• Tidak ada hasil yang ditemukan

SALAH SATU MODEL PENDAHULUAN

BAB LIMA

SALAH SATU MODEL PENDAHULUAN

Menulis pendahuluan untuk tiga penelitian yang berbeda - seperti yang sudash dijelaskan di atas – memang tidak terlalu jelas perbedaannya. Komponen utama yang perlu dimasukkan ke dalam pendahuluan pada umumnya berhubungan dengan jenis – jenis masalah yang dibahas, baik itu penelitian kualitatif, kuantitatif, maupun metode campuran. Untuk itu, diperlukan satu model ilustratif tentang bagaimana menulis pendahuluan yang baik

129

tanpa perlu memandang pendekatan – pendekatan dan komponen – komponen yang harus disertakan.

Model defisiensi pendahuluan (deficiency model an introduction) merupakan salah sastu pola umum dalam menulis pendahuluan yang baik. Model ini merupakan pendekatan popular yang banyak digunakan dalam ilmu – ilmu social. Jika struktur model ini dirinci, Anda akan menemukan banyak sekali penelitian dewasa ini yang telah menggunakan model tersebut. Model ini terdiri dari lima bagian yang masing – masing dari kelimanya dapat ditulis dalam satu paragrap sehingga secara keseluruhan bisa mencapai maksimal dua halaman. Lima bagian tersebut antara lain :

1. Masalah penelitian

2. Penelitian – penelitian sebelumnya yang membahas masalah tersebut

3. Kekurangan – kekurangan (deficiencies) dalam penelitian – penelitian sebelumnya 4. Pentingnya penelitian untuk audiens tertentu.

5. Tujuan penelitian

Sebuah ilustrasi

Sebelum menjelaskan lima bagian tersebut, berikut ini ada contoh pendahuluan kualitatif yang ditulis oleh Terezainni, Cabrera, Colbeck, Bjorklund, dan Parente (2001) dalam The Journal of Higher Education dengan judul penelitiannya ―Racial and Ethnic Diversity in the Classroom‖ (ditulis kembali atas izin penerbit). Berdasarkan lima komponen penting pendahuluan yang sudah dijelaskan di atas maka beberapa pernyataan yang – menurut saya- berkaitan dengan masing – masing komponen sudah saya tandai dengan jelas.

Sejak diterbitkannya Civil Right Act tahun 1964 dan Higher Education Act tahun 1965, universitas – universitas di Amerika berusaha meningkatkan keragaman ras dan etnik para mahasiswa dan dosennya. ―Tindakan afirmatif‖ kemudian diambil sebagai kebijakan untuk merealisasikan heterogenitas ini ( di sini, penulis menyatakan dengan teknik hook naratif). Akan tetapi, kebijakan tersebut sampai saat ini mash menjadi topic perdebatan nasional yang hangat. Persoalan hokum terkait dengan tindakan afirmatif tersebut bermula dari kasus Regents of the University of California versus Bakke tahun 1978, yang di dalamnya Justice William Powell menyatakan bahwa ras ini sudah dipertimbangkan berdasarkan keputusan – keputusan admisi. Akan tetapi, yang lebih terkini, U.S. Court of Appeals for the Fifth Circuit, yang menangani kasus Hopwood vs. states of Texas, menemukan argumentasi Powell ini bermasalah. Keputusan courth untuk menolak tindakan afirmatif ini didasarkan pada referenda Negara, perundang – undangan, dan tindakan –

130

tindakan terkait melarang pengakuan yang sensitive – ras atau sewa menyewa di California, Florida, Lousiana, Maine, Massachusetts, Michigan, Mississippi, New Hampshire, Rhode Island dan Puerto Rico (Healy, 1998a, 1998b, 1999).

Dalam merespons hal ini, para pendidik lalu mengemukakan argumentasi mereka untuk mendukung tindakan afirmatif ini dengan klaim bahwa siswa – siswa heterogen, dalam konteks pendidikan, lebih efektif ketimbang siswa – siswa yang lebih homogen. Presiden Harvard University, Neil Rudenstine, mengklaim bahwa ―alasan utama diterimanya keragaman siswa di perguruan tinggi adalah karena nilai pendidikannya‖ (Rudenstine, 1999:1). Lee Bollinger, rekan Rudenstine di University of Michigan, juga menyatakan : ―Sebuah kelas yang tidak mempresentasikan anggota – anggota ras yang berbeda akan melahirkan diskusi yang miskin – wawasan‖ (Schmidt, 1998 : A32). Dua presiden ini tidak sendirian. Di belakang mereka ada Assiciation of American Universities yang terdiri dari para rector dari 26 universitas yang mengusung argumentasi yang sama, dengan menegaskan : ―Pertama-tama, perlu kami sampaikan bahwa kami berbicara atas nama pendidik. Kami percaya bahwa mahasiswa kami dapat memperoleh keuntungan dari pendidikan yang berbasis keragaman‖ (―On the importance of Diversity in University Adminissions,‖ The New York Times, 24 April 1997:A27) (Di sini, penulis mengidentifikasi masalah penelitian).

Ada banyak penelitian yang membahas mengenai pengaruh keragaman terhadap outcomes mahasiswa. Penelitian – penelitian ini dapat dibagi ke dalam tiga kecenderungan utama. Pertama, penelitian – penelitian yang menganalisis hubungan mahasiswa dengan ―keragaman‖ secara umum sebagai salah satu implikasi percampuran mahasiswa secara kuantitas, ras/etnis, atau gender dalam satu kampus (lihat, misalnya, Chang, 1996, 1999a; Kanter, 1997; Sax, 1996). Kedua, penelitian – penelitian yang memandang keragaman structural sebagai suatu yang ilmiah, dan lebih berpijak pada perjumpaan antara mahasiswa dan keragaman dengan cara mengamati frekuensi atau sifat interaksi mereka dengan rekan – rekannya secara ras/etnis berbeda. Ketiga, penelitian – penelitian yang meneliti secara institusional usaha – usaha programatik yang terstruktur untuk membanu mahasiswa terlibat dalam ―keragaman‖ ras/etnis dan/atau gender dalam kaitannya dengan gagasan – gagasan dan kemanusiaan.

Intinya, ada banyak pendekatan yang telah diterapkan untuk meneliti pengaruh keragaman terhadap outcomes mahasiswa. Bukti – bukti yang dimunculkan pada umumnya tidak jauh berbeda bahwa para mahasiswa dalam komunitas yang lintas gender atau ras/etnis atau yang terlibat dalam aktivitas yang berhubungan dengan keragaman, sering kali

131

memperoleh manfaat dan makna edukatif yang lebih positif (Disini, penulis menyebutkan penelitian – penelitian yang pernah membahas masalah tersebut).

Hanya sedikit sekali penelitian (seperti, Chang, 1996, 1999a; Sax, 1996) yang secara spesifik meneliti apakah komposisi ras/etnis atau gender para mahasiswa dalam sebuah kampus, dalam satu komunitas akademik atau dalam kelas (seperti, keragaman structural) memiliki manfaat –manfaat akademik yang diklaim…..Begitu pula, isu – isu, seperti apakah tingkat keragaman rasial dalam satu kampus atau kelas berpengaruh langsung terhadap hasil belajar ataukah tidak, hal ini masih menyisakan banyak pertanyaan (Di sini, penulis menunjukkan kekurangan atau defisiensi dalam penelitian – penelitian sebelumnya).

Langkanya informasi tentang manfaat akademik dari keragaman structural di sebuah kampus atau kelas, tentu saja sangat disayangkan. Padahal informasi inilah yang bisa menjadi bukti para hakim untuk mendukung kebijakan keputusan yang sensitive – ras (Di sini, penulis menunjukkan pentingnya penelitian pada audiens tertentu, yakni hakim, peneliti, dan para pendidik).

Penelitian ini berusaha memberikan kontribusi pengetahuan dengan mengekspolrasi pengaruh keragaman structural kelas terhadap perkembangan akademik dan skill intelektual mahasiswa. Penelitian ini menganalisis pengaruh langsung keragaman kelas terhadap outcome akademik/intelektual dan apakah ada dari pengaruh – pengaruh tersebut yang ditindaklanjuti menjadi pendekatan – pendekatan instruksional aktif dan kolaboratif dalam konteks pembelajaran (Di sini, penulis mengidentifikasi tujuan penelitian) (hlm. 510 – 512, ditulis kembali atas izin The Journal of higher Education).

Masalah Penelitian

Dalam pendahuluan artikel Terenzini et al. (2001) di atas, kalimat pertama sudah menunjukkan dua komponen utama pendahuluan yang baik, yaitu menunjukkan dua komponen utama pendahuluan yang baik, yaitu menunjukkan bahwa penelitian tersebut menarik dan memperlihatkan bahwa masalah atau isu yang diangkat benar – benar berbeda. Pengaruh seperti apa yang dimunculkan dari kalimat ini? Apakah kalimat tersebut memancing pembaca untuk membacanya lebih lanjut? Apakah kalimat tersebut harus ditulis dalam level tertentu sehingga pembaca dapat memahaminya? Pertanyaan – pertanyaan ini penting dijawab untuk menulis kalimat pembuka pendahuluan. Kalimat ini sering kali dikenal dengan istilah narrative hook, suatu istilah yang diambil dari bahasa inggris, yang berarti ―kata – kata yang dapat menggambarkan, melibatkan, atau menghubungkan (hook) pembaca dengan/dalam penelitian. ― untuk mempelajari bagaimana menulis narrative hook yang baik,

132

perhatikan Koran – Koran penting. Sering kali, para jurnalis menyajikan contoh – contoh yang menarik di awal kalimatnya. Berikut ini, contoh – contoh kalimat pembuka dalam jurnal – jurnal ilmu social.

 ―selebriti transeksual dan tnometodologis, Agnes, telah mengubah identitasnya tiga tahun lalu sebelum pada akhirnya ia menjalani kembali pembedahan jenis kelamin‖ (Cahlil, 1989:281).

 ―Siapa yang mengendalikan proses pencalonan wakil DPR?‖ (Boeker, 1992:400).

 ―Ada banyak literature yang menel,iti garis kartografis (salah satunya, artikel ringkas baru – baru ini, Buttenfield:1985), dan generalisasi garis – garis tersebut (salah satunya, McMaster:1987)‖ (Carstensen, 1989:181).

Tiga contoh di atas menyajikan informasi yang mudah dipahami oleh pembaca. Dua contoh pertama – yang menjadi pendahuluan dalam penelitian kualitatif – menunjukkan bagaimana pembada di tarik perhatiannya dengan merujuk pada satu partisipan (di contoh pertama) dan mengajukan satu pertanyaan (di contoh kedua). Contoh ketiga, yang menjadi pendahuluan dalam penelitian kuantitatif, menunjukkan bagaimana pembaca dapat mengawali bacaanhya dengan memahami beberapa literature terlebih dahulu. Yang jelas, ketika contoh di atas sudah menggambarkan bagaimana menulis kalimat pembuka dengan baik agar pembaca tidak dipaksa masuk ke dalam pemikiran yang terlalu detail, tetapi digiring perlahan – lahan ke dalam topic penelitian.

Untuk menggambarkan lebih jauh bagaimana proses menulis pendahuluan ini, saya menggunakan metaphor seseorang yang sedang menurunkan seubah tong ke dalam sumur. Penulis pemula menceburkan tong (pembaca) langsung ke kedalaman sumur (artikel). Pembaca pun hanya akan melihat materi yang tidak biasa dan aneh. Sementara itu, penulis yang berpengalaman menurunkan tong (pembaca) sedara perlahan – lahan, seraya membiarkannya beradaptasi dengan kedalaman (penelitian). Penurunan tong ini diawali dengan narrative hook, yakni menceritakan contoh kasus umum terlebih dahulu sehingga pembada dapat memahami dan menghubungkannya dengan topic penelitian.

Setelah itu, peneliti perlu menunjukkan masalah atau isu yang dapat menuntun pada signifikansi penelitian. Artikel terezini et al.(2001) membahas problem yang unik, yaitu perjuangan untuk meningkatkan keragaman ras dan etnik di universitas – universitas AS. Mereka mencatat bahwa kebijakan – kebijakan untuk meningkatkan keragaman ini sedang menjadi ―topic perdebatan nasional yang hangat‖ (hlm.509).

133

Dalam ilmu social terapan, masalah penelitian bisa saja muncul dari isu – isu, kesulitan – kesulitan, dan perilaku – perilaku masa kini. Masalah penelitian ini akan menjadi jelas jika peneliti mau mengidentifikasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan, seperti : ―Apa kepentingan atau motivasi diadakannya penelitian ini?‖ Atau ―Masalah apa yang memengaruhi untuk melakukan penelitian ini?‖ jawaban atas dua pertanyaan ini bisa bermacam – macam. Misalnya : karena sekolah masih belum menerapkan pedoman – pedoman multi cultural; karena ada kebutuhan dari para dosen yang harus dipenuhi agar mereka terlibat dalam aktivitas pengembangan professional di jurusan – jurusan mereka; karena siswa – siswa minoritas membutuhkan akses yang lebih baik ke universitas; atau karena suatu masyarakat tidak boleh melupakan kontribusi para pelopor wanitanya. Semua ―jawaban‖ ini merupakan masalah =- masalah penting yang memerlukan penelitian lebih jauh. Ketika merancang paragraph – paragraph pembuka, yang tentu saja meliputi masalah penelitian, ingatlah tips – tips penelitian berikut ini :

 Tulislah kalimat pembuka yang dapat menstimulasi ketertarikan pembaca dan mampu menampilkan masalah yang dapat dipahami secara relasional oleh pembaca pada umumnya.

 Sebagai aturan umum, hindari penggunaan kutipan – kutipan, khususnya kutipan yang terlalu panjang, dalam kalimat pembuka. Kutipan – kutipan hanya akan memunculkan banyak kemungkinan penafsiran, bahkan dapa membuat topic penelitian menjadi tidak jelas. Akan tetapi, dalam beberapa penelitian kualitatif, kutipan – kutipan seperti ini juga dapat menarik perhatian membaca. Untuk itu, gunakan kutipan secara layak dan tepat.

 Hindari ekspresi – ekspresi idiomatic (kalimat – kalimat membingungkan).

 Pertimbangkan pengaruh informasi yang menggunakan angka – angka (seperti, ―Setiap tahun, sekitar 5 juta orang Amerika mengalami kematian anggota keluarga secara tiba – tiba‖).

 Tunjukkan secara jelas masalah yang diangkat (seperti, dilemma, isu) yang dapat menuntun pada penelitian. Cobalah bertanya pada diri sendiri : ―Adakah kalimat yang bisa mewakili masalah penelitian yang saya angkat ini?‖

 Tunjukkan mengapa masalah tersebut penting diteliti dengan cara mengutip berbagai referensi yang membenarkan kelayakan penelitian akan masalah tersebut. Sekadar intermezzo : saya selalu mengatakan kepada para mahasiswa saya : ―Jika kalian tidak memiliki banyak referensi pada halaman – halaman pertama proposal kalian maka penelitian kialian tidak akan bernilai akademik.‖

134

 Pastikan bahwa masalah sudah dijelaskan dalam konstruksi yang konsisten dengan jenis pendekatan penelitian (seperti, eksploratoris daslam kualitatif, pengujian hubungan – hubungan atau predictor – predictor dalam kuantitatif, dan pendekatan keduanya dalam metode campuran).

 Tuliskah, apakah ada satu atau banyak masalah yang terlibat dalam penelitian sehingga mengharuskan anda untuk menelitinya? Seringkali, dalam beberapa penelitian, ada banyak masalah yang perlu dibahas. Bukan hanya satu masalah saja.

Penelitan – penelitian sebelumnya

Setelah menulis paragraph – paragraph pembuka yang membahas penelitian, penelti selanjutnya perlu mereview penelitian-penelitian/literature-literatur sebelumnya yang pernah membahas masalah penelitian tersebut. Saya harus berhati – hati ketika berbicara tentang ―mereview penelitian‖ di sini karena saya tidak bermaksud bahwa Anda harus memasukkan tinjauan pustaka utuh dalam bagian pendahuluan. Tinjauan pustaka ditempatkan di bagian khusus yang terpisah dari bagian pendahuluan. Meski demikian, peneliti bukan berarti tidak boleh melakukan tinjauan pustaka/penelitian dalam pendahuluan ini. Hanya saja, ia harus lebih meringkas sebagian besar penelitian – penelitian yang nantinya akan dirinci kembali pada bagian khusus. Saya selalu meminta mahasiswa saya untuk merefleksikan peta pustaka (seperti yang pernah dibahas dalam Bab 2), lalu di bagian atas tinjauan psutaka, mereka diminta untuk meringkas kategori – kategori penting dari berbagai pustaka yang ditinjaunya. Menyebutkan katergori – kategori penting inilah yang saya maksudkan dengan meninjau psutaka atau mereview penelitian – penelitian di bagian pendahuluan.

Peneliti perlu mereview penelitian – penelitian relevean sebelumnya dan menaruhnya di bagian pendahuluan dengan tujuan : (1) untuk menjustifikasi pentingnya penelitian yang ia ajukan; dan (2) untuk menjelaskan perbedaan antara penelitian – penelitian sebelumya dengan penelitian yang sedang ia ajukan. Artinya, peneliti seyogianya berusaha ―merancang penelitiannya dalam satu dialog berkelanjutan dengan literature – literature / penelitian – penelitian lain yang relevan.‖ Peneliti tentu tidak dakan melaksanakan penelitian yang sekedar meniru apa yang telah diteliti orang lain. Untuk itu diperlukan penelitian – penelitian baru untuk memperkaya literature – literature yang relevan atau untuk memperluas dan bahkan menguji kembali penelitian – penelitian yang sudah ada sebelumnya.

Marshall dan Rossman (2006) memandang bahwa tinjauan pustaka dalam pendahuluan ini adalah cara untuk merancang penelitian dalam konteks penelitian – penelitian lain yang berhubungan. Kemampuan membingkai penelitian dengan cara inilah

135

yang membedakan peneliti pemula dengan peneliti berpengalaman. Peneliti yang berpengalaman akan mereview dan memahami tulisan – tulisan sebelumnya yang membahas topic atau masalah serupa yang menjadi garapan penelitiannya. Pemahaman ini tentu saja tidak muncul dengan sendirinya, tetapi berasal dari keterlibatan peneliti selama bertahun – tahun dalam mengikuti perkembangan masalah penelitiannya dan literature – literature yang terkait.

Pertanyaan lain yang sering kali muncul adalah : Jenis literature seperti apa yang harus direview oleh seorang peneliti? Saya menyarankan agar peneliti merevie penelitian – penelitian sebelumnya yang memiliki rumusah masalah dan data – data untuk menjawab rumusan tersebut. Penelitian – penelitian ini bisa saja berupa penelitian kuantitatif, kualitatif, atau metode campuran. Intinya adalah : literature – literature atau penelitian – penelitian sebelumnya akan memberikan sumbangsih pemikiran dalam menganalisis rumusan masalah yang akan dibahas dalam proposal. Peneliti penula seringkali bertanya : ―Apa yang harus saya lakukan sekarang? Tidak ada satu pun penelitian / literature yang pernah membahas topi ini.‖ Tentu saja, jika tinjauan pustaka diartikan secara sempit maka tidak ada satupun literature yang mendokumentasikan atau menjabarkan secara komprehensif dan precise masalah penelitian yang kita bahas.

Untuk itu, saya sering kali menyarankan agar peneliti memandang literature dengan pola piker segitiga terbalik. Pada ujung segitiga itu terdapat penelitian yang diajukan. Penelitian ini haruslah sempit dan terfokus (tidak boleh ada satu pun penelitian yang serupa). Jika seseorang melihat tinjauan pustaka ini terus ke bagian atas segitiga, ada beberapa literature yang bisa dijumpai meskipun agak sedikit berbeda dengan penelitian yang diajukan. Misanya, topic mengenai siswa – siswa Amerika – Afrika yang beresiko gagal di SD mungkin tidak pernah diteliti. Namun, secara umum, topic mengenai siswa – siswa yang beresiko gagal di SD atau di jenjang – jenjang pendidikan lain sudah banyak diteliti. Artinya, peneliti terlebih dahulu harus mengabstraksikan literature – literature / penelitian – penelitian yang membahas topic yang lebih umum (seperti, siswa –siswa yang berisiko gagal di SD atau di jenjang – jenjang pendidikan lain), baru kemudian mengakhiri abstraksinya secara spesifik dengan menegaskan pentingnya penelitiannya yang diajukan (misalnya, tentang siswa – siswa Afrika – Amerika yang berisiko gagal di tingkat SD).

Untuk mereview literature – literature / penelitian – penelitian yang relevan di bagian pendahulan proposal, pertimbangkan tips – tips penelitian berikut ini :

 Reviewlah sejumlah literature dengan meringkasnya secara komunal, bukan secara individual (tidak seperti dalam Tinjauan Pustaka yang biasanya terdapat dalam bagian

136

khusus dan terpisah). Tujuannya adalah untuk membangun wilayah penelitian yang lebih luas.

 Agar tidak sekedar menekankan pada literature – literature secara individual, letakkan referensi – referensi in text di akhir paragraph atau di akhir review mengenai literature – literature tersebut.

 Tinjaulah penelitan – penelitian lain yang menggunakan pendekatan kuantitatif, kualitatif, atau metode campuran.

 Carilah literature – literature terbaru untuk direview dan diabstraksikan, seperti literature – literature yang dipublikasikan tidak lebih dari 10 tahun lalu. Kutiplah penelitian – penelitian sebelumnya jika memang ada karena penelitian – penelitian seperti itu basanya banyak dijadikan referensi oleh orang lain.

Kekurangan (Defisiensi) dalam Literatur Sebelumnya

Setelah menjabarkan masalah penelitian dan mereview sejumlah literature/penelitian lain yang relevan, peneliti kemudian mengidentifikasi kekurangan – kekurangan (deficiencies) yang terdapat dalam literature/penelitian tersebut. Identifikasi semacam ini sering dikenal dengan istilah model defisiensi. Sifat defisiensi ini bervariasi dasi satu penelitian ke penelitian lain. Defisiensi dalam literature atau penelitian sebelumnya bisa saja muncul karena topic – topic yang diangkat di dalamnya tidak dieksplorasi berdasarkan kelompok, sampel, atau populasi tertentu; literature/penelitian tersebut mungkin perlu dikaji kembali untuk melihat adakah kesamaan-kesamaan dalam hal penemuan-penemuan, sampel – sampel, ataupun tempat-tempat yang diteliti; atau komunitas yang termarjinalkan tidak direpresentasikan secara memadai dalam literature/penelitian tersebut.

Untuk literature/penelitian mana pun, peneliti seyogianya dapat menjelaskan satu atau lebih defisiensi ini dalam bagian pendahuluan proposal mereka. Untuk mencari defisiensi ini, caranya sangat mudah. Dalam artikel – artikel jurnal, defisiensi ini basanya ada di bagian ―saran-saran untuk penelitian selanjutnya‖ yang sering kali disampaikan secara implicit maupun eksplisit. Peneliti tinggal merujuk gagasan – gagasn defisiensi ini untuk dijadikan topic penelitiannya.

Selain menyebutkan defisiensi – defisiensi, peneliti juga perlu menjabarkan bagaimana penelitiannya akan mengoreksi atau menutupi defisiensi tersebut. Misalnya, karena penelitian – penelitian sebelumnya telah mengesampingkan satu variable penting maka penelitian anda bisa memasukkan variable tersebut dan menganalisis pengaruh – pengaruhnya. Sebagai contoh, karena penelitian sebelumnya mengabaikan keberadaan

137

penduduk asli Amerika sebagai komunitas cultural maka Anda dapat menyertakan mereka sebagai paratisipan dalam proyek penelitian anda.

Pada dua contoh tulisan berikut, Anda dapat melihat bagaimana para penulisnya menunjukkan kelemahan – kelemahan atau kekurangan – kekurangan dalam beberapa literature sebelumnya. Perhatikan pula bagaimana mereka menggunakan frasa – frasa kunci untuk menunjukkan defisiensi – defisiensi ini, seperti ―yang belum dianalisis,‖ sangat sedikit penelitian empiris,‖ ―sedikit sekali penelitian,‖ dan sebagainya.

Singkatnya, untuk menunjukkan kekurangan – kekurangan (deficiencies) dalam literature sebelumnya, peneliti perlu menerapkan tips – tips penelitian berikut ini :

 Kutiplah sejumlah kekurangan dalam literature tersebut untuk memperkuat alasan dibutuhkannya penelitian terhadap topic tertentu.

 Tunjukkan secara spesifik kekurangan – kekurangan dalam penelitian – penelitian yang sudah ada (seperti, kesalahan metodologis atau variable – variable yang terabaikan).

Contoh 5.2 Defisiensi – Defisiensi dalam Literatur :

Sedikitnya Penelitian – Penelitian yang dilakukan

Meskipun ada minat yang sangat tinggi terhadap persoalan mikro-politik, anehnya sangat sedikit penelitian empiris yang berusaha menganalisis isu tersebut, khususnya dari perspektif subordinasi. Penelitian politik dalam ranah pendidikan, misalnya, begitu langka. Sedikit sekali penelitian yang difokuskan pada bagaimana guru menggunakan kekuasannya untuk berinteraksi secara strategis dengan kepala sekolah, dan apa makna semua ini secara deskriptif dan konseptual (Ball, 1987; Hoyle, 1986; Pratt, 1984)

(Blase, 1989 :381)

Contoh 5.1 Defisiensi – Defisiensi dalam Literatur : Dibutuhkan Penelitian – Penelitian Lanjutan

Berdasarkan rasionalisasi inilah, tidak sedikit ilmuwan sosial yang berusaha meneliti makna perang dan kedamaian (Cooper, 1965; Alvik, 1968; Rosell, 1968; Svancarova& Svancarova, 1967-1968; Haavedsrud, 1970). Sayangnya, dari sekian banyak analisis ini, ada satu masalah yang belum dianalisis, yaitu tentang bagaimana bekas pejuang masa lalu memberikan reaksi terhadap perang masa kini.

138

 Tulislah bidang – bidang atau ranah – ranah tertentu yang terabaikan oleh penelitian – penelitian sebelumnya, termasuk topic, proses statistic, implikasi – implikasi penting, dan sebagainya.

 Jelaskan bagaimana peneltian Anda akan mengoreksi kekurangan – kekurangan ini dan memberkan kontribusi yang berbeda pada literature/penelitian akademik.

Tulislah paragraph pendek untuk menjelaskan tiga atau empat kekurangan dari penelitian sebelumnya atau fokuslan pada satu kekurangan paling pokok, seperti yang pernah dicontohkan dalam pendahuluan Terenzini et al. (2000).

Signifikansi Penelitian bagi Pembaca

Dalam disertasi, peneliti sering kali menyertakan bagian khusus yang mendeskripsikan signifikansi penelitian bagi pembaca tertentu. Hal ini dilakukan untuk mendukung pentingnya analisis topic penelitian bagi kelompok – kelompok tertentu yang mungkin saja dapat memperoleh manfaat dengan membaca dan menggunakan penelitian tersebut. Dalam bagian ini, peneliti hendaknya menulis alasan/rasionalisasi tentang pentingnya penelitiannya yang diajukan. Semakin banyak pembaca yang ditargetkan, semakin besar signifikansi penelitian tersebut bagi mereka; begitu pula potensi penelitian tersebut akan semakin kuat untuk diterapkan di dunia nyata. Dalam bagian ini pula, peneliti juga dapat menjelaskan beberapa hal berikut :

 Tiga atau empat alasan/rasionalisasi tentang bagaimana penelitian Anda dapat menambah penelitian akademik dan literature dalam bidang – bidang tertentu.

 Tiga atau empat alasan/rasionalisasi tentang bagaimana penelitan Anda dapat membantu memperbaiki atau meningkatkan praktik – praktik tertentu.