• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelesaian Masalah Pengelolaan Asuhan Keperawatan Keluarga Masalah I

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 95-105)

KELURAHAN CISALAK PASAR

4.2. Pengelolaan Asuhan Keperawatan Keluarga 1. Analisis Situasi

4.2.3. Penyelesaian Masalah Pengelolaan Asuhan Keperawatan Keluarga Masalah I

Manajemen terapeutik tidak efektif diare pada keluarga Bpk.E khususnya An.K

Tujuan Umum

Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 8 bulan, tidak terjadi diare pada keluarga.

Tujuan Khusus

Setelah pertemuan 3 x 45 menit, keluarga mampu (1) Mengenal masalah Diare dengan: menjelaskan pengertian diare, menyebutkan penyebab diare, menyebutkan tanda dan gejala diare, mengidentifikasi anggota keluarga dengan diare. (2) Keluarga memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan diare, menyebutkan akibat diare, ungkapan keinginan untuk merawat anggota keluarga dengan diare. (3) Merawat anggota keluarga dengan SAKA diare, meredemonstrasi cara perawatan diare dan melakukan perawatan diare. (4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan dalam perawatan diare dengan cara menyebutkan cara pencegahan diare, menyebutkan cara memodifikasi lingkungan untuk pencegahan diare, melakukan modifikasi lingkungan untuk pencegahan diare. (5) Memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mencegah diare dengan cara mengidentifikasi fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat digunakan dalam penanganan diare, memanfaatkan pelayanan kesehatan dalam penanganan diare.

Rencana Tindakan Keperawatan

1. Pendidikan kesehatan menjelaskan tentang pengertian diare adalah frekuensi buang air besar cair lebih dari 3x sehari. Penyebab utama diare 3 dari 2 penyebab diare yaitu virus, bakteri, alergi susu formula atau makanan, menyebutkan tanda dan gejala diare yaitu BAB cair muntah, demam mata cekung, BB turun dan nafsu makan turun. 3 dari 4 akibat diare dehidrasi yaitu tum-bang terhambat, biaya berobat mahal dan meninggal dunia.

2. Coaching tentang SAKA diare terdiri dari pengelolaan sanitasi, anak, keluarga dan area. SAKA diare yang diajarkan pada keluarga tentang merebus botol susu yang digunakan balita dengan benar, kebiasaan cuci tangan dengan sabun setelah bab dan memberikan makan pada anak, pembuatan oralit, senam balita, terapi gurita dan pembuatan formula bubur tempe. Cara pencegahan diare dengan penerapan SAKA diare dengan menggunaan sumber air bersih yang terlindungi, menjaga kebersihan jamban, pemberian ASI, pemberian formula bubur tempe, pemberian oralit serta pemberian zink selama 10 hari, terapi gurita dan senam balita, kebiasaan keluarga mencuci tangan mengolahan bahan makanan, sampah, limbah. Cara memodifikasi lingkungan untuk perawatan diare dengan pemeliharaan rumah dan lingkungan bersih, selalu merebus air minum yang dikonsumsi balita, kondisi lantai yang bersih dan sarana pembuangan sampah dan limbah yang selalu dalam keadaan tertutup.

3. Direct Care dilakukan pada 4 keluarga yang saat dilakukan pengakajian balita sedang terkena diare. Hal pertama yang dilakukan adalah pengkajian faktor risiko penyebab utama balita terkena diare. Perawatan yang diberikan langsung adalah perawatan kulit karena terjadi ganggan integritas kulit, selanjutnya memberikan terapi gurita untuk mengurangi kembung. Pemberian cairan oralit untuk mengatasi terjadinya dehidrasi dan pemberian zink selama 10 hari. Pada pertemuan selanjutnya observasi frekuensi dan konsistensi buang air besar balita selama 24 jam. Pemberian nutrisi balita diare dengan pembuatan bubur tempe. Kegiatan selanjutnya adalah pemantauan penerapan SAKA diare selama 1 minggu.

Pembenaran :

Pendidikan kesehatan sebagai sekumpulan pengalaman yang mendukung kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang berhubungan dengan kesehatan individu, masyarakat dan ras (Wood, 1996). Pendidikan kesehatan merupakan upaya yang ditekankan pada terjadinya perubahan perilaku, baik pada individu maupun masyarakat. Area Pendidikan Kesehatan adalah pada Knowledge (pengetahuan),

Attitude (sikap) dan Practice (perilaku). pendidikan kesehatan merupakan satu

bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik. Pelaksanaan pendidikan kesehatan dalam keperawatan merupakan kegiatan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut : pengkajian kebutuhan belajar klien, penegakan diagnosa keperawatan, perencanaan pendidikan kesehatan, implementasi pendidikan kesehatan, evaluasi pendidikan kesehatan, dan dokumentasi pendidikan kesehatan (Suliha, 2002). Coaching atau bimbingan merupakan proses belajar intensif melalui bimbingan perorangan, demonstrasi, dan praktik yang diikuti dengan pemberian umpan balik segera (Departemen Kesehatan, 2007). Coaching yang diberikan kepada keluarga berupa pemberian bimbingan secara langsung dengan metode demonstrasi dan praktek langsung penerapan SAKA keluarga untuk pencegahan diare.

Pelaksanaan

TUK : 1-2 dengan menggunakan lembar balik dan leaflet (1) Mendiskusikan bersama keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala diare, akibat langsung dari diare, cara pencegahan diare, cara perawatan diare, memberikan penyuluhan pada keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala diare. (2) Memberi kesempatan pada keluarga untuk mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala yang dimiliki oleh keluarga dan tindakan yang telah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah diare. (3) Memberikan pujian atas kemampuan keluarga. (4) Mengevaluasi pengetahuan keluarga tentang apa yang telah diajarkan dan memberikan kesempatan pada keluarga untuk membandingkan

pengetahuan yang dimiliki keluarga dengan standar. (5) Memberikan motivasi/dukungan keluarga mengambil keputusan untuk menghindari akibat lanjut dari diare.

TUK : 3-4 dengan (1) mendemonstrasikan cara perawatan balita dengan SAKA diare yaitu mendemonstrasikan cara penerapan SAKA diare, memberikan kesempatan kepada keluarga untuk melakukan redemonstrasi cara menerapkan SAKA diare di rumah dan memberikan pujian atas kemampuan keluarga. (2) Mendiskusikan dengan keluarga cara mengurangi kembung anak dengan melakukan terapi gurita dan senam balita pada anak, mendiskusikan dengan keluarga tentang terapi gurita dan pembuatan bubur tempe, memberikan kesempatan kepada keluarga untuk menanyakan hal yang belum jelas, mengevaluasi pengetahuan keluarga tentang terapi gurita dan pembuatan bubur tempe dan memberikan pujian atas kemampuan keluarga. (3) mendemonstrasi cara melakukan terapi gurita dan pembuatan bubur tempe.

Evaluasi

Manajemen terapeutik efektif pada keluarga Bpk.E khususnya pada An.K tidak terjadi diare dengan dilakukan pencegahan diare dan pemantauan penerapan SAKA diare sampai akhir waktu pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga selama 8 bulan. Keluarga menunjukkan peningkatan pengetahuan dan kemampuan dalam merawat anggota keluarga dengan diare yang ditunjukkan dengan : 1) Keluarga mampu mengenal masalah dengan menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala diare, akibat langsung dari diare, cara pencegahan diare, cara perawatan diare balita. 2) Keluarga mampu mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan balita diare dan menyebutkan akibat lanjut atau komplikasi jika diare tidak dilakukan pencegahan secara dini serta mengungkapkan keinginan merawat balita dengan diare. 3) Keluarga mampu merawat balita dengan diare dan menyebutkan cara pencegahan dengan penerapan SAKA diare dirumah dengan keluarga mampu mendemostrasikan cara penerapan SAKA diare dengan melakukan cara mencuci tangan dengan sabun

dan air bersih, cara membuat oralit, cara melakukan senam balita dan terapi gurita serta dapat membuat nutrisi balita diare dengan pembuatan bubur tempe. 4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan dengan mendemonstrasikan cara menggunakan air bersih yang dimasak terlebih dahulu untuk dikonsumsi balita, membersihkan sekitar jamban, selokan dan pembuangan sampah serta membersihkan kandang ayam dan burung yang berada di sekitar rumah. 5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan teratur setiap bulan ke Posyandu dan berobat saat balita sakit ke Puskesmas.

Rencana Tindak Lanjut

1. Membuat kesepakatan dengan keluarga untuk selalu melakukan penerapan SAKA diare di keluarga.

2. Mendelegasikan pada kelompok pendukung untuk melakukan pemantauan penerapan SAKA diare yang dilakukan keluarga.

Masalah II

Pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga Bpk.E khususnya pada An.K.

Tujuan Umum

Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 8 bulan, terpenuhi kebutuhan nutrisi pada keluarga bapak E khususnya anak K.

Tujuan Khusus

Setelah pertemuan 3 x 45 menit, keluarga mampu (1) Mengenal masalah gizi kurang dengan: menjelaskan pengertian gizi seimbang, menyebutkan penyebab gizi kurang, menyebutkan tanda dan gejala gizi kurang, mengidentifikasi anggota keluarga dengan gizi kurang. (2) Keluarga memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan gizi kurang, menyebutkan akibat gizi kurang, ungkapan keinginan untuk merawat anggota keluarga dengan gizi kurang. (3) Merawat anggota keluarga dengan memodifikasi menu gizi anak balita, meredemonstrasi

cara membuat nugget sayur dan membuat modisco. (4) Keluarga mampu memodifikasi menu gizi seimbang dengan membuat nugget sayur dan membuat modisco. (5) Memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk melakukan pemantauan gizi pada balita dengan cara mengidentifikasi fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat digunakan aeperti Puskesmas.

Rencana Tindakan Keperawatan

1. Pendidikan kesehatan menjelaskan tentang pengertian gizi kurang, penyebab utama gizi kurang 3 dari 2, menyebutkan tanda dan gejala gizi kurang, 3 dari 4 akibat gizi kurang.

2. Coaching tentang memodifikasi menu gizi seimbang balita yang diajarkan pada keluarga tentang membuat nugget sayur dan modisco. Cara pencegahan gizi kurang dengan memodifikasi menu seimbang. Cara memodifikasi lingkungan untuk mengatasi balita sulit makan.

Pembenaran :

Pelaksanaan pendidikan kesehatan dalam keperawatan merupakan kegiatan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut : pengkajian kebutuhan belajar klien, penegakan diagnose keperawatan, perencanaan pendidikan kesehatan, implementasi pendidikan kesehatan, evaluasi pendidikan kesehatan, dan dokumentasi pendidikan kesehatan (Suliha, 2002). Coaching atau bimbingan merupakan proses belajar intensif melalui bimbingan perorangan, demonstrasi, dan praktik yang diikuti dengan pemberian umpan balik segera (Departemen Kesehatan, 2007). Coaching yang diberikan kepada keluarga berupa pemberian bimbingan secara langsung dengan metode demonstrasi dan praktek langsung penerapan SAKA keluarga untuk pencegahan diare.

Pelaksanaan

TUK : 1-2 dengan menggunakan lembar balik dan leaflet (1) Mendiskusikan bersama keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala gizi kurang, akibat langsung dari gizi kurang, cara pencegahan gizi kurang, cara perawatan

balita sulit makan, memberikan penyuluhan pada keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala gizi kurang. (2) Memberi kesempatan pada keluarga untuk mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala yang dimiliki oleh keluarga dan tindakan yang telah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah gizi kurang. (3) Memberikan pujian atas kemampuan keluarga. (4) Mengevaluasi pengetahuan keluarga tentang apa yang telah diajarkan dan memberikan kesempatan pada keluarga untuk membandingkan pengetahuan yang dimiliki keluarga dengan standar. (5) Memberikan motivasi atau dukungan keluarga mengambil keputusan untuk menghindari akibat lanjut dari gizi kurang.

TUK : 3-4 dengan (1) mendemonstrasikan cara perawatan balita sulit makan yaitu mendemonstrasikan cara membuat menu variasi yaitu nugget sayur dan modisco, memberikan kesempatan kepada keluarga untuk melakukan redemonstrasi cara membuat variasi menu gizi seimbang balita. (2) Mendiskusikan dengan keluarga cara mengatsi balita sulit makan, mendiskusikan dengan keluarga tentang membuat variasi menu seimang, memberikan kesempatan kepada keluarga untuk menanyakan hal yang belum jelas, mengevaluasi pengetahuan keluarga tentang pembuatan nugget sayur dan pembuatan modisco dan memberikan pujian atas kemampuan keluarga. (3) mendemonstrasi cara membuat nugget sayur dan pembuatan modisco.

Evaluasi

Pemenuhan nutrisi terpenuhi pada keluarga Bpk.E khususnya pada An.K mengalami kenaikan BB 0,75 kg setelah dilakukan pemantauan pemenuhan nutrisi sampai akhir waktu pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga selama 8 bulan. Keluarga menunjukkan peningkatan pengetahuan dan kemampuan dalam merawat anggota keluarga dengan gizi kurang yang ditunjukkan dengan : 1) Keluarga mampu mengenal masalah dengan menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala gizi kurang, akibat langsung dari gizi kurang, cara pencegahan dan cara perawatan gizi kurang. 2) Keluarga mampu mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan balita gizi kurang dan menyebutkan akibat

lanjut atau komplikasi jika gizi kurang tidak dilakukan pencegahan secara dini serta mengungkapkan keinginan merawat balita dengan gizi kurang. 3) Keluarga mampu merawat balita dengan gizi kurang dan menyebutkan cara pencegahan dengan modifikasi menu seimbang dirumah dengan keluarga mampu mendemostrasikan membuat nugget sayur dan modisco untuk mengatasi masalah nutrisi serta mengatur menu jadwal yang beragam dalam 1 minggu. 4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan dengan mendemonstrasikan cara membuat lingkungan yang nyaman untuk mengatasi balita sulit makan. 5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan teratur setiap bulan ke Posyandu untuk pemantauan BB.

Rencana Tindak Lanjut

1. Membuat kesepakatan dengan keluarga untuk membuat variasi menu gizi seimbang lainnya untuk setiap minggu.

2. Mendelegasikan pada kelompok pendukung untuk melakukan pemantauan kenaikan BB An.K setiap kegiatan Posyandu.

Hasil pengkajian pada 10 keluarga ada 2 keluarga mempunyai riwayat 1 bulan terakhir balita masuk RS karena diare. Kondisi balita yang dirawat ke RS sudah terjadi dehidrasi karena diare. Keluarga yang dibina 10 keluarga mempunyai riwayat penyakit diare 3 bulan terakhir lebih dari 2x terjadi diare. Faktor risiko lain yang ada adalah riwayat tidak diberikan ASI secara eksklusif, pemberian makanaan tambahan sebelum balita usia 6 bulan, penggunaan susu formula dan menggunakan dot. Pengkajian lain yang didapatkan bahwa selain risiko balita terkena diare masalah kesehatan yang muncul adalah ada 4 keluarga yang balitanya terjadi pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan antara lain:

1. Pendidikan kesehatan tentang pencegahan diare balita, media yang digunakan adalah lembar balik, leaflet, metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi.

2. Coaching tentang penerapan SAKA diare keluarga dengan mengajarkan cara mencuci tangan, membuat oralit, melakukan senam balita, terapi gurita dan pembuatan bubur tempe. Semua kegiatan tersebut dilakukan bersama dengan anggota kelompok pendukung SAKA dan mahasiswa residen. Media yang digunakan adalah peralatan untuk pemantauan penerapan SAKA diare di keluarga.

Hasil yang diperoleh setelah melakukan asuhan keperawatan pada 10 keluarga adalah 10 keluarga tidak terjadi diare pada balita selama 8 bulan. Pengetahuan keluarga meningkat sebesar 80%, terjadi peningkatan sebesar 75% ketrampilan keluarga baik dalam melakukan penerapan SAKA diare. Peningkatan sikap sebesar 70% yaitu dapat mencuci tangan dengan benar, membuat oralit, melakukan senam balita dan terapi gurita serta pembuatan bubur tempe untuk nutrisi balita diare. Tahap terminasi akhir masih ada 2 keluarga yang tingkat kemandirian tingkat III. Pada keluarga ini masih belum bisa secara mandiri untuk melakukan penerapan SAKA diare secara aktif.

Tingkat kemandirian Keluarga Dalam Mengatasi Masalah Diare Balita Tabel 4.1 No Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Menerima petugas (Perkesmas) 2 Menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana keperawatan

3 Tahu dan dapat

mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar

4 Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran 5 Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran 6 Melakukan tindakan

pencegahan secara aktif

7 Melakukan tindakan peningkatan kesehatan (promotif) secara aktif

- -

Tingkat Kemandirian

Keluarga Akhir IV IV III IV IV IV III IV IV IV

Hasil dari pengelolaan asuhan keperawatan keluarga terjadi peningkatan tingkat kemandirian keluarga yang dibina oleh Kelompok Pendukung SAKA di RW 01 dan RW 03, tingkat kemandirian keluarga III sebesar 25% dan kemandirian keluarga IV sebanyak 75%. Proses asuhan keperawatan pada keluarga dengan risiko balita terkena diare bahwa strategi intervensi penerapan SAKA diare yang dilakukan dengan pemantauan penerapan SAKA diare selama 2 minggu dapat menurunkan insiden diare serta risiko diare berulang pada balita. Pemantauan penerapan SAKA diare dilakukan pembinaan secara rutin 2x seminggu selam 2 minggu akan mencegah balita terkena diare. Keluhan lain selain diare pada

keluarga terbanyak adalah pemenuhan nutrisi dan terjadi ISPA pada balita. Asuhan keperawatan keluarga secara lengkap terlampir.

Kelompok Pendukung SAKA sebagai salah satu bentuk strategi keperawatan yang sudah dijelaskan dalam pengelolaan manajemen keperawatan dan dalam asuhan keperawatan keluarga selanjutnya akan diterapkan dalam asuhan keperawatan komunitas.

4.3. Pengelolaan Asuhan Keperawatan Komunitas

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 95-105)