• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Intervensi SAFE (Sanitation and Family Education)

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 58-62)

TINJAUAN PUSTAKA

2.5. Model Intervensi SAFE (Sanitation and Family Education)

Model intervensi SAFE adalah suatu proyek inovasi yang dikembangkan di Bangladesh untuk menurunkan angka kejadian diare pada balita. Program ini akan mengembangkan strategi intervensi yang bisa diterapkan di masyarakat. Tujuan dari proyek inovasi ini adalah kelanjutan dari proyek inovasi sebelumnya yang hanya melihat faktor sanitasi yang mempengaruhi kejadian diare balita.

SAFE merupakan inovasi yang sudah dilakukan di Bangladesh yang efektivitas

program ini sangat bermakna hasilnya dengan penurunan angka kejadian diare pada balita. Metode yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Metode wawancara dan survei langsung di 5 area komunitas yaitu sekolah, rumah tangga, tempat-tempat umum, pabrik dan tempat sosial.

Komponen dalan SAFE adalah: 2.5.1. Penggunaan air bersih

Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui fecal-oral kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan yang wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh keluarga tentang penggunaan air bersih (1) Ambil air dari sumber air yang bersih. (2) Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup

serta gunakan gayung khusus untuk mengambil air. (3) Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak. (4) Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih). (4) Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih dan cukup.

2.5.2. Penggunaan jamban

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh keluarga (1) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga. (2) Bersihkan jamban secara teratur dan gunakan alas kaki bila akan buang air besar. Membuang tinja bayi dengan benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Hal-hal yang harus diperhatikan keluarga (1) Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban. (2) Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di jangkau olehnya. (3) Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun. (4) Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan sabun.

2.5.3. Kebersihan makanan

Sanitasi makanan adalah suatu pencegahan yang menitik beratkan pada kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu kesehatan mulai dari sebelum makanan diproses, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, penyajian sampai pada makanan dan minuman itu dikonsumsi oleh masyarakat. Penyelenggaraan sanitasi makanan bertujuan untuk menyingkirkan resiko terkontaminasi oleh mikroorganisme pada tahap-tahap yang berbeda dalam produksi dan pemprosesan makanan (Bress,1995). Cara pengolahan makanan haruslah semua kegiatan pengolahan makanan harus terlindung dari kontak langsung dengan tubuh, misalnya dengan menggunakan sarung tangan plastik, penjepit makanan, sendok

atau garpu. Serta menghindari pencemaran makanan dengan menggunakan celemek, tutup kepala/tutup rambut dan tutup mulut, serta memakai sepatu khusus dapur.

Bahan makanan yang disimpan berupa bahan padat, ketebalan maksimum 10 cm dan syarat kelembaban ruang penyimpanan berkisar 80-90%. Penyimpan makanan jadi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: (1) Terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lainnya. (2) Makanan yang cepat busuk sebaiknya disimpan dalam suhu 65.5oC atau lebih atau disimpan dalam suhu dingin sekitar 4oC atau kurang. (3) Makanan yang cepat busuk untuk digunakan dalam waktu lama (lebih dari 6 jam) sebaiknya disimpan dalam suhu dingin sekitar 5oC sampai 1oC, (4) Tidak menempel pada lantai, dinding atau langit-langit dengan ketentuan jarak makanan dengan lantai 15 cm, jarak makanan dengan dinding 5 cm dan jarak makanan dengan langit-langit 60 cm.

2.5.4. Pemberian ASI

ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi karena selain komposisinya tepat, murah dan juga terjaga kebersihannya. ASI tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI mempunyai khasiat pencegahan secara imunologik dan turut memberikan perlindungan terhadap diare pada bayi yang mendapat makanan tercemar. Bayi yang diberi ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu formula. Flora usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare. Pemberian ASI selama diare dapat mengurangi akibat negatif terhadap pertumbuhan dan keadaan gizi bayi serta mengurangi keparahan diare. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare, pemberian ASI kepada bayi yang baru lahir secara penuh mempunyai daya lindung empat kali lebih besar terhadap diare dari pada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Pada bayi yang tidak diberi ASI pada enam bulan pertama kehidupannya, risiko mendapatkan diare adalah 30 kali lebih besar dibanding dengan bayi yang tidak diberi ASI.

2.5.5. Pemberian oralit

Dehidrasi yang terjadi pada penderita diare karena usus bekerja tidak sempurna sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut didalamnya dibuang bersama tinja sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan. Oleh karena itu penanggulangannya dilakukan dengan cara mencegah timbulnya dehidrasi dan rehidrasi intensif bila telah terjadi dehidrasi. Rehidrasi adalah upaya menggantikan cairan tubuh yang keluar bersama tinja dengan cairan yang memadai melalui minum. Minuman pengganti cairan tubuh tersebut dapat diperoleh dengan minum larutan oralit. Oralit mempunyai komposisi campuran Natrium Klorida, Kalium Klorida, Glukosa dan Natrium Bikarbonat atau Natrium Sitrat. Rehidrasi adalah upaya menggantikan cairan tubuh yang keluar bersama tinja dengan cairan yang memadai melalui oral atau parenteral (Rubin, 1985).

BAB 3

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 58-62)