• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fungsi Perencanaan

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 69-72)

KELURAHAN CISALAK PASAR

4.1. Pengelolaan Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas 1. Analisis Situasi

4.1.1.1. Fungsi Perencanaan

Fungsi perencanaan dalam upaya program P2D elemen yang akan dilihat adalah sumber daya manusia yang ada dalam pelaksanaan program kegiatan P2D. Sumber Daya Manusia (SDM) yang diperlukan untuk menjalankan program P2D di Puskesmas adalah dokter umum sebagai pemeriksa dan perawat sebagai pelaksana program diare dan petugas perawatan kesehatan masyarakat. Perawat harus mampu memberikan penyuluhan dan pemeriksaan di Posyandu. Kegiatan Posyandu diperlukan kader atau toma yang membantu perawat atau bidan dalam memberikan penyuluhan. Program P2D ini dapat berfungsi dan berjalan secara optimal maka dibutuhkan tenaga kerja minimal seorang dokter, seorang perawat dan seorang petugas administrasi. Hal ini memang terpenuhi secara kuantitas, namun adanya perawat yang merangkap program puskesmas lainnya menjadikan pelaksanaan program P2D belum dapat terlaksana secara meyeluruh dan optimal. Tidak adanya sarana khusus pojok oralit dan tidak ada penyuluhan ke masyarakat, menjadikan perhatian masyarakat terhadap diare menjadi tidak

berkembang. Hal ini juga dapat dikarenakan tidak adanya kegiatan pembinaan kader. Semua hal diatas juga harus ditunjang oleh dana yang memadai. Tidak adanya dana khusus juga merupakan masalah yang mendasar. Keterbatasan SDM untuk perencanaan di Dinas Kesehatan Kota Depok berakibat pada belum ada perencanaan program P2D yang terinci jelas di Puskesmas. Dampak ini juga terlihat di Posyandu tidak ada perencanaan program kegiatan P2D.

Fungsi perencanaan yang dibahas berkaitan dengan sumber daya manusia yang tidak terpenuhi juga berdampak pada tidak adanya alokasi dana untuk pelaksanaan program P2D. Alokasi anggaran untuk program P2D sumber dana berasal dari APBD yang jumlahnya terbatas dan menyebabkan beberapa kegiatan untuk rencana kegiatan program P2D tidak bisa rutin diadakan setiap tahun. Sasaran kegiatan belum mencakup seluruh wilayah terutama Kelurahan Cisalak Pasar. Anggaran pembinaan program P2D tidak ada, anggaran pelaksanaannya termasuk dalam anggaran Posyandu. Anggaran Posyandu lebih banyak berasal dari Biaya Operasional Kesehatan (BOK) Puskesmas. Alokasi dana yang diberikan Posyandu digunakan untuk kebutuhan dan keperluaan pelaksanaan Posyandu setiap bulan seperti pengadaan makanan sehat untuk balita, serta peralatan dan kelengkapan untuk 5 meja Posyandu seperti timbangan, meteran dan buku serta alat tulis untuk pencatatan dan pelaporan.

Anggaran untuk kegiatan program P2D di tingkat Kelurahan melalui kegiatan Posyandu bersifat swadaya masyarakat dan sebagian berasal dari Kecamatan yaitu Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BP2KB). Pembiayaan untuk program P2D tidak ada secara khusus tetapi pendanaannya dijadikan satu dengan program penyakit menular lainnya. Belum tersedia dana untuk pelatihan kader tentang program P2D dikarenakan tidak terjadi wabah penyakit diare di Kota Depok. Sosialisasi untuk program P2D juga tidak dilakukan karena kejadian diare pada balita tidak mengalami peningkatan serta tidak menyebabkan kematian. Kondisi ini berakibat program untuk P2D di Kelurahan Cisalak Pasar kurang terpantau. Keterbatasan anggaran pada program

P2D akan berdampak pada sosialisasi program P2D yang belum optimal sampai di tingkat Puskesmas. Perencanaan tahunan untuk memperoleh hasil yang efektif dalam pemakaian SDM dan material untuk produk dan layanan serta pengaturan lingkungan untuk peningkatan produktivitas. Perencanaan meliputi beberapa faktor diantaranya perencanaan, perubahan, perencanaan waktu dan anggaran (Marquis dan Huston, 2006).

Perencanaan anggaran yang tidak ada berdampak pada tidak adanya kegiatan sosialisasi program P2D di tingkat Puskesmas. Sosialisasi tentang pelaksanaan kegiatan program P2D harusnya dilakukan mulai dari Dinas Kesehatan sampai ke tingkat Puskesmas. Salah satu kegiatan sosialisasi dengan penyebaran buku panduan tentang kegiatan P2D. Buku panduan tentang kegiatan program P2D yang ada di Dinas Kesehatan Kota Depok sangat terbatas. Pelaksanaan kegiatan program P2D di Puskesmas lebih banyak bersifat pengobatan. Pemberian penyuluhan kesehatan terkait program P2D tidak dilakukan. Penanggungjawab program P2D lebih banyak untuk kegiatan pencatatan dan pelaporan jumlah kasus diare balita. Komunikasi yang tidak berjalan optimal tentang program P2D dari tingkat Dinas Kesehatan Kota Depok berdampak pada koordinasi dengan Kelurahan dan Puskesmas belum optimal terkait kegiatan P2D. Fungsi perencanaan merupakan fungsi manajerial untuk menentukan prioritas, hasil, metode yang akan dicapai, ditata sebagai petunjuk suatu sistem. Perencanaan adalah serangkaian proses pelaksanaan fungsi manajemen untuk mencapai tujuan berdasarkan prioritas, hasil dan metode, strategi tindakan sebagai petunjuk yang ditetapkan organisasi untuk mencapai tujuan panjang dan jangka pendek. (Huber, 2010).

Program promosi kesehatan terkait pencegahan dan penanggulangan diare belum optimal dilaksanakan. Kegiatan masih berfokus pada penimbangan, pencatatan dan pemberian makanan tambahan. Kegiatan di Posyandu untuk pencegahan dan penanggulangan diare terkait konseling secara individu faktor risiko terjadinya diare, atau home care perawatan balita diare tidak ada. Indikator jangka pendek

dan jangka panjang terkait pencegahan dan penanggulangan faktor risiko belum ada. Hal ini berimplikasi pada tidak jelasnya tujuan yang ingin dicapai dan perencanaan program yang ditetapkan tidak memungkinkan untuk dilakukan evaluasi dan modifikasi program baik selama proses maupun hasil intervensi yang dilakukan. Komunikasi yang tidak berjalan optimal mulai dari Puskesmas sampai ke tingkat kelurahan untuk kegiatan pencegahan diare pada balita. Hal tersebut dikarenakan koordinasi yang belum terjalin antara Kelurahan dan Puskesmas sehingga kegiatan pencegahan diare di Posyandu tidak berjalan sesuai dalam perencanaan.

Berdasarkan uraian fungsi perencanaan maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan program pencegahan dan penanggulangan diare dalam upaya promotif dan preventif belum dilakukan secara optimal. Analisis masalah dalam perencanaan adalah keterbatasan SDM untuk perencanaan di Dinkes mengakibatkan sosialisasi program pencegahan diare belum optimal sampai ke Puskesmas. Keterbatasan anggaran yang berdampak pada belum ada perencanaan program pencegahan diare terinci secara jelas di Puskesmas dan Posyandu. Komunikasi tidak berjalan optimal sehingga koordinasi dengan Puskesmas dan Kelurahan belum ada.

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 69-72)