• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Psikomotorik

Dalam dokumen Oleh: ERNA KARYAWATI NIM. K (Halaman 98-106)

commit to user 2. Aspek Afektif

3. Aspek Psikomotorik

Perkembangan perilaku intelektual siswa dalam aspek psikomotorik yaitu aspek-aspek yang menyangkut keterampilan siswa, dapat dilihat berdasarkan produk hasil kerja kelompok siswa berupa bangun datar yang dibuat siswa dari kertas lipat yang telah disediakan guru. Nilai produk berupa bangun datar yang

commit to user

dibuat siswa dalam kerja kelompok (lampiran 29 halaman 170) dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 8.

Tabel 8. Nilai Produk Hasil Kerja Kelompok Siklus I dan Siklus II kelompok

Tabel 8 Nilai Produk Kerja Kelompok Siklus I dan Siklus II di atas dapat digambarkan menjadi grafik seperti Grafik 8.

commit to user

Grafik 8. Nilai Produk Kerja Kelompok Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan Tabel 8 dan Grafik 8 di atas, dapat diketahui adanya perkembangan aspek psikomotorik yaitu keterampilan siswa dalam membuat bangun datar dengan penggunaan media berupa kertas lipat, penggunaan busur derajat, jangka, penggaris, gunting, dll. Pada pelaksanaan kerja kelompok siklus I, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menghitung sudut dengan menggunakan busur derajat. Hal ini mengakibatkan beberapa hasil kerja kelompok siswa mengalami kesalahan perhitungan. Setelah direfleksikan dengan kolaborator yaitu guru kelas V, maka peneliti mengadakan perbaikan pada siklus II dengan cara melakukan interaksi secara langsung pada masing-masing kelompok. Interaksi ini dilakukan untuk memberikan arahan kepada seluruh anggota kelompok yang mengalami kesulitan penghitungan, terutama penghitungan sudut menggunakan busur derajat. Setelah adanya interaksi langsung pada siklus II, siswa sudah mulai dapat memanfaatkan media pembelajaran yang ada, terutama busur derajat. Berikut deskripsi perkembangan hasil produk kerja kelompok dari siklus I sampai siklus II yang digambarkan dalam Tabel 8 dan Grafik 8.

a. Kelompok 1

Pada siklus I dan siklus II, kelompok 1 sudah dapat membuat bangun datar dengan memanfaatkan media pembelajaran dengan baik. Hasil produk kerja kelompok yang dibuat dari siklus I sampai siklus II secara keseluruhan sudah benar.

b. Kelompok 2

Pada siklus I kelompok 2 masih mengalami kesulitan dalam penggunaan busur derajat, sehingga dalam pembuatan bangun datar masih ada beberapa bagian yang salah perhitungan. Seperti pada saat membuat trapesium siku-siku, sudut yang dibuat kurang dari 90o. Pada siklus II kelompok 2 mulai dapat memanfaatkan media dengan baik.

c. Kelompok 3

commit to user

Pada siklus I kelompok 3 kurang dapat menggunakan busur derajat dengan baik, tetapi pada siklus II kelompok 3 sudah dapat memanfaatkan media dengan baik.

d. Kelompok 4

Pada siklus I dan siklus II, kelompok 4 dapat membuat bangun datar segitiga dengan penghitungan yang tepat, namun pada bangun datar yang tingkatannya lebih rumit seperti jajargenjang dan belah ketupat, kelompok 4 masih mengalami sedikit kesalahan dalam perhitungan menggunakan busur derajat.

e. Kelompok 5

Pada siklus I kelompok 5 mampu membuat bangun segitiga siku-siku dengan baik, namun pada bangun belah ketupat, kelompok 5 masih mengalami kesalahan perhitungan. Pada siklus II kelompok 4 mulai dapat memanfaatkan media dengan baik.

f. Kelompok 6

Secara keseluruhan siklus I dan siklus II, kelompok 6 yang juga sebagai kelompok terbaik mampu membuat bangun datar dengan tepat.

g. Kelompok 7

Pada siklus I kelompok 7 kurang dapat menggunakan busur derajat dengan baik, sehingga terjadi beberapa kesalahan perhitungan. Namun pada siklus II kelompok 7 mulai lancer memanfaatkan media pembelajaran.

h. Kelompok 8

Pada siklus I kelompok 8 kurang dapat membuat bangun datar dengan baik, pada siklus II sudah mulai adanya peningkatan, tetapi pada bangun datar yang dianggap memiliki tingkat kerumitan yang lebih seperti layang-layang dan trapesium sama kaki, kelompok 8 masih mengalami sedikit kesalahan perhitungan.

Secara klasikal, keterampilan siswa dalam membuat bangun datar menggunakan kertas lipat, busur derajat, penggaris, jangka dan gunting

commit to user

mengalami perkembangan dari siklus I sampai siklus II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada nilai rata-rata produk kerja kelompok siklus I dan siklus II Tabel 9.

Tabel. 9 Nilai Rata-rata Produk Kerja Kelompok

Siklus Nilai Kelompok

Rata-rata

Kategori 1 2 3 4 5 6 7 8

Siklus I 4 3 3 3,5 3,5 4 3,5 2,5 3,3 Baik Siklus II 4 3,5 4 3,5 4 4 4 3,5 3,8 Baik Keterangan:

4 = Baik Sekali 3 = Baik 2 = Cukup 1 = Kurang

Berdasarkan nilai rata-rata produk kerja kelompok di atas, dapat dibuat grafik seperti Grafik 9.

Grafik. 9 Nilai Rata-rata Produk Kerja Kelompok

Berdasarkan Tabel 9 dan Grafik 9 di atas, rata-rata nilai produk kerja kelompok siswa secara klasikal mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus

commit to user

II. Siklus I nilai yang yang diperoleh dapat dikategorikan dengan nilai Baik (B) yaitu 3,3 dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 3,8 yang dikategorikan dengan nilai Baik (B). Sehingga dapat dikatakan pada aspek psikomotorik siswa dalam pembelajaran sifat-sifat bangun datar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II.

Penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus ini dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan pemahaman sifat-sifat bangun datar pada siswa kelas V SDN Jurangjero 2 dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation. Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-peningkatan dari ketiga aspek perilaku intelektual atau intellectual behavior, yang meliputi aspek kognitif (pengetahuan/pemikiran), aspek afektif (sikap) dan aspek psikomotorik (keterampilan). Meskipun dalam pelaksanaannya terdapat berbagai hambatan-hambatan yang ditemui pada masing-masing siklus.

Hambatan-hambatan yang ditemui pada masing-masing siklus berbeda-beda, diantaranya: hambatan yang dijumpai pada siklus I yakni siswa masih belum familier atau belum terlalu mengenal dengan model pembelajaran kooperatif terutama tipe group investigation, karena sebelumnya siswa belum pernah diajarkan untuk belajar secara berkelompok (kooperatif) di dalam kelas.

Siswa yang terbiasa hanya duduk diam mendengarkan ceramah dari guru merasa kurang termotivasi untuk dapat bertanya maupun mengeluarkan pendapat.

Sehingga sebagian siswa kurang dapat memanfaatkan media pembelajaran seperti penggunaan busur derajat, karena tidak bertanya kepada guru jika tidak ditanya.

Hal ini mengakibatkan proses pembelajaran group investigation ini kurang dapat berjalan secara maksimal. Selain itu, beberapa siswa masih ada yang berbicara dengan temannya diluar materi pelajaran pada saat kerja kelompok dan masih ada yang belum mampu bekerjasama dengan baik dalam kelompoknya karena selain belum begitu memahami peranannya dalam kelompok, pekerjaan juga didominasi oleh siswa-siswa yang berpengetahuan lebih, siswa yang kurang tidak ikut berdiskusi kelompok dan cenderung ramai sendiri. Upaya untuk mengatasi hambatan yang ada pada siklus I akan disempurnakan pada siklus II yakni dengan

commit to user

cara memberikan arahan kembali tentang pelaksanaan model group investigation, memberikan perhatian lebih menyeluruh dengan interaksi langsung pada masing-masing kelompok, memberikan tugas untuk mencatat hasil presentasi seluruh kelompok, serta menambahkan media papan skor. Media papan skor digunakan untuk memberikan motivasi/rangsangan kepada siswa agar siswa dapat lebih aktif dan berani mengeluarkan ide-ide yang mereka miliki dalam bentuk tanggapan maupun pertanyaan baik kepada guru maupun kepada sesama siswa. Setelah adanya upaya perbaikan pada siklus II, pembelajaran pada siklus II sudah berhasil sesuai dengan indikator yang telah ditentukan, namun masih ada 4 siswa yang belum tuntas. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas dan siswa terkait dapat diketahui ketidaktuntasan siswa dikarenakan faktor intern dari dalam diri siswa. Siswa tersebut merasa malas untuk belajar dan cenderung hanya suka bermain dengan teman-temannya. Maka permasalahan 4 siswa yang belum tuntas tersebut diserahkan sepenuhnya kepada guru kelas.

Berdasarkan hasil wawancara sebelum tindakan antara peneliti dengan guru kelas dan siswa terkait (lampiran 2 halaman 92) hasil belajar siswa sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation cukup baik, tetapi siswa yang tuntas hanya 41,03%. Hal itu dikarenakan guru belum menggunakan model-model pembelajaran inovatif yang tepat dalam pelajaran Matematika khususnya materi sifat-sifat bangun datar, sehingga siswa kurang dapat menyerap maupun memahami materi pelajaran. Sedangkan hasil wawancara setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (lampiran 32 halaman 175) dalam pelajaran Matematika khususnya materi sifat-sifat bangun datar, terbukti dapat meningkatkan pemahaman siswa, selain itu ketuntasan belajar Matematika siswa materi sifat-sifat bangun datar juga meningkat. Hal itu dikarenakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dalam pelajaran Matematika materi sifat-sifat bangun datar dapat meningkatkan perilaku intelektual siswa yang mencakup tiga aspek yaitu kognitif (pemahaman), afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan). Aktivitas belajar siswa menjadi meningkat dan membuat pembelajaran sifat-sifat bangun datar menjadi bermakna (menarik minat belajar siswa dan memberikan

commit to user

kemudahan untuk memahami materi karena proses pembelajaran melalui investigasi dalam kelompok), mengingat banyaknya kelebihan yang dimiliki model pembelajaran kooperatif tipe group investigation maka kendala-kendala dalam pelaksanaan pembelajaran sifat-sifat bangun datar dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation menjadi tidak berarti.

Dengan demikian, penelitian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation untuk meningkatkan pemahaman sifat-sifat bangun datar pada siswa kelas V SDN Jurangjero 2 kecamatan Karangmalang, Sragen ini dapat dikatakan berhasil dan dapat diajukan sebagai suatu rekomendasi bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat meningkatkan pemahaman sifat-sifat bangun datar pada siswa kelas V, khususnya siswa SDN Jurangjero 2, Karangmalang, Sragen, dan siswa kelas V sekolah dasar-sekolah dasar lain pada umumnya.

commit to user

Dalam dokumen Oleh: ERNA KARYAWATI NIM. K (Halaman 98-106)