• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. BIAYA LINGKUNGAN HIDUP DAN EKSTERNALITAS

9.3. Arahan Strategi Pembangunan Perkebunan Kakao Berkelanjutan

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa output yang ingin dicapai dalam pembangunan perkebunan kakao yang berkelanjutan adalah: serangan hama PBK dapat terkendali, harga kakao stabil pada tingkat yang menguntungkan petani dan sasaran pendapatan petani kakao minimal sebesar US $ 1.500/KK/tahun tercapai. Sementara itu kondisi berbagai faktor strategis saat ini umumnya berada pada kondisi moderat, bahkan beberapa berada pada kondisi minim dalam memberikan dukungan bagi terlaksananya pembangunan perkebunan kakao yang berkelanjutan. Oleh karena itu diperlukan kerja keras dan perubahan yang cukup mendasar dalam perencanaan maupun pelaksanaan program pembangunan perkebunan kakao di Sulawesi Selatan.

Salah satu kendala utama bagi keberlanjutan perkebunan kakao di Sulawesi Selatan adalah serangan hama PBK. Pada saat penelitian dilakukan, serangan hama PBK sudah sangat merugikan petani kakao dan sangat berpotensi melahirkan kantong-kantong kemiskinan di sentra produksi kakao serta menjadi ancaman yang serius bagi keberlanjutan perkebunan kakao di Sulawesi Selatan. Hama PBK tidak bisa lagi disamakan dengan organisme pengganggu tanaman lainnya, karena itu program pengendalian hama PBK tidak cukup hanya dimasukkan dalam dokumen “Rencana Strategis Pembangunan Sektor Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan 2005-2010”, tetapi perlu ditindak lanjuti dengan suatu program yang jelas dan terarah.

Berbagai arahan kebijakan dan langkah operasional yang perlu dilakukan oleh pemerintah daerah dan pelaku agribisnis perkebunan kakao di Sulawesi Selatan secara ringkas adalah sebagai berikut.

181

9.3.1. Peningkatan Produktivitas Perkebun Kakao

Produktivitas perkebunan kakao Sulawesi Selatan beberapa tahun terakhir mengalami penurunan karena adanya serangan hama PBK dan kurang intensifnya pengelolaan kebun. Pada tahun 2005, produktivitas perkebunan kakao Sulawesi Selatan rata-rata hanya 931,7 kg/ha/tahun atau turun 29,6% dari produktivitas rata-rata tahun 2003 yang besarnya mencapai 1.324 kg/ha/tahun (Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan 2004a dan 2006).

Upaya untuk meningkatkan produktivitas perkebunan kakao Sulawesi Selatan paling tidak menyamai produktivitas rata-rata tahun 2003 membutuhkan kerja keras dan program yang jelas serta terarah. Para pengambil kebijakan, peneliti dan pelaku bisnis kakao perlu memusatkan perhatiannya pada permasalahan utama yang dihadapi yaitu belum terkendalinya serangan hama PBK dan makin meluasnya perkebunan kakao yang perlu direhabilitasi/diremajakan karena umur tanamannya sudah tua. Pengendalian hama PBK tidak akan efektif dan efisien jika hanya dilakukan secara individu atau kelompok petani yang terbatas. Pengendalian hama PBK memerlukan keterlibatan semua pihak yang berkepentingan dengan peningkatan produksi kakao secara komprehensif.

Langkah operasional utama yang perlu dilakukan adalah merumuskan dan melaksanakan program pengendalian hama PBK secara terpadu dan menyeluruh. Program pengendalian hama PBK dilakukan melalui perbaikan sistem budidaya dengan menerapkan teknologi PsPSP. Jika memungkinkan perbaikan sistem budidaya tersebut diikuti dengan upaya peremajaan atau rehabilitasi perkebunan kakao yang rusak atau kurang produktif dengan menggunakan klon unggul.

9.3.2. Penyediaan Teknologi Mutakhir Secara Lokal

Penyediaan teknologi mutakhir spesifik lokasi merupakan salah satu syarat mutlak bagi terlaksananya pembangunan pertanian yang progresif (Mosher 1971). Pada saat ini kinerja berbagai lembaga yang terkait dengan penyediaan teknologi umumnya masih rendah karena berbagai kendala terutama keterbatasan dana dan tenaga profesional, serta ketidakjelasan tugas dan fungsi masing-masing lembaga/instansi terkait. Dukungan kebijakan dan ketersediaan dana sangat dibutuhan untuk membenahi kondisi faktor strategis ini.

Lembaga penelitian kakao nasional yaitu Pusat Penelitian Kopi dan Kakao yang berada di Jember, Jawa Timur sebagai pemegang mandat dan bertanggungjawab bagi kemajuan perkebunan kakao nasional selalu menghasilkan teknologi budidaya kakao yang dibutuhkan secara berkesinambungan. Namun kerberhasilan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao menemukan berbagai teknologi mutakhir ternyata belum ditunjang oleh kesiapan Balai Penelitian Teknologi Pertanian (BPPT) Sulawesi Selatan untuk melakukan uji lokasi dan kesiapan lembaga penyuluhan serta dinas terkait untuk segera menyebarluaskan hasil-hasil penelitian yang tersedia. Oleh karena itu penyediaan teknologi mutakhir secara lokal dan bisa diterima oleh petani perlu terus ditingkatkan, khususnya untuk mengatasi permasalahan hama PBK yang menjadi permasalahan utama perkebunan kakao di Sulawesi Selatan saat ini.

9.3.3. Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Petani

Pengetahuan dan pengalaman petani melakukan budidaya kakao sebenarnya cukup memadai. Namun dengan adanya serangan hama PBK yang sulit dikendalikan oleh petani menyebakan sebagian petani mulai pasrah dan membiarkan kebun kakaonya terlantar. Situasi ini perlu diubah dengan memberikan semangat baru dan mengupayakan terciptanya kebersamaan di antara petani. Upaya untuk membangkitkan kembali semangat petani dalam mengelola perkebunan kakaonya dapat dilakukan melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan serta dukungan permodalan.

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan perlu dilakukan melalui kegiatan pelatihan dan penyuluhan secara terprogram dan terarah dengan metode sekolah lapang. Melalui sekolah lapang diharapkan akan lahir kebersamaan petani untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi. Pembenahan faktor strategis ini menuntut dukungan kebijakan dan pendanaan terutama untuk membenahi atau merevitalisasi lembaga dan program penyuluhan. Salah satu program kerja yang sangat mendesak dibenahi adalah program pengendalian hama PBK secara terpadu dan menyeluruh.

Pelaksanaan program pengendalian hama PBK sangat membutuhkan dukungan penelitian, kemantapan lembaga penyuluhan, profesionalisme tenaga penyuluh serta dukungan fasilitas dan pendanaan yang memadai. Oleh karena itu peran dan dukungan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sangat dibutuhkan.

183

9.3.4. Dukungan Kebijakan Pemerintah

Dukungan kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah merupakan faktor strategis yang sangat dibutuhkan perannya dalam menciptakan kondisi faktor strategis lain ke posisi yang dapat memberikan dukungan secara optimal bagi terlaksananya pembangunan perkebunan kakao berkelanjutan di Sulawesi Selatan. Dukungan kebijakan yang sangat diperlukan antara lain: mempersiapkan tenaga pembina agar menjadi tenaga yang profesional, penyediaan teknologi mutakhir yang sesuai dan efektif secara lokal, penyusunan program pengendalian hama PBK yang jelas dan terarah, penyediaan dana untuk penyuluhan dan pembinaan petani, penyediaan kredit bunga bersubsidi untuk modal petani serta memperbaiki berbagai infrastruktur dan prasana penunjang lainnya seperti jalan, terminal dan pelabuhan.

Adanya program revitalisasi perkebunan kakao yang baru-baru ini dicanangkan oleh pemerintah pusat diharapkan dapat dijadikan sebagai momentum untuk membantu petani kakao mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi. Pemerintah daerah seyogyanya mengambil inisiatif memfasilitasi petani untuk memanfaatkan dana kredit bersubsidi yang disediakan pemerintah pusat melalui bank nasional seperti BRI dan Bank Mandiri.

Berbagai langkah yang perlu dilakukan pemerintah daerah untuk memanfaatkan fasilitas kredit bersubsidi tersebut antara lain:

a. Mempersiapkan dan memantapkan kelembagaan ekonomi petani (kelompok tani) dalam suatu hamparan kebun di suatu wilayah administratif tertentu.

b. Mempersiapkan/menyusun program kerja gerakan pengendalian hama PBK secara terpadu dan menyeluruh yang kegiatannya meliputi: rehabilitasi/ peremajaan kebun, pemangkasan bentuk tanaman kakao, panen sering, sanitasi dan pemupukan berimbang, serta melakukan penyemprotan pestisida jika benar- benar dibutuhkan.

c. Memfasilitasi proses pengajuan dan pencairan kredit revitalisasi perkebunan kakao, sekaligus memberikan jaminan dan pengawasan dalam pemanfaatan dan pengembalian kredit petani sesuai dengan yang diprogramkan.

d. Memberikan bantuan pembinaan, baik terhadap petani secara individu maupun petani dalam kelompok taninya serta pembinaan kelembagaan ekonomi petani. Dengan berbagai dukungan kebijakan tersebut diharapkan kegiatan pembangunan perkebunan kakao di Sulawesi Selatan terus berlanjut, berbagai permasalahan yang dihadapi petani dapat teratasi dan sasaran pembangunan untuk mensejahterakan masyarakat secara keseluruhan dapat segera terwujud.

X. KESIMPULAN DAN SARAN