Rumusan Masalah dan Hipotesis Penelitian
RUMUSAN MASALAH DAN HIPOTESIS PENELITIAN METODE CAMPURAN
Dalam buku^buku yang membahas mstode penelitian, peneliti biasanya tidak akan melihatpenjelasan mengenai rumusan masalah atau hipotesis yang spesifik yang memang didesain untuk rancangan metode campuran, Meski demikian, sudah banyak pembahasan mengenai aplikasi rumusan masalah metode campuran dan bagaimana merancang rumusan masalah ini (lihat Creswell & Piano Clark, 2007; Tashakkori & Creswell, 20&7).
Penelitian metode Campuran seharusnya dimulai dengan rumusan masalah. yang memang dirancang khusus untuk penelitian metode campuran.Haliriidimaksudkari untukmembentukmetode dan rancangan penelitian yang benar-benar sesuai dan utuh. Karena penelitian metode campufan sering kali bertumpu pada salah salu dari dua desain penelitian yang lain, yaitu kuantitatif atau kualitatif, maka kombinasi atas dua rancangan ini bisa jadi memberikan infor-masi yang berguna dalam membuat rumusan masalah dan hipotesis metode campuran.
Dengan demikian, yang perlu dipikirkan adalah: seperti apa jenis-jenis rumusan masalah yang seharusnya disajikan dan kapan serta informasi'apa saja yang paling dibutuhkan —dalam rumusan masalah— untuk menunjukkan sifat penelitian metode campuran
Rumusan masalah (atau hipotesis), baik yang didasarkan pada rancangan kualitatif maupun kuantitatif, harus sama-sama disajikan dalam penelitian metode campuran untuk mempersempit dan memfokuskan tujuan penelitian. Rumusan masalah atau hipotesis ini dapat diajukan diawal penelitian atau dibagian-bagian lain, tergantung tahap penelitian apa yang didahulukan. Misalnya, jika penelitiannya diawali dengan tahap kuantitatif, penelitisebaiknya memperkenalkan hipotesis terlebih dahulu. Nanti, dalam penelitian tersebut, ketika tahap kualitatif sudah mulai di-bahas, barulah peneliti memunculkan rumusan masalah kualitatif.
Ketika menulis rumusan masalah atau hipotesis penelitian metode campuran, ikutilah petunjuk-petunjuk dalam bab ini tentang bagaimana menulis rumusan msalah dan hipotesis yang baik.
Peneliti seharusnya juga memerhatikan susunan rumusan masalah dan hipotesis ini. Dalam penelitian metode campuran dua- tahap (sekuensial), rumusan masalah tahap pertama seharusnya diajukan terlebih dahulu, kemudian diikuti oleh rumusan masalah tahap kedua sehingga pembaca bisa melihat rumusan-rumusan tersebut secara berurutan sebagai
175
acuan mereka ketika akan mem- baca keseluruhan penelitian. Untuk penelitian metode campuran satu-tahap (konkuren), rumusan masalah seharusnya disusun berdasarkan metode apa yang paling ditekankan dalam penelitian tersebut.
Tulislah rumusan masalah penelitian metode campuran yang secara langsung menunjukkan adanya pencampuran {mixing) karakteristik-karakteristik penelitian kuantitatif dan kualitatif. Rumusan masalah inilah yang nan tiny a akan dijawab berdasarkan proses pencampuran tersebut (lihat Creswell & Piano Clark, 2007). Inilah rumusan masalah terbaru yang akhir-akhir ini banyak di- bahas dalam buku-buku metode penelitian. Tashakkori dan Creswell (2007: 208), misalnya, menyebut rumusan masalah iru sebagai rumusan masalah "hibrida" atau "terintegrasi". Rumusan masalah semacam ini dapat ditulis di awal penelitian maupun di bagian-bagian lain. Misalnya, dalam penelitian dua-tahap, rumusan masalah ini dapat diletakkan dalam pembahasan antara dua tahap tersebut. Rumusan semacam ini mengandaikan salah satu dari dua bentuk. Bentuk pertama adalah menuliskannya ketika peneliti tengah membahas metodologi atau prosedur-prosedur dalam penelitian (seperti, apakah data kualitatif dapat membantu menjelaskan hasil-hasil dari tahap penelitian kuantitatif sebclumnya?) (Lihat Creswell & Piano Clark, 2007). Bentuk kedua adalah menuliskannya ketika peneliti tengah membahas isi atau konten penelitian (seperti, apakah topik mengenai dukungan sosial dapat membantu menjelaskan mengapa beberapa siswa menjadi nakal di sekolah?) (lihat Tashakkori & Creswell, 2007).
Pertimbangkan pula teknik-teknik lain yang berbeda: bahwa semua jenis rumusan masalah (baik itu kuantitatif, kualitatif, maupun metode campuran) bisa saja ditulis untuk keperluan penelitian metode campuran, misalnya:
1. Tulislah, secara terpisah dan sendiri-sendiri, rumusan masalah atau hipotesis kuantitatif dan rumusan masalah kualitatif. Semua rumusan masalah dan hipotesis ini bisa ditulis di awal penelitian atau di bagian-bagian lain ketika penelitian tersebut sampai pada tahap tertentu. Dengan teknik ini, berarti peneliti tengah menekankan penelitiannya pada dua pendekatan sekaligus (kuantitatif dan kualitatif), bukan pada metode campuran saja atau pada komponen integratif penelitian semata.
2. Tulislah, secara terpisah dan sendiri-sendiri, rumusan masalah dan hipotesis kuantitatif, rumusan masalah kualitatif, yang kemudian diikuti oleh rumusan masalah metode campuran. Teknik penulisan semacam ini menyisratkan pentingnya dua tahap penelitian tersebut (kualitatif dan kuantitatif) serta kekuatan
176
kombinasi keduanya. Tidak mengherankan jika pendekatan semacam ini dianggap sebagai pendekatan yang paling ideal.
3. Tulislah hanya rumusan masalah metode campuran yang mencerminkan prosedur-prosedur atau isi (atau, tulislah rumusan masalah metode campuran berdasarkan pendekatan prosedurai maupun isi), dan jangan menulis rumusan masalah kuantitatif dan kualitatif secara terpisah. Pendekatan ini dapat meningkatkan cara pandang pembaca bahwa penelitian tersebut memang dimaksudkan untuk mengintegrasikan atau menghubungkan secara ketat tahap penelitian kuantitatif dan kualitatif (artinya, jumlah/gabungan dari dua tahap ini —kuantitatif dan kualitatif— lebih besar ketimbang jumlah masing-masing dari keduanya).
Contoh 7.8 Hipotesis dan Rumusan Masalah dalam Penelitian Metode Campuran
Houtz (1995) melakukan penelitian metode campuran dua-tahap (sekuensial) dengan hipotesis dan rumusan masalah yang ditulis secara terpisah (antara kuantitatif dan kualitatif) di masing-masing bagian pendahuluan tahap tersebut. Penelitian mi mengana'isis perbedaan-perbedagn antara strategi instruksional SNIP (nontradisio-nal) dan strategi instruksional SLTP (tradisional) bagi siswa-siswa kelas tujuh dan kelas delapan, juga prestasi-prestasi mereka dan sikap-sikap me-eka terhadap ilmu pengetahuan. Penelitian mi dilaksanakan ketika banyak sekolah berahh dan konsep dua-tahun SLTP menuju tiga-tahun SMP (yang mehputi kelas enam). Dalam penelitian dua-tahap ini, tahap pertama (kuantitatif) melibatkan penilaian pre-test dan post-pre-test terhadap penlaku-perilaku dan prestasi-prestasi siswa dengan menggunakan ska'a dan nilai ujian. Houtz kemudian me-ianjutkan hasil kuantitatif in1 dengan wawancara kualitatif bersama para guru ilmu sostal, kepala sekolah, dan konsultan-konsultan terkait. Tahap kedua sni rrterqbantu menjelaskan perbedaan-perbedaan dan petsamaan-persamaan. antara Qua strategi instruksional yang diper-ojefi'dan'tahap pertama tadi.
Dengan penelitian kuantitatif d; tahap pertama, Houtz (1995: 630) menulis hipotesis-hipotesisnya sebagai benkut:
PeneJitian mi didasarkan pada hipotesis bahwa tidak ada per-bedaan signifikan antara siswa di SMP (nontradisional) dan siswa di SLTP (tradisional) dalam hal sikap-sikap mereka terhadap ilmu pengetahuan sebagai maten pelajaran. Selain itu, dihipotesiskan pula bahwa tidak ada perbedaan signifikan anta~a siswa di SMP dan siswa di SLTP dalam hal prestasi keilmuan mereka
177
dalam tahap kualitatif, Houtz memuncunculkan tiga rumusan masalah untuk mengeksplorasi hasil-hasii Kuantitatif secara lebih mendalam. Rumusan masalah mi la jadikan sebagai bahan pertanyaan untuk mewawancarai guru ilmu sosial, kepala sekolah dan para konsultan universitas. Tiga rumusan masalah tersebut antara lain:
Apa saja perbedaan antare strategi instruksional SMP dan strategi instruksional SLTP ketika sekolah ini berada dalam masa-masa transisi? Bagaimana masa-masa transisi ini memengaruhi perilaku dan prestasi keilmuan siswa Anda? Bagaimana perasaan para guru tentang proses yang berubah ini?
(Houtz, 1995: 649)
Dari penelitian metode campuran ini dapat kita lihat bahwa Houtz telah menyertakan hipotesis kuantitatif dan rumusan masaiah kualitatif di awal setiap tahap peneiitiannya, dan ia sudah menggunakan elemen-elemen yang tepat dalam menulis hipotesis dan rumusan masaiah tersebut. Dari hipotesis dan rumusan masaiah ini; Houtz (1995) sebenarnya bisa membuat sejenis rumusan masaiah metode campuran yang ia nyatakan berdasarkan perspektif procedural:
Bagaimana interview dengan para guru, kepala sekolah, dan para konsultan universitas dapat membantu menjelaskan perbedaan-perbedaan kuantitatif dalam hal prestasi siswa-siswa SMP dan SLTP?
Jika tidak, rumusan masaiah metode campurannya dapat ditulis berdasarkan orientasi isi, seperti berikut ini:
Bagaimana pemikiran-pemikiran yang diungkapkan oleh para guru dapat membantu menjelaskan mengapa nilai siswa SMP lebih rendah ketimbang nilai siswa SLTP?
Contoh 7.9 Rumusan Masalah Metode campuran dalam Konteks Prosedur-prosedur Campuran
Sejauh mana dan dalam hal apa wawancara kualitatif bersama para mahasiswa dan pihak fakultas turut menciptakan pemahaman yang lebih komprehensif tentang hubungan antara nilai SEEPT dan performa akademik siswa, meialui analisis metode campuran integratif? (Lee & Greene, 2007)
178
Rumusan masalah ini merupakan rumusan masalah metode campuran yang fokus pada tujuan dicampurnya dua tahap penelitian, yakni gabungan antara data kuantitatif dan wawancara kualitatif untuk melihat hubungan antara nilai dan performa siswa. Rumusan masalah di atas juga menekankan pada apakah penggabungan ini dapat membantu menciptakan pemahaman yang komprehertsif tentang topik penelitian. Di akhir penelitiannya, Lee dan Greene telah menyajikan petunjuk untuk menjawab pertanyaan ini.
RINGKASAN
Rumusan masalah dan hipotesis berperan sebagai "rambu-ranribu" bagi pembaca dan untuk mempersempit tujuan penelitian. Para peneliti kualitatif seyogianya mengajukan sedikitnya satu rumusan masalah utama danbeberapa subrumusari masalah. Mereka harus mengawali rumusan masalahnya dengan kata-kala seperti bagaimana atau apakah dan menggunakan verba-verba eksploratoris, seperti mengeksplorasi atau mendeskripsikan. Selain itu, mereka harus menyajikan rumusan masalah yang umum dan luas yang memung-kinkan mereka mengeksplorasi gagasan-gagasan partisipan. Mereka juga harus fokus pada satu fenomena utama yang diteliti. Rumusan masalah dalam penelitian kualitatif juga harus menyebutkan partisipan dan lokasi penelitian.
Sebaliknya, para peneliti kuantitatif bisa menulis rumusan masalah atau hipotesis saja. Kedua bentuk ini harus meliputi variabel-variabel yang dideskripsikan. dihubungkan, dikategorisasikan ke dalam kelompok-kelompok perbandingan. Dua bentuk ini juga bisa meliputi variabel bebas dan variabel terikat yang diukur secara ter-pisah. Dalam beberapa penelitian kuantitatif, peneliti sering kali menggunakan rumusan masalah saja. Akan tetapi, untuk keperluan formal, hipotesis tidak jarang disertakan pula. Hipctesis merupakan prediksi atas hasil-hasil penelitian. Hipotesis ini dapat berupa hipotesis alternatif yang memerinci hasil-hasil eksak yang diharapkan (lebih banyak atau lebih luas, lebih kuat atau lebih lemah, dan sebagainya) dan juga dapat berupa hipotesis nol yang mengindikasikan tidak adanya perbedaan atau hubungan signifikan antara kelornpok-kelompok dalam variabel terikat. Biasanya, peneliti menulis variabel bebas di urutan pertama, kemudian diikuti oleh variabel terikat di urutan kedua. Salah satu teknik penyusunan rumusan masalah dalam proposal kuantitatif adalah mengawalinya dengan rumusan masalah deskriptif, kemudian diikuti oleh rumusan masalah infe-rensial yang menghubungkan variabel-variabel atau membanding-kan kelompok-kelompok dalam variabel.
179
Bagi para peneliti metode campuran, saya merekomendasikan agar mereka membuat rumusan masalah metode campuran secara terpisah dalam penelitian mereka. Rumusan masalah ini dapat ditulis berdasarkan prosedur-prosedur atau isi penelitian, dan bisa diletak-kan dalam bagian yang berbeda-beda. Rumusan masalah untuk metode oampuran setidaknya juga harus menunjukkan pentingnya penggabungan atau pengombinasian elemen-elemen kuantitatif dan kualitatif. Sejumlah teknik dapat diterapkan untuk menulis rumusan masalah dengan metode campuran, antara lain: (1) menulis hanya rumusan masalah atau hipotesis kuantitatif (bukan keduanya) dan rumusan masalah kualitatif; (2) menulis rumusan masalah atau hipotesis kuantitatif dan rumusan masalah kualitatif yang diikuti oleh rumusan masalah metode campuran; atau (3) menulis hanya rumusan masalah metode campuran saja.
Latihan Menulis
1. Untuk penelitian kualitatif, tulislah salah satu atau dua rumusan masalah utama yang kemudian diikuti oleh lima hingga tujuh subrumusan masalah.
2. Untuk penelitian kuantitatif, tulisiah dua jenis rumusan masalah. Jenis rumusan pertama ditulis secara deskriptif tentang variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian. Jenis rumusan kedua ditulis secara inferensial yang menghubungkan (atau membandingkan) variabel bebas dan variabel terikat. Ikutilah model yang disajikan dalam bab ini tentang pengombinasian rumusan masalah deskriptif dan rumusan masalah inferensial.
3. Tulislah rumusan masalah metode campuran. Pertama-tama, tulislah rumusan tersebut sebagai rumusan masalah yang didasarkan pada prosedur-prosedur penelitianmetode campuran, kemudian tulislah kembali rumusan tersebut berdasarkan pada isi penelitian. Berikan komentar tentang pendekatan mana yang paling tepat untuk Anda gunakan
BACAAN TAMBAHAN
Creswell, J.W. (1999). "Mixed-Method Research: Introduction and Application." dalam GJ. Cizek (ed.). Hcnulbook of Educational Policy. San Diego: Academic Press, (him. 455-472).
Dalam bab ini, saya menjelaskan sembilan langkah dalam melaksanakan penelitian metode campuran, antara lain:
1. Pastikan, apakah masalah yang ingin Anda teliti memang mengharuskan dicampurnya dua metode penelitian yang berbeda.
LAT
IHA
N
ME
NU
LIS
180
2. Pikirkan kemungkinan dan ketidakmungkinan dilaksanakannya penelitian metode campuran.
3. Tulislah rumusan masalah kuantitatif dan rumusan masalah kualitatif. 4. Tentukan jenis-jenis strategi pengumpulan data.
5. Ukurlah bobot relatif dan strategi implementasi atas dua strategi (kuantitatif dan kualitatif) tersebut.
6. Sajikan model visualnya.
7. Jelaskan bagaimana data akan dianalisis.
8. Berikan kriteria-kriteria pasti untuk mengevaluasi penelitian. 9. Buatlah rencana penelitian.
Dalam menulis rumusan masalah, saya merekomendasikan kepada para peneliti agar membuat jenis rumusan kualitatif dan kuantitatif di mana di dalamnya juga disebutkan strategi penelitian kualitatif yang digunakan
Tashakkori, A., & Creswell, J.W. (2007). "Exploring the Nature of Research Questions in Mixed Methods Research." dalam Tim Editorial. Journal of Mixed Methods Research. 1(3). (him. 207-211).
Tim editorial jurnal ini membahas penulisan dan sifat rumusan masalah dalam penelitian metode campuran. Jurnal ini menyoroti pentingnya rumusan masalah dalam proses penelitian dan membahas perlunya peiriahaman yang baik untuk menulis rumusan masalah metode campuran. Dalam jurnal ini pula, diajukan sebuah pertanyaan: "Bagaimana seseorang merancang rumusan masalah dalam penelitian metode campuran?" (him. 207). Tiga model kemudian disajikan: (1) menulis secara terpisah rumusan masalah kuantitatif dan rumusan masalah kualitatif; (2) menulis satu rumusan masalah untuk metode campuran yang dapat mewakili semuanya; dan (3) menulis rumusan masalah untuk masing-masing tahap penelitian (kuantitatif dan kualitatif) ketika penelitian tersebut tengah ditulis dan dilakukan.
Morse, J.M. (1994). "Designing Founded Qualitative Research." dalam N.K. Denzin & Y. S. Lincoln (Ed.).- Handbook of Qualitative Research. Thousand Oaks, CA: Sage. (him. 220-235).
Janice Morse mengidentifikasi dan mendeskripsikan sejumlah persoalan dalam merancang proyek kualitatif. Dia membandingkan beberapa strategi penelitian kualitatif dan membuat kerangka atas jenis-jenis rumusan masalah yang digunakan dalam
masing-181
masing strategi tersebut. Untuk penelitian fenomenologi dan etnografi, rumusan masalahnya harus deskriptif dan mencerminkan usaha me-nyingkap makna. Untuk penelitian grounded theory, rumusan masalahnya harus membahas suatu proses, sedangkan dalam penelitian etnometodologi dan analisis wacana, rumusan masalahnya harus berhubungan dengan interaksi verbal dan dialog. Morse juga me-ngatakan bahwa rumusan masalah harus menegaskan fokus dan ruang lingkup penelitian
Tuckman, B.W. (1999). Conducting Educational Research. Edisi kelima. Fort Worth, TX: Harcourt Brace.
Bruce Tuckman menyajikan satu bab tentang bagaimana caranya membuat hipotesis-hipotesis. Dia mengidentifikasi asal mula hipotesis dalam teori deskriptif dan observasi induktif. Tuckman lebih jauh mendefinisikan dan mengilustrasikan hipotesis alternatif dan hipotesis nol serta mengajak pembaca merrahami bagaimana pro -sedur-prosedur pengujian dua hipotesis ini
182