• Tidak ada hasil yang ditemukan

MASALAH DAN TANTANGAN POKOK TAHUN

Dengan berbagai kemajuan yang dicapai pada tahun 2008 dan perkiraan tahun 2009, masalah dan tantangan utama yang harus dipecahkan dan dihadapi pada tahun 2010 adalah sebagai berikut.

Menanggulangi Kemiskinan. Meskipun dalam tahun-tahun sebelumnya upaya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin telah dilakukan secara cermat dan sungguh- sungguh, namun memasuki tahun 2010 masih banyak permasalah tantangan dan kendala yang harus dihadapi. Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam upaya percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin antara lain adalah sebagai berikut.

Jumlah penduduk miskin yang pada tahun 2008 masih cukup besar, yaitu berjumlah 34,96 juta jiwa atau 15,42 persen. Kesenjangan tingkat kemiskinan antar provinsi juga masih besar dimana sekitar separuh provinsi memiliki tingkat kemiskinan yang lebih tinggi dari rata- rata nasional. Penduduk miskin masih terkonsentrasi di daerah perdesaan serta masih lemahnya

kelembagaan ekonomi perdesaan dalam mendukung pengembangan sektor pertanian sebagai penggerak perekonomian perdesaan.

Permasalahan yang juga masih harus dihadapi adalah kapasitas produksi dan akses terhadap berbagai sumberdaya produktif bagi masyarakat miskin masih jauh di bawah tingkat yang memungkinkan untuk berusaha dalam upaya meningkatkan pendapatan serta memenuhi kebutuhan dasarnya. Di lain pihak, kegiatan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang diharapkan menjadi sandaran bagi masyarakat miskin untuk meningkatkan kondisi ekonomi mereka, masih menghadapi kendala seperti iklim usaha yang kurang kondusif, produktivitas yang rendah yang tidak terlepas dari rendahnya kualitas produk sehingga melemahkan daya saing, keterbatasan terhadap sumberdaya produktif serta akses terhadap pasar serta keterbatasan teknologi. Dari sisi peningkatan kualitas manusia, pemenuhan kebutuhan dasar seperti pendidikan, kesehatan, pangan, dan sanitasi masih rendah, dan terutama pada 2 kuantil terbawah. Hal ini disebabkan karena kesulitan menjangkau layanan, baik karena lokasi yang jauh terutama di wilayah tertinggal dan perbatasan, ketidaktersediaan sarana dan prasarana, maupun karena ketidakmampuan secara ekonomi. Hal ini telah mengakibatkan besarnya jumlah penduduk hampir miskin yang rentan terhadap berbagai gejolak akibat dari krisis ekonomi maupun bencana. Dari sisi perlindungan masyarakat miskin, kebijakan perlindungan sosial belum terjabarkan secara lengkap, sesuai dengan UU SJSN dan cakupan perlindungan sosial masih belum terpetakan dan tertata dengan baik.

Meskipun berbagai program penanggulangan kemiskinan telah diterapkan, namun kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan secara luas belum efektif. Ketidakefektifan berbagai kebijakan dan program tersebut antara lain karena: (1) masih rendahnya keterkaitan antara pertumbuhan – penyerapan tenaga kerja – peningkatan pendapatan; (2) masih rendahnya keterkaitan antara pemenuhan kebutuhan dasar dengan program sektoral terkait; serta (3) fokus dan efektivitas program-program masih rendah karena belum menggunakan data yang seragam serta koordinasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi di pusat maupun di daerah masih lemah. Di samping itu. kapasitas pemerintahan daerah (Pemda dan DPRD) dalam mengarahkan program penanggulangan kemiskinan ke sasaran yang tepat masih rendah. Selain itu, pembangunan berbagai bidang/sektor di daerah masih perlu ditingkatkan fokus dan keterpaduannya pada pembangunan wilayah dan manusianya untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka, dan bukan membangun sektor-sektor di daerah.

Adapun tantangan yang dihadapi untuk dapat mempercepat upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin diantaranya adalah sebagai berikut.

Pertama, desentralisasi yang mendasari otonomi daerah mengakibatkan keputusan- keputusan serta kesepakatan-kesepakatan yang diambil dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi sangat bervariasi. Untuk itu pemerintah harus dapat menyamakan pemahaman dan wawasan pembangunan yang berkesinambungan, meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan di daerah; meningkatkan kapasitas lembaga pelaksana di daerah.

Kedua, perubahan iklim yang menyebabkan perubahan pola tanam bagi petani, juga berdampak pada ketersediaan air dan sanitasi, serta dapat menimbulkan bencana yang kesemuanya berpengaruh kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin.

Ketiga, berkembangnya tuntutan pemenuhan kebutuhan masyarakat miskin akibat dari membaiknya standar kehidupan masyarakat sehingga tantangan yang dihadapi adalah meningkatkan mutu kebijakan program dan pelayanan pemerintah yang tepat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat miskin serta meningkatkan keterlibatan masyarakat miskin dalam proses pembangunan.

Tantangan lain dalam upaya peningkatakan kesejahteraan masyarakat miskin adalah terjadinya perubahan demografi dengan struktur penduduk yang menua. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam upaya menyusun sistem perlindungan sosial khususnya untuk kelompok miskin dan rentan yang dapat mengakomodasi perubahan tersebut.

Meningkatkan Akses dan Kualitas Pendidikan. Berbagai program pembangunan dalam rangka meningkatkan akses pendidikan telah banyak dilakukan namun demikian, diakui masih ada anak usia 7-15 tahun yang tidak mengikuti pendidikan dasar yang disebabkan karena faktor sosial ekonomi, budaya, geografi, dan sebagian karena kecacatan anak. Di samping itu, peningkatan partisipasi pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya diikuti oleh peningkatan kualitas pendidikan. Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan, yaitu: kualitas, komitmen pendidik, ketersediaan sarana dan prasarana, sistem jaminan kualitas, serta manajemen pelayanan pendidikan.

Selanjutnya, dalam upaya meningkatkan daya saing bangsa, peningkatan partisipasi pendidikan juga perlu dibarengi dengan peningkatan kualitas dan relevansi, utamanya pada jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan mampu bersaing dalam tataran global. Terkait dengan kualitas pendidik, berbagai upaya meningkatkan kualifikasi pendidik belum sepenuhnya sesuai harapan sehingga proporsi guru yang memenuhi kualifikasi akademik D4/S1 masih relatif rendah. Di samping itu, persebaran guru yang tidak merata sehingga terjadi inefisiensi, dan sebagian besar sekolah/madrasah di daerah terpencil mengalami kekurangan guru sementara itu sekolah/madrasah di wilayah perkotaan terjadi kelebihan guru. Tantangan lainnya yang harus dihadapi adalah peningkatan kemampuan keaksaraan penduduk Indonesia terutama bagi penduduk buta aksara kaum perempuan, tinggal di daerah perdesaan atau daerah terpencil, dan berasal dari keluarga miskin. Selain itu, perlu juga dilakukan pemeliharaan kemampuan keaksaraan untuk menghindari terjadinya buta aksara kembali.

Meningkatkan Akses dan Kualitas Kesehatan. Terkait dengan akses dan kualitas kesehatan, terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan kesehatan kedepan, diantaranya: 1) status kesehatan dan gizi masyarakat masih relatif tertinggal jika dibanding dengan tingkat regional ASEAN, walaupun telah terjadi peningkatan status kesehatan dan gizi masyarakat ; 2) akses dan kualitas pelayanan kesehatan kurang memadai karena kendala jarak, biaya dan kondisi fasilitas pelayanan kesehatan, walaupun ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan meningkat pesat ; 3) rendahnya tingkat keberlanjutan pelayanan kesehatan (continuum of care) pada ibu dan anak, khususnya pada penduduk miskin; 4) prevalensi anak yang pendek (stunting) sebagai indikasi kekurangan gizi kronis masih sangat tinggi, walaupun status gizi anak balita menunjukkan perbaikan; 5) terjadinya double burden of diseases, dimana di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah, akan tetapi di lain pihak penyakit tidak menular menunjukkan kecenderungan meningkat; 6) masih tingginya ketergantungan pada bahan baku obat dari luar negeri; rendahnya tingkat ketersediaan obat yang aman, berkhasiat, dan bermutu dengan harga terjangkau; serta rendahnya tingkat pemanfaatan obat generik di sarana pelayanan pemerintah dan swasta; 7) terjadinya kekurangan jumlah, jenis, mutu tenaga kesehatan dan penyabarannya yang kurang merata; 8) jaminan pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin belum sepenuhnya dapat meningkatkan status kesehatan penduduk miskin dan skema asuransi kesehatan nasional belum sepenuhnya menerapkan Sistem Jaminan Sosial Nasional yang ideal; dan 9) promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan belum digarap dengan optimal.

Memantapkan Revitalisasi Program KB. Sampai saat ini. masalah kependudukan masih menjadi salah satu fokus utama Pemerintah. Hal ini disebabkan oleh masih besarnya jumlah penduduk Indonesia secara absolut, walaupun laju pertumbuhan penduduk cenderung

menurun. Dengan demikin, laju pertumbuhan penduduk harus tetap dijaga agar tidak menghambat pencapaian tujuan pembangunan nasional. Pada tahun 2000, jumlah penduduk Indonesia sekitar 205,8 juta (Sensus 2000), meningkat menjadi 218,9 juta jiwa pada tahun 2005 (Supas 2005), dan diperkirakan sekitar 230,6 juta jiwa pada tahun 2009. Keadaan ini menempatkan Indonesia pada urutan ke-4 sebagai negara dengan penduduk terbanyak di dunia, setelah Amerika, China dan India. Sangat disayangkan bahwa jumlah penduduk Indonesia yang demikian banyak tidak disertai dengan kualitas yang cukup tinggi. Hal tersebut tergambar dari masih rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dimana walaupun IPM Indonesia meningkat dari 0,696 pada tahun 2004 menjadi 0,728 pada tahun 2005 (Human Development Report 2007-2008) hanya menempatkan Indonesia pada peringkat ke-107 dari 177 negara. Pada tingkat ASEAN, Indonesia hanya berada di atas Laos (0,601), Kamboja (0,659) dan Myanmar (0,583). Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 dibandingkan dengan SDKI 2002-2003 menunjukkan bahwa Total Fertility Rate (TFR) nasional, sebagai salah satu faktor penentu pertumbuhan penduduk, cenderung stagnan disekitar 2,6 per perempuan usia reproduksi. Selain itu, disparitas TFR antar provinsi dan desa- kota masih tinggi. Nilai TFR terendah 1,8 di D.I.Yogjakarta dan nilai tertinggi 4,2 di Nusa Tenggara Timur. TFR di desa (2,8) lebih tinggi dibandingkan di kota (2,3). TFR juga cenderung meningkat pada kelompok terkaya (menjadi 2,7 dari 2,2) dan pada kelompok dengan pendidikan tidak tamat SD, tamat SD dan tidak tamat SMP. Jika dilihat dari rata-rata jumlah anak yang dilahirkan, terdapat kesenjangan menurut tingkat ekonomi, tingkat pendidikan, dan desa-kota. Rata-rata jumlah anak yang dilahirkan pada kelompok miskin (4,2) lebih banyak dibandingkan pada kelompok yang lebih mampu (3,0). Rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh perempuan yg berpendidikan rendah (4,1) lebih banyak dibandingkan pada perempuan berpendidikan tinggi (2,7), dan rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh perempuan di desa (3,7) lebih banyak dibandingkan di perempuan di kota (3,4).

Meningkatkan Kualitas Kerukunan Umat Beragama. Keragaman agama yang dianut oleh penduduk Indonesia merupakan kekayaan bangsa yang tidak ternilai harganya. Namun demikian, keragaman agama tersebut juga merupakan tantangan dalam membangun masyarakat untuk hidup rukun dan damai. Berbagai upaya terus dilakukan dan telah menunjukkan kemajuan yang berarti. Intensitas dan semangat kerjasama lintas agama terus pula ditingkatkan, termasuk melalui pembentukan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di berbagai tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan bahkan di tingkat kecamatan yang dinilai turut berkontribusi dalam memperkuat kerukunan hidup umat beragama di Indonesia. Dengan memperhatikan dinamika perubahan sosial, politik, dan ekonomi, serta perkembangan teknologi komunikasi yang mewarnai pola hubungan kehidupan antar dan intern umat beragama, upaya untuk memperkuat kerukunan umat beragama perlu terus dilanjutkan.

Memperkuat Jati Diri dan Karakter Bangsa. Kemudian, dengan semakin derasnya arus globalisasi yang didorong oleh kemajuan teknologi komunikasi dan informasi telah membuka peluang terjadinya interaksi budaya antarbangsa. Proses interaksi budaya tersebut di satu sisi berpengaruh positif terhadap perkembangan dan perubahan orientasi tata nilai dan perilaku bangsa Indonesia, namun di sisi lain dapat menimbulkan pengaruh negatif, seperti munculnya identitas dan perilaku baru yang tidak sesuai dengan nilai, tradisi dan budaya lokal- tradisional bangsa. Oleh karena itu, upaya mempertahankan dan memperkuat jati diri dan karakter bangsa perlu terus ditingkatkan secara berkelanjutan. Guna mendukung upaya tersebut berbagai kegiatan pengembangan nilai dan keragaman budaya bangsa, serta peningkatan kualitas pengelolaan, perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan kekayaan budaya bangsa perlu ditingkatkan secara optimal.

Meningkatkan Partisipasi Pemuda dan Prestasi Olahraga. Peran dan eksistensi pemuda dalam pembangunan sangat penting bagi keberlangsungan suatu bangsa. Pemuda

yang berkualitas dan berdaya saing merupakan aset bangsa dalam rangka mewujudkan cita- cita pembangunan nasional. Sementara itu, melalui olahraga diharapkan dapat ditanamkan nilai moral, akhlak mulia, sportivitas, dan disiplin serta persatuan dan kesatuan bangsa serta ketahanan nasional yang tangguh. Oleh karena itu, peningkatan peran dan partisipasi pemuda dalam pembangunan serta peningkatan budaya dan prestasi olahraga perlu terus ditingkatkan secara terintegrasi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder).

Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik. Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan tugas pokok pemerintah. Namun, sampai saat ini kualitas pelayanan publik yang diberikan masih belum memenuhi harapan masyarakat. Beberapa kendala atau permasalahan yang masih akan dihadapi pada tahun 2010 terkait dengan pelayanan publik, antara lain: (1) pemahaman para aparat terhadap regulasi pelayanan publik masih kurang; (2) belum tersedianya standar pelayanan minimal (SPM) pada semua jenis pelayanan; (3) masih terbatasnya akses Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK); (4) Rendahnya e-literasi aparatur pemerintah; (5) terbatasnya pengembangan aplikasi TIK dan konten lokal; (6) masih ditemukannya prosedur pelayanan yang berbelit dan lambat terutama di bidang investasi/penanaman modal; serta (7) pelayanan perkotaan yang masih konvensional. Adapun tantangan pokok yang dihadapi pada tahun 2010, adalah: perlunya sosialisasi peraturan perundangan-undangan atau kebijakan pelayanan publik di kalangan aparat pemerintah; percepatan penerbitan SPM untuk semua jenis pelayanan serta fasilitasi penerapannya yang terintegrasi dengan anggaran Pemda dan peningkatan kapasitas SDM aparatur Pemda; peningkatan manajemen pelayanan (budaya melayani; prosedur pelayanan yang cepat, biaya yang terjangkau; serta optimalisasi pemanfaatan TIK).

Mengembangkan dan Meningkatkan Sistem Kinerja dan Kesejahteraan PNS. Dalam melaksanakan fungsi pemerintahan, PNS merupakan salah satu motor penggerak dalam penyediaan pelayanan pada masyarakat. Upaya peningkatan kinerja dan kesejahteraan aparatur negara khususnya PNS, masih menghadapi kendala, antara lain belum meratanya penerapan sistem remunerasi yang adil, layak dan berbasis kinerja (sesuai risiko dan beban kerja) di seluruh instansi pemerintah, sehingga sistem reward and punishment belum dapat dilaksanakan secara optimal. Selain itu, kinerja PNS dinilai masih sangat rendah, sehingga masih perlu dioptimalkan melalui pengelolaan manajemen SDM berbasiskan merit system. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kinerja dan kesejahteraan PNS, tantangan yang dihadapi pada tahun 2010 adalah diperlukannya penyempurnaan manajemen kepegawaian terutama sistem penilaian kinerja pegawai dan sistem remunerasi berbasis kinerja yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan negara. Selain itu, perlunya upaya peningkatan kompetensi dan profesionalisme PNS dengan didukung sistem manajemen kinerja pada setiap instansi pemerintah.

Menata Kelembagaan, Ketatalaksanaan, serta Sistem Pengawasan dan Akuntabilitas. Permasalahan yang dihadapi dalam menata kelembagaan, ketatalaksanaan, serta meningkatkan sistem pengawasan dan akuntabilitas antara lain: (1) belum diterapkannya secara luas sistem manajemen kinerja pada instansi pemerintah; (2) pelaksanaan reformasi birokrasi pada masing-masing lingkungan instansi pemerintah baik di pusat maupun di daerah, masih bersifat parsial dan terbatas sehingga kurang terkoordinasi dan belum komprehensif dalam implementasinya; (3) praktek KKN dalam birokrasi masih terjadi dengan intensitas yang cukup tinggi; (4) masih tingginya opini disclaimer dari BPK yang dibarengi dengan belum memadainya kapasitas SDM aparatur pengelola keuangan negara; (5) tindak lanjut hasil audit belum didukung komitmen pimpinan, dan penanganan atas pengawasan oleh masyarakat belum optimal; serta (6) sinergi lembaga intern dan ekstern yang memiliki tugas dalam pengawasan dan audit belum optimal. Adapun tantangan pokok yang dihadapi pada tahun 2010, adalah: mendorong pelaksanaan reformasi birokrasi instansi pada setiap Kementerian/Lembaga (K/L)

dan Pemda secara sistemik, bertahap, dan komprehensif untuk mencapai sasaran yang diharapkan; dan menyempurnakan sistem pengawasan, audit, serta akuntabilitas kinerja dalam upaya mewujudkan aparatur negara yang bersih dan akuntabel.

Menguatkan Kapasitas Pemerintah Daerah. Upaya penguatan kapasitas pemerintah daerah sampai saat ini masih terkendala dengan: (1) masih banyaknya Perda-perda bermasalah atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan di atasnya; (2) penyusunan APBD di beberapa daerah yang sering mengalami keterlambatan karena adanya persepsi dan interpretasi yang berbeda terhadap Permendagri No.13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, serta (3) sering terjadinya perubahan pada peraturan maupun aplikasi pendukungnya. Oleh karena itu, tantangan pokok yang dihadapi pada tahun 2010 adalah: (1) meningkatkan kemampuan Pemda dan anggota DPRD dalam penyusunan peraturan daerah; dan (2) membangun SIM BAKD dan SIPKD.

Memantapkan Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan. Permasalahan utama yang masih dihadapi pada tahun 2010 antara lain: ego sektoral yang masih sangat kuat dari kementerian/lembaga pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah; ketidakharmonisan perundangan antara perundang-undangan sektoral dengan pertauran perundang-undangan mengenai desentralisasi dan otonomi daerah; adanya sikap apatis dari masyarakat terhadap peraturan perundang-undangan yang ditetapkan; minimnya akses masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses penyusunan peraturan perundang-undangan; masih tingginya ketidakpastian hukum untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif, transparan dan efisien.

Tantangan yang masih akan dihadapi pada tahun 2010 adalah: mewujudkan kepastian hukum bagi masyarakat luas termasuk dunia usaha dalam menyelenggarakan kegiatan usahanya; untuk menciptakan pelayanan publik yang lebih transparan, terbuka dan akuntabel, dengan mekanisme keluhan publik yang dapat dipantau langsung oleh masyarakat; dan mekanisme hubungan yang tertata secara sistemik antar unit-unit pada lembaga pemerintah di pusat yang mempunyai fungsi di bidang hukum dan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan keuangan daerah dengan biro-biro hukum pemerintah daerah baik pada tingkat provinsi dan kabupaten; serta penataan kembali secara bertahap berbagai peraturan perundang- undangan mulai dari tingkat pusat sampai dengan daerah melalui berbagai metode yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi lembaga pemerintah atau daerah yang akan ditetapkan sebagai percontohan.

Memantapkan Pencegahan Korupsi Dan Meningkatkan Kualitas Penanganan Perkara Korupsi. Permasalahan yang masih akan dihadapi pada tahun 2010 adalah: belum optimalnya pelibatan partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsi, karena akses yang masih terbatas; masih adanya kasus-kasus korupsi yang menarik perhatian masyarakat yang sampai dengan saat ini belum terselesaikan; belum profesionalnya aparat penegak hukum dalam penanganan kasus korupsi; belum tuntasnya penyusunan dan pembahasan RUU di bidang pemberantasan korupsi dan peraturan pelaksanaannya. Tantangan yang diperkirakan masih akan dihadapi pada tahun 2010 adalah memastikan pelaksanaan Rencana Aksi dari Strategi Nasional Implementasi Konvensi PBB Tahun 2003 yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2006, yang mencakup penyempurnaan peraturan perundang-undangan terkait dengan pemberantasan korupsi; penegakan hukum; pencegahan; pengembalian aset negara yang dikorupsi; kerjasama internasional dan pelaporan pelaksanaan UNCAC di Indonesia. Rencana Aksi Strategi Nasional dimaksud akan melanjutkan langkah-langkah yang belum terselesaikan dari pelaksanaan Rencana Aksi Pemberantasan Korupsi (RAN PK).

Memantapkan Desentralisasi, Serta Peningkatan Kualitas Hubungan Pusat Daerah, dan Antardaerah. Permasalahan terkait dengan pemantapan desentralisasi, peningkatan kualitas hubungan pusat dan daerah, dan antardaerah, adalah sebagai berikut: (1) Belum optimalnya pelaksanaan desentralisasi di daerah-daerah yang memiliki karakteristik khusus dan istimewa karena belum tersusunnya dan tersosialisasinya peraturan perundang- undangan yang mengatur pelaksanaan desentralisasi didaerah-daerah tersebut; (2) Belum adanya model/format ideal dan instrumen kerjasama yang potensial untuk dikembangkan dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik; dan (3) Belum adanya insentif yang terukur untuk mendorong daerah dalam melakukan kerjasama. Beberapa tantangan kedepan yang perlu dihadapi adalah: (1) Sosialisasi revisi UU No. 32 Tahun 2004 dan penyusunan PP turunannya; serta (2) Penyusunan model-model kerjasama antar daerah di bidang pelayanan publik, ekonomi dan pelayanan dasar.

Meningkatkan Efektifitas Pelaksanaan Peran Organisasi Masyarakat Sipil, dan Partai Politik. Pada tahun 2010 pendidikan politik (civic education) masyarakat dan pemberdayaan masyarakat sipil adalah tantangan utama demokratisasi di Indonesia. Dengan dipelopori oleh media massa, kalangan universitas, partai politik, dan organisasi masyarakat sipil, masyarakat perlu terus dididik dan diajak untuk secara aktif berpartisipasi mengawasi para wakil rakyat dan pemerintah yang mereka pilih dalam Pemilu 2009.

Melaksanakan Keterbukaan Informasi Publik. Kemudian terkait dengan informasi publik, pada tahun 2010 semua pihak yang terkait diharapkan memiliki komitmen yang kuat untuk melaksanakan perundang-undangan yang berlaku secara konsisten. Undang-undang ini diharapkan dapat mencapai sasarannya yang asasi, yakni meningkatkan transparansi di dalam proses perumusan kebijakan publik dan melakukan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka pada keterbukaan informasi yang menyangkut proses politik dan penyelenggaraan negara.

Menguatkan Wilayah Perbatasan. Dalam aspek pertahanan dan keamanan, pembangunan sarana dan prasarana perbatasan dan pulau terluar relatif semakin membaik. Namun potensi gangguan keamanan dan pelanggaran wilayah perbatasan masih cukup tinggi akibat intensitas pengawasan masih terkendala kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pengamanan. Seharusnya jarak ideal antar pos pertahanan adalah 10 – 25 km, namun saat ini jarak antar pos rata-rata masih berkisar 50 km. Selanjutnya, pelanggaran hukum dan gangguan keamanan di laut semakin dapat ditekan, namun International Maritime Organization (IMO) masih menganggap wilayah perairan Indonesia relatif berbahaya. Oleh karena itu diperlukan peningkatan intensitas operasi keamanan laut untuk semakin menekan pelanggaran hukum dan gangguan keamanan laut, terutama di Selat Malaka agar dunia pelayaran internasional semakin percaya terhadap kemampuan Indonesia mengamankan jalur pelayaran tersibuk di dunia.

Meningkatkan Kemampuan Pertahanan dan Industri Strategis Pertahanan. Kesiapan Alutsista TNI semakin meningkat, namun Postur dan Struktur Pertahanan masih belum mencapai tingkatan Minimum Essential Force dan baru pada tahapan Insurgency, serta berada dalam kondisi penurunan efek penggentar dan “kill probability” yang diakibatkan ketertinggalan teknologi dan usia teknis yang sangat tua. Hasil industri pertahanan dalam negeri yang diharapkan dapat mendukung kemampuan alutsista TNI belum sepenuhnya dapat diandalkan. Kondisi ini disebabkan adanya hambatan legal, institusional, R&D, dan finansial yang menyebabkan ketergantungan produk pertahanan luar negeri masih cukup tinggi.

Meningkatkan Rasa Aman dan Ketertiban Masyarakat. Kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat secara umum semakin kondusif dengan tingkat penyelesaian perkara kriminalnya mencapai 52 persen, namun pola kejahatannya semakin bervarisasi. Kondisi ini merupakan tantangan yang cukup berat bagi upaya penyelidikan dan penyidikan, serta

pencegahan tindak kriminalitas yang bertendensi meningkat sebagai akibat krisis global yang belum membaik.

Meningkatkan Penggalangan Keamanan Nasional. Selanjutnya terkait dengan