commit to user d. Pemahaman Sifat-sifat Bangun Datar
2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation a. Model Pembelajaran
Model adalah suatu kerangka berpikir yang dipakai sebagai panduan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu (Sri Anitah, 2009: 45). Sedangkan pembelajaran menurut Gagne (1985) dalam Isjoni (2009:
72- In active process and suggests that teching involves facilitating active mental process by students
dalam posisi proses mental yang aktif dan guru berfungsi mengkondisikan terjadinya pembelajaran.
Muhammad Surya (2003) dalam Isjoni (2009: 72) juga menyebutkan pengertian pembelajaran yang diartikan sebagai suatu proses perubahan yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dan pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan model pembelajaran (Agus Suprijono, 2011:
46) adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Sejalan dengan pendapat di atas, Toeti sukamto dan Udin Saripudin Winataputra (1995) dalam Anton sukarno (2006: 144) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang, pembelajar dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan belajar-mengajar. Sedangkan model pembelajaran menurut Arends Joice & Weil (1980: 1) dalam Rusman (2011: 133) adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurukulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
commit to user
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Sejalan dengan pendapat diatas, Agus Suprijono (2011: 46) meyebutkan model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas. Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Memilih suatu model pembelajaran, harus disesuaikan dengan realitas yang ada dan situasi kelas yang ada, serta pandangan hidup yang akan dihasilkan dari proses kerjasama yang dilakukan antara guru dan peserta didik.
Joyce & Weil (1980) dalam Rusman (2011: 132) menerangkan model-model pembelajaran disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan.
Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya (Rusman, 2011: 133).
Berdasarkan teori-teori pakar di atas, dapat disimpulkan model pembelajaran adalah suatu rencana atau kerangka konsep yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar yang digunakan pengajar sebagai pedoman dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar-mengajar yang aktif, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
b. Pembelajaran Kooperatif
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Menurut Isjoni (2009: 20-21) pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai suatu pendekatan mengajar dimana murid bekerjasama diantara satu sama lain dalam kelompok belajar yang kecil untuk menyelesaikan tugas individu atau kelompok yang diberikan oleh
commit to user
guru. Sedangkan Elffandi Zakaria (2001) dalam Isjoni (2009: 21) menyebutkan pembelajaran kooperatif dirancang bagi tujuan melibatkan pelajar secara aktif dalam proses pembelajaran menerusi perbincangan dengan rekan-rekan dalam kelompok kecil.
Qaisara Parveen, Tariq Mahmood, Azhar Mahmood, dan Manzoor Arif dalam International Journal Of Academic Research (2011: 950) menyebutkan Cooperative learning is an arrangement in which students work in mixed ability groups and are rewarded on the basis of the success of the grou
Pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran dengan pengaturan di mana siswa bekerja dalam kelompok dengan kemampuan campuran atau heterogen dan dihargai atas dasar keberhasilan kelompok secara keseluruhan.
Sejalan dengan jurnal internasional di atas, Anita Lie (2008: 41) menjelaskan bahwa pengelompokan heterogenitas dalam hal kemampuan akademis, kelompok pembelajaran kooperatif biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang. Miftahul Huda (2011: 32) masih sependapat, bahwa pembelajaran kooperatif umumnya melibatkan kelompok yang terdiri dari 4 siswa dengan kemaampuan yang berbeda dan ada pula yang menggunakan kelompok dengan ukuran yang berbeda-beda. Dengan demikian pembelajaran kooperatif bergantung pada efektivitas kelompok-kelompok siswa tersebut.
Slavin (1995) dalam Isjoni (2009: 22) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok kecil yang berjumlah 4-5 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Sejalan dengan pendapat di atas, Rusman (2011: 204) menyebutkan Cooperative learning adalah teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang.
Christopher Cheong dalam The International Journal of an Emerging Transdiscipline (2010: 74) juga menyebutkan:
commit to user
Cooperative learning covers a range of group-based learning approaches (Damon & Phelps,1989). It can be seen as a set of different instructional methods in which student are encouraged by the teacher to cooperate in learning (Slavin, 1987). Its focus is on the interaction between students over the subject matter, which, depending on the quality of the interaction, can result in different models of learning.
Pembelajaran kooperatif mencakup berbagai kelompok berbasis pendekatan belajar. Hal ini dapat dilihat sebagai seperangkat metode pengajaran yang berbeda di mana siswa didorong oleh guru untuk bekerja sama dalam belajar. Fokusnya adalah pada interaksi antara siswa selama materi pelajaran yang tergantung pada kualitas interaksi yang dapat menghasilkan model pembelajaran yang berbeda.
Keterkaitan dengan pendapat diatas, Effandi Zakaria & Zanaton Iksan dalam Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education (2007:
cooperative learning is generally understood as learning that takes place in small groups where students share ideas and work collaboratively Pembelajaran kooperatif secara umum dipahami sebagai pembelajaran yang terjadi dalam kelompok kecil dimana siswa dalam satu kelompok berbagi ide dan bekerja sama menyelesaikan suatu soal atau permasalahan. Sejalan dengan pendapat di atas, Mohamad Nur (2011: 1) menyebutkan bahwa model pembelajaran kooperatif membantu siswa belajar setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan datar sampai pemecahan masalah yang kompleks.
Rusman (2011: 201) menyebutkan bahwa dalam model pembelajaran kooperatif, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke earah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Sedangkan Mohamad Nur (2011: 1) Model pembelajarn kooperatif dapat memotivasi seluruh siswa, memanfaatkan seluruh energi sosial siswa, saling mengambil tanggungjawab. Menambahkan pendapat di atas, Mohamad Nur (2011: 2), pendekatan paling efektif pada pengelolaan kelas untuk pembelajaran kooperatif adalah menciptakan suatu sistem penghargaan positif berbasis kelompok.
Anita lie (2008: 31) mengatakan bahwa untuk untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan.
commit to user
Secara ringkas kelima unsur tersebut yaitu: 1) saling ketergantungan positif, 2) tanggungjawab perseorangan, 3) tatap muka, 4) komunikasi antar anggota, dan 5) evaluasi proses kelompok.
Secara ringkas, ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Isjoni (2009:
27) yaitu: 1) setiap anggota memiliki peran, 2) terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa, 3) setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, 4) guru membantu mengembangkan ketrampila-ketrampilan interpersonal kelompok dan 5) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
Isjoni (2009 : 73) juga menyebutkan dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan, variasi-variasi atau yang biasa disebut dengan tipe dari model pembelajaran kooperatif antara lain: a) Student Team Achievement Division (STAD), b) Jigsaw, c) Teams Games Tournaments (TGT), d) Group Investigation (GI), e) Rotating Trio Exchange, f) Group Resume.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative leraning) adalah model pembelajaran yang memiliki berbagai variasi model dan dirancang untuk proses pembelajaran yang aktif dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 orang dimana siswa dalam satu kelompok saling bekerja sama memecahkan masalah untuk mencapai tujuan pembelajaran.
c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation merupakan model pembelajaran kooperatif yang kompleks karena memadukan antara prinsip belajar kooperatif dengan pembelajaran berbasis konstruktivisme dan prinsip pembelajaran demokrasi (Isjoni, 2009: 87). Dalam group investigation inilah kooperatif memainkan peranannya dalam memberi kebebasan kepada pebelajar untuk berpikir secara analitis, kritis, kreatif, reflektif dan produktif ( Isjoni, 2009:
87). Pola pengajaran ini akan menciptakan pembelajaran yang diinginkan, karena siswa sebagai objek pembelajaran terlibat dalam penentuan pembelajaran.
commit to user
Sehingga, model ini dapat digunakan untuk melatih siswa menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran akan memberi peluang kepada siswa untuk dapat lebih mempertajam gagasan dan guru akan mengetahui kemungkinan gagasan siswa yang salah sehingga guru dapat memperbaiki gagasannya.
Thelen (Joyce dan Weil, 1980: 332) dalam (http://ekocin.wordpress.com diunduh tanggal 16 Januari 2012) menyebutkan 3 konsep utama dalam model group investigation, berikut ringkasannya:
1) Penelitian (inquiry) yaitu proses perangsangan siswa dengan menghidupkan suatu masalah. Dalam proses ini siswa merasa dirinya perlu memberikan reaksi terhadap masalah yang dianggap perlu untuk diselesaikan.
Masalah ini didapat dari siswa sendiri atau diberikan oleh guru.
2) Pengetahuan (knowledge) yaitu pengalaman yang tidak dibawa sejak lahir namun diperoleh siswa melalui pengalaman baik secara langsung maupun tidak langsung.
3) Dinamika kelompok (The dynamics of the learning group), menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok individu yang saling berinteraksi mengenai sesuatu yang sengaja dilihat atau dikaji bersama dengan berbagai ide dan pendapat serta saling tukar-menukar pengalaman dan saling berargumentasi.
Berdasarkan pemaparan pendapat mengenai model pembelajaran GI di atas, dapat disimpulkan bahwa Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) adalah model pembelajaran yang dilaksanakan dalam kelompok heterogen, dimana tiap kelompok belajar untuk menemukan sendiri materi yang akan dipelajari melalui investigasi, membuat kesimpulan pada laporan akhir dan mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya kemudian saling tukar informasi dengan kelompok lain.
Model pembelajaran GI mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan lebih bermakna. Artinya siswa dituntut selalu berfikir tentang suatu persoalan dan mereka mencari sendiri cara penyelesaiannya. Dengan demikian mereka akan
commit to user
lebih terlatih untuk selalu menggunakan keterampilan pengetahuannya, sehingga pengetahuan dan pengalaman belajar mereka akan tertanam untuk jangka waktu yang cukup lama.
Di dalam implementasinya pembelajaran kooperatif tipe group investigation, setiap kelompok presentasi hasil investigasi mereka di depan kelas.
Tugas kelompok lain, ketika satu kelompok presentasi di depan kelas adalah melakukan evaluasi sajian kelompok (Rusman, 2011: 222). Sejalan dengan pendapat di atas, Miftahul Huda (2011 :124) menerangkan selama proses penelitian atau investigasi, siswa akan terlibat dalam aktivitas-aktivitas berpikir tingkat tinggi, seperti membuat sintesis, ringkasan, hipotesis, kesimpulan, dan menyajikan laporan akhir.
Daniel Zingaro dalam Group Investigation: Theory and Practice (2008:
1) menjelaskan pelaksanaan group investigation sebagai berikut:
In GI, students form interest groups within which to plan and implement an investigation, and synthesize the findings into a group presentation for the class. The teacher's general role is to make the students aware of resources that may be helpful while carrying out the investigation. GI includes four important components: investigation, interaction, interpretation and intrinsic motivation. Investigation refers to the fact that groups focus on the process of inquiring about a chosen topic. Interaction is a hallmark of all cooperative learning methods, required for students to explore ideas and help one another learn. Interpretation occurs when the group synthesizes and elaborates on the findings of each member in order to enhance understanding and clarity of ideas.
Dalam group investigation, siswa membentuk kelompok kepentingan di mana untuk merencanakan dan melaksanakan penyelidikan, dan mensintesis temuan ke dalam presentasi kelompok untuk kelas. Peran umum guru adalah untuk membuat siswa sadar akan sumber daya yang dapat membantu saat melakukan penyelidikan. GI mencakup empat komponen penting: penyelidikan, interaksi, interpretasi dan motivasi intrinsik. Investigasi mengacu pada fakta bahwa kelompok-kelompok fokus pada proses bertanya tentang topik yang dipilih.
Interaksi merupakan ciri dari semua metode pembelajaran kooperatif, diperlukan bagi siswa untuk mengeksplorasi ide-ide dan saling membantu belajar.
Interpretasi terjadi ketika kelompok mensintesis dan menguraikan tentang temuan
commit to user
masing-masing anggota dalam rangka meningkatkan pemahaman dan kejelasan ide.
Isjoni (2009: 87-88) menjelaskan secara ringkas pelaksanaan model pembelajaran group investigation, siswa dibagi ke dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 orang. Kelompok dapat dibentuk berdasarkan perkawanan atau berdasarkan pada keterkaitan akan sebuah materi secara heterogen tanpa melanggar ciri-ciri pembelajaran kooperatif. Pada model ini siswa memilih sub topik yang ingin mereka pelajari dan topik yang biasanya telah ditentukan guru, selanjutnya siswa dan guru merencanakan tujuan, langkah-langkah belajar berdasarkan sub topik dan materi yang dipilih. Kemudian siswa mulai belajar dengan berbagai sumber belajar baik didalam ataupun diluar sekolah, setelah proses pelaksanaan belajar selesai mereka menganalisis, menyimpulkan, dan membuat kesimpulan untuk mempresentasikan hasil belajar mereka di depan kelas.
Robert E. Slavin (2005: 218-229) mengemukakan bahwa implementasi model GI memiliki enam tahapan kegiatan. Berikut ringkasan dari implementasi GI Slavin:
1) Mengidentifikasikan topik dan pembentukan kelompok
Tingkatan ini menekankan pada permasalahan, siswa meneliti, mengajukan topik dan saran. Peranan ini dimulai dengan setiap siswa diberikan modul yang berisikan kisi-kisi; dari langkah ini diharapkan siswa mampu menebak topik apa yang akan disampaikan kemudian siswa yang memiliki topik yang sama dikelompokkan menjadi satu kelompok dalam penyelidikan nanti. Dalam hal ini peran dari guru adalah membatasi jumlah kelompok serta membantu mengumpulkan informasi dan memudahkan pengaturan.
2) Merencanakan tugas belajar
Pada tahap ini anggota kelompok menentukan subtopik yang akan diinvestigasi dengan cara mengisi lembar kerja yang telah tersedia serta mengumpulkan sumber untuk memecahkan masalah yang tengah diinvestigasi. Setiap siswa menyumbangkan kontribusinya terhadap investigasi kelompok kecil.
Kemudian setiap kelompok memberikan kontribusi kepada penelitian untuk