• Tidak ada hasil yang ditemukan

S ASARAN E KONOMI M AKRO T AHUN

KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

C. S ASARAN E KONOMI M AKRO T AHUN

Dengan arah kebijakan ekonomi makro di atas serta dengan memperhatikan lingkungan eksternal dan internal, sasaran ekonomi makro tahun 2010 adalah pertumbuhan ekonomi sebesar 5,0 persen dan laju inflasi sekitar 5 persen. Pengangguran terbuka diperkirakan turun menjadi 8,0 persen dari angkatan kerja dan jumlah penduduk miskin diperkirakan turun menjadi 12,0 - 13,5 persen pada tahun 2010.

1. PERTUMBUHAN EKONOMI

Pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan pulih dengan tumbuh 5,0 persen. Pertumbuhan ini didorong oleh mulai pulihnya perekonomian global yang mendorong naiknya investasi dan tumbuh positipnya ekspor nonmigas, dan masih terjaganya daya beli masyarakat yang ditunjukkan oleh tumbuhnya konsumsi masyarakat.

Dengan sasaran pertumbuhan ekonomi sebesar 5,0 persen, investasi berupa pembentukan modal tetap bruto serta ekspor barang dan jasa tumbuh masing-masing sebesar 7,1 persen dan 5,0 persen. Sejalan dengan investasi dan pertumbuhan ekonomi yang mulai membaik maka diperkirakan impor barang dan jasa tumbuh 6,1 persen. Dalam keseluruhan tahun 2010, dengan terjaganya stabilitas ekonomi dan daya beli masyarakat maka diperkirakan konsumsi masyarakat tumbuh 4,2 persen.

Dari sisi produksi, sektor pertanian diperkirakan tumbuh 3,6 persen dengan peningkatan yang tinggi pada produksi tanaman bahan makanan. Industri pengolahan tumbuh 3,4 persen dengan industri pengolahan non migas yang sudah mulai mengalami pemulihan dengan tumbuh 3,9 persen sejalan dengan mulai membaiknya investasi dan meningkatnya ekspor nonmigas. Sedangkan sektor tersier juga mengalami pemulihan dibandingkan tahun 2009, tumbuh 6,5 persen; 6,8 persen; 7,3 persen; 9,7 persen dan 4,6 persen untuk sektor listrik, gas, dan air bersih; konstruksi; perdagangan; hotel dan restoran; pengangkutan dan telekomunikasi; dan jasa-jasa.

Untuk membiayai pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen pada tahun 2010, dibutuhkan investasi sebesar Rp 1.689,6 triliun (28,2 persen per PDB) yang terdiri dari investasi swasta dan pemerintah.

2. STABILITAS EKONOMI

Stabilitas ekonomi dalam tahun 2010 tetap dijaga melalui kebijakan moneter yang kondusif antara lain melalui Koordinasi Tim Pengendali Inflasi serta kebijakan fiskal berkelanjutan.

a. MONETER

Seiring membaiknya perekonomian global pada tahun 2010, ekspor dan arus masuk modal luar negeri diperkirakan akan meningkat serta kebijakan moneter yang mendukung, maka stabilitas nilai tukar Rupiah diperkirakan semakin membaik. Dengan nilai tukar Rupiah yang stabil serta pasokan kebutuhan pokok masyarakat yang terjaga, laju inflasi diperkirakan sekitar 5 persen. Dengan semakin stabilnya laju inflasi dan nilai tukar Rupiah, suku bunga di dalam negeri diperkirakan semakin stabil pula dan pada gilirannya akan mendorong kegiatan ekonomi masyarakat.

b. KEUANGAN NEGARA

Kebijakan fiskal tahun 2010 diarahkan untuk memberikan dorongan terhadap perekonomian setelah kelesuan ekonomi yang diperkirakan terjadi dalam tahun 2009. Namun, kebijakan ini ditempuh dengan tetap menjaga langkah-langkah konsolidasi fiskal yang telah dilakukan selama ini.

Dalam tahun 2010, penerimaan negara dan hibah diperkirakan mencapai Rp 871,9 triliun, terutama didukung oleh penerimaan perpajakan sebesar Rp 717,1 triliun dan penerimaan bukan pajak sebesar Rp 153,4 triliun. Sementara itu, belanja negara diperkirakan sekitar Rp 949,1 triliun. Dengan besarnya dorongan fiskal ke daerah, keselarasan program-program pembangunan di daerah dengan program prioritas nasional perlu terus ditingkatkan untuk mendukung pencapaian sasaran nasional.

Dengan perkiraan penerimaan dan pengeluaran tersebut, ketahanan fiskal tetap terjaga. Defisit APBN tahun 2010 diupayakan sekitar 1,3 persen PDB, ditutup oleh pembiayaan dalam negeri dan pembiayaan luar negeri.

3. PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN

Dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, stabilitas ekonomi yang terjaga, serta berbagai kegiatan pembangunan yang diarahkan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dan pengangguran, jumlah penduduk miskin dan pengangguran terbuka menurun. Pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin diperkirakan turun menjadi 12-13,5 persen, sedangkan tingkat pengangguran terbuka diperkirakan turun menjadi 8 persen dari angkatan kerja.

4. KEBIJAKAN SUBSIDI

Sesuai amanat pasal 33 dan 34 Undang-undang Dasar 1945, pemerintah wajib menjamin kehidupan fakir-miskin, anak-anak terlantar, mengembangkan sistem jaringan sosial, serta memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Dengan demikian pemerintah perlu menyediakan bantuan yang dibutuhkan antara lain transfer tunai, barang dan jasa seperti jaminan tersedianya kebutuhan pangan, kesehatan dan pendidikan, subsidi yang ditujukan untuk meringankan beban masyarakat dalam mencukupi kebutuhan dasarnya, serta subsidi untuk menjaga agar produsen mampu berproduksi, khususnya yang merupakan kebutuhan dasar masyarakat, dengan harga terjangkau.

Dalam menjalankan amanat konstitusi tersebut, pemerintah mengalokasikan anggaran subsidi dengan proporsi yang cukup besar dalam keseluruhan belanja negara. Pada tahun 2008 realisasi rasio subsidi terhadap belanja negara mencapai 27,9 persen, atau 5,9 persen dari PDB. Sementara itu, pada APBN tahun 2009 rasio subsidi terhadap belanja negara diperkirakan turun menjadi sebesar 12,5 persen atau 2,3 persen dari PDB. Subsidi tersebut terbagi atas berbagai dua jenis, yaitu: subsidi energi (BBM dan Listrik) dan non energi, antara lain subsidi pangan, pupuk, benih, dan bunga kredit program.

Mengingat bahwa belanja negara dalam bentuk pemberian subsidi cukup besar, dalam rangka meningkatkan efektifitas pengeluaran negara, pengusulan dan pemberian subsidi harus diatur lebih sistematis.

Arah Kebijakan Subsidi Tahun 2010. Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dan sekaligus mendorong peningkatan perekonomian, subsidi yang sudah berjalan masih diperlukan atau belum berakhir jangka waktu pemberiannya akan terus dilanjutkan, namun pemberian subsidi tersebut akan terus dievaluasi agar lebih tepat sasaran. Sementara itu, dalam rangka memenuhi kebutuhan yang penting dan mendesak, pengusulan subsidi baru dimungkinkan dengan memperhatikan bahwa pemberian subsidi merupakan pilihan kebijakan terbaik yang perlu dilakukan, memenuhi kriteria yang telah ditetapkan, serta dengan mempertimbangkan keterbatasan dana pemerintah.

Kriteria Subsidi. Secara umum, pemberian subsidi dalam tahun 2010 diberikan untuk menghasilkan produk dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat yang daya belinya terbatas. Adapun kriteria pengusulan subsidi dalam tahun 2010 adalah sebagai berikut:

1. Produk yang diberi subsidi merupakan kebutuhan dasar dan menyangkut hajat hidup orang banyak atau dalam rangka mendorong kemampuan produsen nasional dalam memproduksi komoditi tertentu;

2. Adanya kelompok sasaran penerima subsidi yang jelas, yang menjadi konsumen akhir dari komoditi yang disubsidi. Kelompok sasaran tersebut diutamakan masyarakat golongan berpendapatan rendah, dan/atau masyarakat di wilayah terpencil atau terisolir agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dasar.

3. Komoditi yang disubsidi agar dapat ikut menciptakan kestabilan harga;

4. Memiliki jangka waktu yang jelas. Dalam hal ini pemberian subsidi tidak dapat diberikan selamanya dan oleh sebab itu pengajuannya harus disertai dengan target waktu subsidi tersebut berakhir;

5. Pengajuan subsidi dalam batas kemampuan pembiayaan negara;

6. Pengusulan subsidi harus disertai dengan alasan dan dasar perhitungan yang jelas mengenai besarnya subsidi yang diajukan;

7. Adanya mekanisme (delivery) yang jelas hingga komoditi tersebut dapat dipastikan sampai pada masyarakat yang layak menerima;

8. Adanya pembenahan struktural yang menyertai pelaksanaan subsidi tersebut agar penyalahgunaan subsidi semaksimal mungkin dapat dihindarkan.

Mekanisme Pengajuan/Pemberian Subsidi. Subsidi diajukan oleh kementerian/ lembaga yang terkait dengan komoditi dalam bentuk barang dan jasa, atau yang ketersediaannya menjadi tanggung jawab kementerian/lembaga yang bersangkutan. Pengajuan tersebut dilakukan bersamaan dengan pengajuan kegiatan kementerian/ lembaga yang bersangkutan. Dengan demikian, kegiatan atau pengajuan subsidi secara lebih terperinci diuraikan pada kegiatan prioritas, dan/atau dalam kegiatan kementerian/lembaga.

5. PENDANAAN MELALUI TRANSFER KE DAERAH

Pendanaan pembangunan melalui transfer ke daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendanaan pembangunan secara nasional. Sejalan dengan semakin besarnya kewenangan yang diserahkan kepada daerah, alokasi transfer dana ke daerah dari waktu ke waktu cenderung mengalami peningkatan. Hal ini telah membuat porsi dana transfer ke daerah dalam belanja pusat mengalami peningkatan yang signifikan sejak dimulainya kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah di tahun 2001.

Transfer ke Daerah terdiri dari Dana Perimbangan serta Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian. Dana Perimbangan, yang terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH) yang bersumber dari penerimaan pajak dan Sumber Daya Alam (SDA), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK), merupakan sumber pendanaan bagi daerah dalam melaksanakan desentralisasi, yang alokasinya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain mengingat tujuan masing-masing jenis penerimaan tersebut saling mengisi dan melengkapi.

Kebijakan pengalokasian transfer ke daerah dalam tahun 2010 tetap diarahkan untuk mendukung pelaksanaan program/kegiatan yang menjadi prioritas nasional yang dilaksanakan di daerah dengan tetap menjaga konsistensi dan keberlanjutan pelaksanaan desentralisasi fiskal guna menunjang penyelenggaraan otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab, dengan tujuan:

ƒ Mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah serta antar daerah;

ƒ Mendukung kesinambungan fiskal nasional dalam kerangka kebijakan ekonomi makro;

ƒ Mundukung kegiatan-kegiatan yang menjadi prioritas pembangunan nasional yang menjadi urusan daerah;

ƒ Meningkatkan aksessibilitas publik terhadap prasarana dan sarana sosial ekonomi dasar di daerah, dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antar daerah;

ƒ Meningkatkan kemampuan daerah dalam menggali potensi ekonomi daerah; dan

ƒ Meningkatkan daya saing daerah melalui pembangunan infrastruktur.

Pengelolaan pendanaan yang ditransfer ke daerah senantiasa didorong untuk memenuhi pelaksanaan tata kelola keuangan yang baik, memiliki kinerja terukur, dan memiliki akuntabilitas terhadap masyarakat. Dengan demikian, pengelolaan transfer ke daerah secara sistematis dan terukur akan mampu meningkatkan akuntabilitas, efektivitas, dan efisiensidalam rangka peningkatan kinerja pemerintahan daerah. Transfer ke daerah akan menciptakan prakondisi yang baik terhadap peningkatan kinerja pelaksanaan urusan yang telah menjadi kewenangan pemerintah daerah; meningkatkan efisiensi pengalokasian sumber daya nasional maupun kegiatan Pemerintah Daerah; dan dapat memenuhi aspirasi dari daerah dalam memperbaiki struktur fiskal, dan memobilisasi pendapatan secara regional maupun nasional.

Harapannya kondisi ini akan memberikan implikasi terhadap semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah secara keseluruhan, dan meningkatnya partisipasi masyarakat dalampengambilan keputusan di sektor pelayanan publik.