• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Komunitas .1 Diagnosis Keperawatan Komunitas 1

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 123-127)

KELURAHAN CISALAK PASAR

5.1 Analisis Pencapaian dan Kesenjangan

5.1.3 Asuhan Keperawatan Komunitas .1 Diagnosis Keperawatan Komunitas 1

Peningkatan pengetahuan ibu balita sebelum dan sesudah kegiatan pemantauan penerapan SAKA diare rata-rata mengalami peningkatan 23.22%. Peningkatan ketrampilan ibu balita dalam melakukan penerapan SAKA diare balita sebesar 23.23%. Peningkatan sikap ibu balita untuk melakukan penerapan SAKA diare keluarga sebesar 23.22%. Penurunan kejadian diare pada balita sebesar 43,3% dari kejadian 1 bulan pertama 23% menjadi 13% pada 3 bulan terakhir. Peningkatan pengetahuan yang signifikan berdampak pada penurunan insiden kejadian diare pada balita. Masyarakat berperan serta dalam pencapaian keberhasilan pembengunan kesehatan bukan hanya sebagai objek tetapi sebagai subjek pembengunan kesehatan (Departemen Kesehatan, 2005). Peran serta masyarakat berkontribusi langsung terhadap perumusan atau proses musyawarah untuk mencapai mufakat bersama terkait upaya pencegahan penularan penyakit (Suratini, 2012). Individu mempunyai kekuatan dan kemampuan untuk mengubah perilaku sehat atau melakukan modifikasi gaya hidup sehat dengan adanya peningkatan pengetahuan melalui pendidikan kesehatan (Pender, Murdaugh & Parson, 2006).

Pendidikan kesehatan dalam bentuk pelatihan merupakan suatu kegiatan memberikan pengetahuan dalam upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan mencakup berbagai upaya baik itu dalam bentuk mencegah terjadinya penyakit

(health prevention) maupun melindungi diri dari berbagai masalah kesehatan (health protection) dengan cara melakukan penyebaran informasi dan peningkatan motivasi masyarakat untuk berperilaku hidup sehat (Pender, Murdaugh, & Parson, 2006). Pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mengurangi disabilitas serta mengaktualisasikan potensi kesehatan yang dimiliki oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Swanson dan Nies, 2011). Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui tehnik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok amaupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat (Departemen Kesehatan, 2002). Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dengan meminta pertolongan (Effendi, 2003).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmojo, 2010). Penelitian tenteng praktik pemberian makan yang dilakukan dalam keluarga jika tidak didasari pengetahuan yang baik maka akan menghasilkan praktik yang kurang tepat (Widita, 2012). Program pemerintah yang hanya berfokus untuk pengobatan pada balita diare tidak dibarengi dengan perhatian terhadap pentingnya melakukan oraktik pencegahan diare pada balita. Dampak kader Posyandu, keluarga serta masyarakat pada umumnya tidak memiliki pengetahuan yang baik yang dapat dijadikan sebagai landasan dalam melakukan praktik pencegahan diare pada balita sedini mungkin.

Pendidikan kesehatan termasuk pelatihan merupakan upaya program yang multidimensial dalam upaya untuk pemeliharaan dan peningkatan pengetahuan kesehatan (Pender, 2006). Perilaku baru terjadi jika diawali dengan

pengalaman-pengalaman dan faktor dari luar (lingkungan) yang diketahui, dipersepsikan, diyakini sehingga menimbulkan motivasi untuk bertindak (Notoatmodjo,2005). Dukungan lingkungan termasuk dukungan yang diberikan oleh petugas kesehatan Puskesmas dan dokter puskesmas atau kelompok peduli di masyarakat dalam memberikan motivasi bagi penderita hipertensi dan keluarganya agar mau dan mampu berperan serta secara aktif sebagai motivator diri sendiri dan keluarganya yang menderita hipertensi. Upaya ini bermakna untuk penyakit kronis seperti hipertensi yang memerlukan pengobatan jangka panjang bahkan seumur hidupnya (Pujiyanto, 2008).

Kegiatan penyuluhan yang dilakukan lebih mengoptimalkan peran dan fungsi kader dalam melakukan penyuluhan kesehatan yang tujuannya adalah untuk pemberdayaan kader dalam menyelesaikan masalah kesehatan (Suratini, 2012). Pendidikan kesehatan merupakan salah satu kegiatan yang ditujukan dalam rangka promosi kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan penyampaian pesan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok ataupun masyarakat agar mereka memperoleh pengetahuan kesehatan yang nantinya berpengaruh pada sikap, perilaku sehat (Rejeki, 2012). Perubahan yang terjadi di masyarakat dapat dipengaruhi oleh perawat komunitas dalam menyampaikan pesan kesehatan (Suhadi, 2012).

Pendidikan kesehatan yang secara rutin dilakukan oleh KPS dalam kegiatan Posyandu setiap bulan memberikan dampak yang positif terhadap penurunan kejadian diare pada balita yaitu 43.3%. Penurunan insiden diare pada balita masih tinggi dibandingkan insiden nasional yaitu 10.2%. Analisis penulis hal ini disebabkan fokus intervensi keperawatan yang diberikan hanya 2 RW sedangkan cakupan wilayah Kelurahan Cisalak Pasar luas. Pendidikan kesehatan yang diberikan di RW lain sebatas kampanye dan penyebarluasaan informasi tentang penerapan SAKA diare. Analisis lain adalah waktu singkat untuk mengubah perilaku yang menetap.

5.1.3.1 Diagnosis Keperawatan Komunitas 2

Pelaksanaan pelayanan pencegahan dan penanggulangan balita diare di Posyandu terlaksana di RW 01 dan RW 03. Kelompok pendukung dalam pemantauan penerapan SAKA diare yang dilakukan ibu balita terjadwal seminggu sekali. Kegiatan pemantauan penerapan SAKA diare yang dilakukan ibu balita efektif dilakukan setiap minggu selama 13 minggu. Asuhan keperawatan komunitas pada balita perlu lebih ditingkatkan dan ditindaklanjuti dengan penguatan pada kunjungan rumah sehingg lebih optimal. Peran penting kader dalam kunjungan tindak lanjut adalah untuk memastikan perilaku yang diterapkan oleh keluarga adalah perilaku positif. Teori perubahan perilaku menyatakan bahwa untuk membentuk sebuah kebiasaan diperlukan paling sedikit 6 bulan untuk mempraktikkan perilaku baru.

Proses kelompok merupakan salah satu strategi intervensi keperawatan yang dilakukan bersama-sama dengan masyarakat melalui sebuah kelompok (Suratini, 2012). Intervensi keperawatan di dalam tatanan komunitas menjadi lebih efektif dan mempunyai kekuatan untuk melaksanakan perubahan pada individu, keluarga dan komunitas apabila perawat komunitas bekerjasama dengan masyarakat. Berbagai kelompok di masyarakat dapat dikembangkan sesuai dengan inisiatif dan kebutuhan masyarakat setempat. Kegiatan kelompok ini disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai (Depkes, 1992). Dukungan yang diterima lansia dapat meningkatkan pemanfaatan dan kepatuhan individu terhadap pelayanan yang diinginkan dengan mengikuti informasi yang diberikan, ikut serta dalam kelompok dan meningktakan perilaku mencari bantuan kesehatan (Cohen, 1998). Proses kelompok dalm kegiatannya dilaksanakan pendidikan secara kontinu untuk membantu individu, kelompok dalam mengatsi masalah kesehatan. Pelaksanaan pendidikan kesehatan yang dilakukan pada anggota kelompok peduli lansia hipertensi berdampak positif terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan ketrampilan lansia hipertensi dan keluaraganya (Suhadi, 2010). Dampak lansgung keterlibatannya dalam pengendalian faktor risiko hipertensi bagi lansia yaitu

terbukti hasilnya dapat menurunkan tingkat keluhan lansia akibat tekanan darahnya meningkat, menurunnya derajat hipertensi dan meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku lansia hipertensi terhadap kemampuan melakukan penatalaksanaan hipertensi di rumah. Hal ini juga sejalan dengan hasil pelaksanaan pendidikan kesehatan yang dilakukan KPS diare berdampak positif terhadap peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap ibu balita dalam melakukan deteksi dini dan pencegahan diare pada balita dengan penerapan SAKA diare. Dampak langsung keterlibatannya dalam deteksi ini diare pada balita dengan melihat faktor risiko terbukti hasilnya dapat menurunkan angka kejadian diare balita dan meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap dalam melakukan penerapan SAKA diare di rumah.

Dampak pendidikan kesehatan, kunjungan rumah dan pendidikan kesehatan bagi kelompok balita berisiko terkena diare di keluarga dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan keluarga, yang dapat meningkatkan status kemandiriannya dalam tugas perawatan kesehatan keluarga. Keberhasilan tersebut secara umum dapat mendeteksi secara dini balita diare sehingga tidak terjadi dehidrasi yang akan berakibat fatal pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan balita bahkan menyebabkan kematian.

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 123-127)