Pertimbangan-Pertimbangan Etis
MENULIS PROPOSAL
4. Attention or interest thoughts —gagasan-gagasan yang tujuan-nya adalah mengorganisasi pemikiran-pemikiran lain dan menjaga perhatian pembaca agar tetap
berada dalam satu jalur pemikiran/konsep tulisan.
Para peneliti pemula pada umumnya selalu berputar-putar dalam umbrella thought dan attention thought. Akibatnya, proposal mereka dipenuhi dengan gagasan umbrella yang sangat banyak, namun tidak didukung oleh isi yang detail untuk memperjelas gagasan-gagasan besar tersebut. Hal ini biasa muncul dalam tinjauan pustaka yang di dalamnya peneliti perlu menyediakan bagian-bagian besar yang lebih banyak untuk mengikat dan menyimpulkan semua literatur secara bersama-sama. Salah satu gejala masalah ini adalah terlalu cepatnya peralihan gagasan secara terus-menerus dari satu gagasan umum ke gagasan umum yang lain dalam satu naskah. Bahkan, suatu gagasan umum tidak jarang ditulis dalam satu para-graf yang sangat pendek dalam pendahuluan proposal, seperti yang sering ditulis oleh para jurnalis dalam artikel-artikel koran. Untuk itulah, peneliti diharapkan dapat berpikir dalam konteks narasi yang detail agar gagasan-gagasan umbrella dapat tersampaikan dengan jelas.
Attention thoughts, yang merupakan statemen-statemen ter-organisir untuk memandu pembaca, juga dibutuhkan. Pembaca membutuhkan rambu-rambu dan petunjuk-petunjuk agar mereka dapat memahami peralihan dari satu gagasan umum ke gagasan umum selanjutnya (Bab 6 dan 7 akan membahas rambu-rambu dalam penelitian, seperti tujuan penelitian, rumusan masalah, dan hipo-tesis). Paragraf yang terorganisir utamanya sangat dibutuhkan di awal dan akhir tinjauan pustaka. Pembaca harus melihat secara ke-seluruhan susunan gagasan-gagasan melalui paragraf-paragraf awal dan harus diberi tahu mengenai poin-poin terpenting di bagian akhir yang nantinya dapat mereka ingat.
• Terapkanlah koherensi untuk menambah keterbacaan naskah. Koherensi dalam tulisan berarti bahwa gagasan-gagasan Anda terikat bersama dan mengalir secara logis dari satu kalimat ke kalimat lain dan dari satu paragraf ke paragraf lain. Konsistensi nama-nama variabel dalam judul, tujuan penelitian, rumusan masalah, dan tinjauan pustaka (yang banyak muncul dalam proyek kuantitatif), misalnya, menggambarkan dengan jelas bagaimana koherensi ini bekerja. Konsistensi ini akan turut mem-bangun koherensi dalam penelitian. Begitu pula, menekankan urutan yang konsisten kapan pun variabel bebas dan terikat disebutkan juga merupakan teknik yang dapat digunakan untuk membangun
106 koherensi.
Pada level yang lebih detail, koherensi dapat dibangun dengan menghubungkan kalimat-kalimat dan paragraf-paragraf dalam naskah. Zinsser (1983) menyarankan agar setiap kalimat ditulis secarabersambung dan logis. Latihan hook and eye-nya Wilkinson (1991)tampaknya dapat diterapkan untuk menghubungkan gagasan-gagasan dari kalimat satu ke kalimat lain dan dari paragraf satu keparagraf yang lain pula.
Contoh 4.5 yang dikutip dari proposal salah seorang mahasiswa berikut ini akan menunjukkan kepada Anda bagaimana level tinggi koherensi tersebut terjadi. Kutipan ini diambil dari bagian pen-dahuluan proyek disertasi kualitatif seorang mahasiswa yang membahas tentang siswa-siswa yang berisiko gagal. Dalam kutipan ini, saya sudah menerapkan pola hook and eye untuk menghubungkan gagasan-gagasan dari kalimat satu ke kalimat lain dan dari paragraf satu ke paragraf lain. Seperti yang sudah dijelaskan, tujuan latihan hook and eye ini (Wilkinson, 1991) adalah untuk menghubungkan gagasan-gagasan di setiap kalimat dan paragraf. Jika hubungan semacam ini tidak dibuat mudah, berarti sebuah tulisan tidak mampu menghubungkan peralihan gagasan-gagasan dan topik-topik secara koheren. Untuk itu, penulis perlu menambah kata-kata, frasa-frasa, atau kalimat-kalimat transisional untuk membangun koherensi yang jelas.
Pada mata kuliah pengembangan proposal yang saya ampu, saya sering menyediakan satu kutipan dari pendahuluan sebuah proposal dan meminta mahasiswa untuk menghubungkan kalimat-kalimat di dalamnya dengan melingkari dan menggaris gagasan-gagasan inti untuk menghubungkan gagasan-gagasan-gagasan-gagasan tersebut dari kalimat satu ke kalimat yang lain. Teknik ini diterapkan agar para mahasiswa dapat menemukan koherensi dalam proposal penelitian, sejak dari halaman pertama. Pertama-tama, saya memberikan kutipan yang tidak diberi tanda apa pun kepada para mahasiswa, kemudian setelah latihan usai, baru saya memberikan kutipan yang lengkap dengan tanda-tandanya. Karena gagasan inti suatu kalimat seharusnya terhubung pada gagasan inti pada kalimat selanjutnya maka mereka harus menandai hubungan ini. Jika kalimat-kalimat tersebut tidak terhubung, berarti ada kata-kata transisional yang hilang, dan untuk itu perlu dibumbui. Saya juga meminta para mahasiswa untuk memastikan bahwa antarparagraf dan antarkalimat sudah terhubung dengan teknik hook and eye.
107
Kalimat Aktif, Kata Kerja, dan "Berlebih-lebihan"
Setelah belajar bagaimana mengekspresikan pemikiran-pemikiran dan paragraf-paragraf, kini saatnya Anda belajar menulis kalimat-kalimat dan kata-kata. Persoalan tata bahasa dan konstruksi kalimat sebenarnya sudah dijabarkan dalam Publication Manual APA(2001), akan tetapi saya tetap menyertakan bagian ini untuk me-nyoroti beberapa masalah tata bahasa yang sering kali saya lihat dalam proposal-proposal mahasiswa saya dan tulisan-tulisan saya pribadi.
Dalam bagian ini, Anda tidak akan diajari untuk menulis dari tahap paling dasar (seperti merangkai kalimat, menemukan gagasan, dan sebagainya), melainkan dari tahap — meminjam istilah Franklin (1986)— memoles tulisan. Inilah tahap yang harus dilalui terakhir kali dalam proses penulisan. Ada banyak buku yang membahas tentang bagaimana menulis penelitian atau menulis kesusastraan dengan aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang harus diikuti terkait dengan konstruksi kalimat dan diksi yang tepat. Wolcott (2001), se-orang peneliti etnografi, misalnya, berbicara tentang bagaimana mengasah kemampuan editing dengan cara mengurangi kata-kata yang tidak perlu, menghilangkan kalimat pasif, mengukur diksi, meminimalisir frasa-frasa yang sering diulang, dan mereduksi kutip-an-kutipan yang berlebihan, kata-kata yang digaris miring (italic), dan pernyataan-pernyataan yang dikurawal. Selain gagasan dari Wolcott di atas, gagasan saya tentang kalimat aktif, kata kerja, dan "berlebih-lebihan" dalam bagian ini sebenarnya juga bisa Anda gunakan untuk menyegarkan dan memperkuat tulisan akademik Anda selama ini.
• Untuk tulisan-tulisan akademik, gunakanlah kalimat aktif se-banyak mungkin (APA, 2001). Menurut penulis sastra, Ross-Larson (1982), "kalimat aktif jika subjeknya melakukan tindakan. Kalimat pasif jika subjeknya dikenai tindakan" (him. 29). Jika harus menggunakan konstruksi pasif, cobalah untuk menvariasi-kan auxiliary verb, seperti was. Contoh-contohnya meliputi will be, have been, dan is being. Penulis dapat menggunakan konstruksi pasif dengan variasi ini ketika subjek yang bertindak dapat secara logis diletakkan di kiri kalimat dan ketika apa yang dilakukan subjek tersebut dapat diletakkan sesudahnya (Ross-Larson, 1982). Misalnya, daripada konstruksi proposal yang diajukan oleh peneliti, lebih baik menerapkan konstruksi proposal yang peneliti ajukan (penj.).
108