talebe. Itulah sedikit gambaran dershane yang berada di Turki.

Saat awal semester IV D3 Bahasa Jepang dulu, aku memutuskan untuk pindah ke dershane. Waktu itu di Semarang ada beberapa kontrakan yang dijadikan sebagai dershane, antara lain Dershane Nur, Dershane Barla, Dershane Sulthon, dan Dershane Ufuk. Waktu itu aku tinggal di Dershane Nur. Di dershane tempat tinggalku saat itu dipimpin oleh seorang imam yang bernama Doni Abi sedangkan wakilnya adalah Andi Abi. Tugas imam selain menjadi pemimpin di dershane juga menjadi imamnya sholat berjamaah. Disamping itu, tugas imam dershane yang lain adalah memberikan laporan tentang semua kegiatan yang dilakukan oleh penghuni di dershane yang di tempati kepada pemimpin yang lebih tinggi lagi yaitu imamnya dari semua dershane yang ada di Semarang. Waktu itu yang bertugas menjadi imam-nya semua dershane adalah orang Turki, bernama Emin Abi. Dan yang bertugas menjadi penasehat imam-imam dershane adalah Yaenal Akshoy Abi. Abi merupakan

panggilan untuk laki-laki yang dapat disejajarkan dengan kata mas, pak, dan tuan dalam Bahasa Indonesia. Sedangkan untuk panggilan bagi perempuan menggunakan Abla.

Selama tinggal di dershane aku diwajibkan membayar iuran iaşe (uang bulanan untuk hidup). Uang iaşe masing-masing anggota dershane berbeda. Pembayaran uang tersebut sesuai dengan kemampuan masing-masing mahasiswa atau anggota dershane tersebut. Setiap dershane mempunyai aturan sendiri-sendiri. Tergantung imam-imamnya memberikan aturan di dalam dershane yang diterapkan bersama yang sesuai dengan kesepakatan bersama saat rapat. Saat tinggal di Dershane Nur waktu itu ada jadual memasak untuk anggota, ada piket kebersihan, membaca taşbihat (dzikir dan doa bersama dengan membaca buku kecil seperti buku yasin dan tahlil yang ada di sekitar kita) setelah sholat berjamaah, pengajian, dan kegiatan rapat mingguan bersama.

Sedangkan untuk imamnya juga ada kegiatan rapat-rapat yang diadakan bagi imam- imam dershane semua yang dipandu oleh petinggi dari imam dershane dan penasehat semua imam dershane tersebut. Setiap sebulan sekali ada pertemuan atau pengajian (sohbet) untuk semua penghuni dershane yang diadakan di ruang pertemuan yang sudah disediakan oleh abi-abi yang berada di SMP-SMA Semesta di Semarang. Selain sohbet bulanan bagi semua anggota dershane, masing-masing dershane sendiri juga akan mengadakan sohbet sendiri baik diadakan seminggu sekali atau sebulan sekali tergantung dari kesepakatan bersama oleh para penghuni dershane yang sudah dimusyawarahkan pada saat rapat dershane. Disamping itu, setiap hari Sabtu aku juga diberi tugas utuk mengajar Bahasa Jepang di SMP-SMA Semesta.

Saat tinggal di dershane nur seringkali ada kegiatan makan-makan bersama. Apalagi saat ada pengajian (sohbet) rutin bulanan pasti menu makanannya lumayan lengkap yang disediakan di acara tersebut disana. Ada makanan khas Indonesia dan khas Turki juga. Saat bulan puasa tiba, para penghuni dershane juga mendapat undangan untuk berbuka bersama dari abi orang Indonesia maupun dari abi dari orang Turki. Waktu itu, saat bulan Ramadan Dershane Nur pernah diundang untuk buka bersama dengan abi-abi dari Turki diantaranya ada yang dari: Mathin Abi, Rivat Abi, Yaenal Abi, Oemar Abi dan lainnya. Setelah itu Dershane Nur juga gantian mengundang mereka untuk berbuka bersama di dershane kami. Begitu pula dershane-dershane yang lainnya juga mengundang kami dan begitu juga sebaliknya.

Suatu hari, saat liburan semester mahasiswa, semua anggota dershane yang ada di Semarang diajak untuk ikut camping bersama atau liburan bersama. Kebetulan saat itu acara camping diadakan di daerah Istana Tanjung Kodok di daerah Jawa Timur. Acara camping- nya anak dershane tidak seperti pada kegiatan camping yang diadakan di sekolah-sekolah yang ada di Indonesia yang biasa membawa peralatan tenda dan lainnya. Kegiatan camping di wahana objek wisata Tanjung Kodok disana begitu sangat menyenangkan. Ben size çok teşekkür ederim Abi... Kami mengadakan acara tersebut selama seminggu disana. Kami tidak hanya cukup bersenang-senang saja disana tetapi ada juga laporan kegiatan (cetele) tentang buku apa saja yang sudah dibaca oleh kami, tentunya bacaan tentang ke-Islam-an. Penginapan dan makan semua ditanggung oleh PASIAD. PASIAD singkatan dari Pacific Countries Social And Economic Solidarity Association yaitu sebuah lembaga sosial dan pendidikan dari Turki yang telah membangun sekolah di Indonesia, antara lain Lembaga Pendidikan Pribadi, Lembaga Pendidikan Semesta, Fatih Bilingual School dan Kharisma Bangsa.

Selain PASIAD terdapat juga ISPO yang didukung oleh Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Universitas Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Negeri Semarang, dan Universitas Syiah Kuala.

. ISPO adalah singkatan dari Indonesian Science Project Olympiad. Tujuan dari ISPO adalah untuk merangsang bakat-bakat muda untuk berpikir, melakukan pengamatan, mengembangkan dan menyelami rasa keingintahuannya yang mengarah pada suatu solusti praktis. Dalam rekayasa teknologi ISPO menyediakan kesempatan bagi para siswa sekolah menengah untuk mempersiapkan diri sebagai ahli rekayasa masa depan yang memiliki pemahaman luas dan mendalam akan isu-isu global dan penguasaan akan teknologi yang dapat digunakan untuk menjaga keberlanjutan dunia. Sedangkan dalam isu lingkungan ISPO

merupakan satu langkah dalam pendidikan untuk membentuk masyarakat yang peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan serta membangkitkan kesadaran tanggung jawab individu dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Kemudian, dalam hal sains ISPO merupakan upaya untuk meningkatkan ketertarikan siswa dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan energi yang dihadapi di seluruh dunia. ISPO juga mendorong munculnya alternatif sumber energi yang terbarukan, efisiensi energi, manajemen energi dan konsep penggunaan energi yang bersih dan ramah lingkungan. ISPO melombakan tiga kategori yaitu Rekayasa Teknologi, Lingkungan dan Sains (terdiri dari Fisika, Biologi dan Kimia). Peserta ISPO adalah siswa Sekolah Menengah (SMP/MTs ,SMA/MA dan SMK). Ide penelitian harus benar-benar berasal dari peserta itu sendiri betapapun sederhana namun harus menarik dan mengarah pada suatu solusi praktis. Dukungan dari universitas tentu dibolehkan namun terbatas hanya pada penggunaan peralatan laboratorium atau teori yang menjadi dasar penelitian tersebut.Jika siswa mengikuti penelitian yang dilakukan di universitas kemudian mengikutsertakan penelitian tersebut dalam ISPO maka dianggap telah melanggar semangat dan tujuan ISPO itu sendiri. Di Indonesia semakin tahun semakin bertumbuh jumlah sekolah mitra PASIAD. Saat tahun 2013 ada sebanyak sembilan sekolah yaitu 1) Pribadi Depok, 2) Pribadi Bandung, 3) Kharisma Bangsa Tangerang Selatan, 4) Semesta Semarang, 5) Kesatuan Bangsa Yogjakarta, 6) SBBS Sragen, 7) Fatih Putra Aceh, 8) Fatih Putri Aceh, dan 9) Banoa Kalimantan Selatan. Sekolah-sekolah tersebut dapat disebut sekolah Indonesia-Turki karena sekolah tersebut didirikan atas kerjasama antara yayasan Turki dan yayasan Indonesia. Yayasan Turki yang dimaksud disini adalah PASIAD.

PASIAD merupakan sebuah yayayasan yang menaungi sekolah-sekolah di atas, diisi oleh orang-orang Turki yang tinggal Indonesia. Hampir semua sekolah Indonesia-Turki tersebut berprestasi di masing-masing daerah (kota dan provinsi) tempat sekolah tersebut berdiri. Bahkan di tingkat nasional sekolah-sekolah mitra PASIAD patut diperhitungkan karena telah banyak menorehkan prestasi di olimpiade nasional dan Internasional. Sistem pengajaran dan pendidikan yang baik yang diterapkan di sekolah itu yang membuat sekolah-sekolah tersebut berprestasi. Sekolah-sekolah PASIAD mempunyai asrama tinggal untuk siswa atau disebut Boarding School dan memiliki sistem pengajaran dengan Bilingual. Guru-guru pelajaran eksak di sekolah PASIAD menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa pengajaran. Guru- guru di sekolah PASIAD terdiri atas orang Indonesia dan orang Turki. Fasilitas yang lengkap

dan gedung yang modern membuat biaya bagi siswa baru untuk masuk sekolah-sekolah PASIAD tinggi selangit. Saat aku mengejar bahasa Jepang di SMP-SMA Semesta saja pada tahun 2007 untuk biaya satu murid SMA Semesta sekitar 40 juta setahun. Aku tahu informasi itu dari informasi teman guru yang mengajar disana juga saat itu. Jangan khawatir biaya yang tinggi sebanding dengan output siswa kelak. Tapi bagi siswa yang memiliki prestasi nasional di bidang apa pun baik olimpiade mipa, olahraga, atau budaya bisa dipertimbangkan untuk belajar dengan memperoleh beasiswa di sekolah tersebut.

Selama mengikuti kegiatan camping bersama kami juga berdiskusi bersama tentang agama Islam dengan Yaenal Akshoy Abi. Kebetulan acara diskusi tersebut diadakan saat malam terakhir pada acara camping bersama. Setelah selesai makan malam kami mengadakan diskusi bersama yang berada dekat dengan kolam renang. Menu utama makan malamnya saat itu adalah ikan kakap merah dan kakap putih. Kami semua bisa makan dengan ikan kakap sepuasnya malam itu. What fun we had at that time.

Suasana Dershane Nur menjadi tidak menyenangkan lagi bagi beberapa penghuninya saat kontrakannya mau dipindahkan di tempat kontrakan yang jauh dari kampus UNDIP Fakultas Sastra saat itu. Alasannya waktu itu kami belum ada motor atau kendaraan pribadi sendiri sehingga akan merasa sulit untuk mobilenya menuju kampus saat ada keperluan bimbingan tugas akhir atau kuliah bagi yang masih ada perkuliahan. Apalagi saat ada pergantian pemimpin waktu itu. Karena ada alumni dari S1 Hubungan Internasional dari Turki yang berasal dari Bogor bernama Hardi yang ditunjuk menjadi penggantinya Emin Abi. Bukannya aku tidak merasa nyaman tinggal di dershane nur tetapi sistemnya yang membikin aku akhirnya memutuskan untuk keluar dari dershane dan diikuti juga oleh teman-temanku yang lainnya.

Sebenarnya yang salah bukan pada sistem atau aturan pada dershane yang sudah diterapkan oleh abi-abinya. Hanya saja waktu itu kondisi atau timing-nya yang kurang tepat saja menurutku. Boleh saja menunjuk menjadi imamnya imam atau pemimpinnya imam di dershane itu seseorang dari alumni atau lulusan baru (fresh graduated) dari Turki yang cukup lama tinggal disana dan dianggap udah punya banyak pengalaman agar bisa saling berbagi pengetahuan atau ilmu yang ia peroleh selama di Turki. Akan tetapi, saat orang yang ditunjuk itu belum sempat kenal kami orangnya seperti apa dan hanya baru berkenalan saja atau sekedar tahu namanya saja kami sudah disuruh untuk melakukan ini itu oleh orang tersebut. Misalnya saat memindahkan barang-barang kontrakan Dershane Nur ke tempat kontrakan yang baru saat itu. Saat pertama mengangkut barang-barang dan perabotan seperti kulkas,

springbed, sofa, almari, mesin cuci, kompor gas dan lainnya miliknya Dershane Nur sebagai orang yang ditunjuk sebagai imamnya yang baru menjabat harusnya paling tidak hadir pada acara pindahan tersebut. Bukannya malah ikut camping bersama dengan abi-abi-nya yang lain ke Bandung selama satu minggu. Akibatnya banyak teman-teman yang menggerutu saat acara pindahan tersebut. Karena dari keluh kesah tersebut aku yang berani menyampaikan keberatan atau keluh kesah dari teman-teman tersebut kepada Doni Abi sebagai imam-nya Dershane Nur saat itu. Sebagai anak anggota dershane keluhanku tersebut ternyata dianggap tidak tepat. Why? Karena tugas anggota dershane hanya mentaati peraturan yang ada saja. Tidak disarankan untuk mengkomplain orang yang ditunjuk oleh pemimpin yang dianggap sebagai penasehat imam dershane yang sudah menunjuk imam teringgi sebagai imamnya semua dershane yang ada di Semarang waktu itu. Imam dershanenur sendiri saja tidak boleh mengusik keputusan abi-nya tentang kegiatan yang ditugaskan oleh pemimpinnya dershane tersebut. Apalagi aku yang hanya sekedar bawahan atau anak buahnya dershane.

Kemudian karena aku dianggap salah akupun akhirnya meminta maaf kepada imam tersebut. Saat aku baik-baik meminta maaf kepada orangnya kemudian dianya malah berbicara kepadaku begini: ...’’Ya, aku maafkan tapi jangan diulangi lagi ya’’. Dari situ aku pun mulai merenung. Aku kemudian mulai mengerti sedikit demi sedikit tentang sistem yang diterapkan di dershane. Ternyata tanpa sengaja ada praktek bentuk rasis atau penghegemonian tentang sistem yang diterapkan dalam dershane entah mereka sadar atau tidak sadar melaksanakannya. Aku baru merasakan hal tersebut setelah mengalami kejadian itu sendiri. Kemudian keadaan malah semakin menjadi memanas hingga pada akhirnya aku pun bertengkar dengannya saat aku selesai acara wisuda D3 Bahasa Jepangku di Gedung Prof. Sudharto, Tembalang.

Pertengkaran mulut itu terjadi karena awalnya masih ada keluh-kesah yang masih aku dengar di dershane nur saat itu. Teman-temanku yang tinggal di dershane nur saat itu hanya bisa berkeluh kesah dibelakang, tetapi tidak berani melakukan action atau tindakan. Karena emosiku saat itu masih dibilang masih labil dan aku beserta teman-teman merasa terhegemonik oleh dia saat itu apalagi sambil mendengarkan keluh kesah teman-teman dibelakang. Akhirnya aku sms ke nomor hp abi-abi yang dianggap sebagai pemangku kepentingan (stake holders) yang ada di Semesta dengan memakai nomor hp temanku pada malam hari sebelum aku diwisuda. Hp temanku yang aku pakai untuk sms ke abi-abi bernama Anis Wahdi. Karena kebetulan saat itu hpku lagi tidak ada pulsa. Waktu itu aku kurang lebih menyebarkan sms begini ke abi-abi karena aku belum mempunyai nomor hpnya

dia. Isi smsku ke abi-abi kurang lebihnya begini: ’’Dasar imam diktator...Percuma jauh-jauh kuliah dari Turki kalau hasilnya cuma begitu...Harusnya sebagai imam itu saat ada kegiatan pindahan mengangkut barang-barang kontrakan itu muncul... paling tidak ada dulu baru ikutan nyusul camping dengan abi-abi yang lain ke Bandung...belum kenal anak buahnya aja sudah begitu’’...

Karena dari bahasa sms-ku itulah pastilah dia merasa tersinggung padaku. Makanya saat aku selesai acara wisuda dan saat masih memakai baju toga bersama Anis, dianya mencari-cari aku untuk meng-clear-kan masalah kami. Karena aku dikata-katain banci oleh dia saat dia tidak terima kepadaku waktu itu aku hampir saja terpancing oleh kemarahanku sampai-sampai mau berlanjut untuk adu fisik juga dan akhirnya tidak jadi karena sebelumnya aku dicegah oleh sahabatku Anis dan dia pun dicegah oleh Doni Abi. Karena atas bujukan Anis dan Doni Abi akhirnya kami saling meminta maaf walaupun kami masih tampak saling meninggikan ego kami masing-masing. Saat meminta maaf ke dia ternyata dia masih sempat berkata kepadaku lagi sambil menunjuk-nunjuk jarinya kepadaku seolah-olah dia yang paling berkuasa. Waktu itu dia berkata begini: ’’Ingat! Minta maaf cuma sekali ya! Kemudian aku menjawab begini: ’’Oke! Mulai sekarang aku putuskan untuk keluar dari dershane!. Kemudian dianya berkata lagi begini: Nis, jangan lupa untuk mampir ke dershane lagi ya?’’. Please deh..akunya lagi berdua sama Anis eh di depanku dianya ngomong begitu kepada Anis... dan itu artinya aku sudah tidak dianggap lagi olehnya, ’’gumamku saat itu. Seakan- akan keputusanku untuk keluar dari dershane didukung 100% olehnya. Kemudian aku pun bergumam lagi: ’’Ah,,, whatever...!!!’’. Sebenarnya, tidak ada prajurit yang salah, yang ada adalah Jendral yang salah memberi arahan, perintah, dan instruksi.

Semenjak aku keluar dari dershane kemudian aku pulang kampung ke tanah kelahiranku tercinta yang berada di desa Sarirejo, Kecamatan Ngaringan, Purwodadi, Jawa Tengah. Setelah lulus dari D3 Bahasa Jepang aku diberi tawaran untuk mengajar Bahasa Jepang di LPK Aishiro Gakuen Semarang. Dan kemudian aku ambil tawaran tersebut meskipun hati kecil berkata sebenarnya aku lebih merasa nyaman kalau mengajar Bahasa Jepang di sekolah-sekolah seperti: SMA/MA/SMK sederajat. Setelah itu, akhirnya aku pun mendapat tawaran mengajar Bahasa Jepang di STM 7 Pembangunan Semarang. Selain mengajar aku pun ikut menjadi member di beberapa bisnis jaringan atau terkenal dengan sebutan MLM (Multi Level Marketing).

Dalam dokumen KISAH PERJALANAN SEORANG INSAN BIASA DAL (Halaman 129-137)