• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI DALAM PENELITIAN METODE CAM! URAN

PENERAPAN TEORI

TEORI DALAM PENELITIAN METODE CAM! URAN

Teori dalam penelitian metode campuran dapat diterapkan secara deduktif (seperti dengan pengujian atau verifikasi teori kuantitatif) atau secara induktif (seperti dengan pemunculan teori atau pola kualitatif). Teori ilmu sosial atau ilmu kesehatan bisa saja digunakan sebagai kerangka teoretis untuk diuji, baik dengan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif. Cara lain untuk menerapkan teori dalam penelitian metode campuran adalah dengan menjadikan teori sebagai perspektif teoretis untuk menuntun penelitian. Dalamhal ini, penelitian metode campuran yang didasarkan pada teori gender, ras atau etnisitas, ketidakmampuan, orientasi seksual, atau isu-isu lain maka penelitian tersebut sebaiknya menerapkan teori-teori ini di bagian penelitian (Mertens, 2003).

Contoh 3.3 Teori di Bagian Akhir Penelitian Kualitatif

Dengan menggunakan database yang memuat sekitar 33 wawancara kami bersama para ketua jurusan akademik, kami (Creswell & Brown, 1992) mengembangkan suatu grounded theory yang menghubungkan variabel-variabel (atau kategori-kategori) penelitian, yakni pengaruh para ketua jurusan terhadap performa dosen. Bab teori kami munculkan di bagian akhir penelitian. Pada bagian ini, kami menggambarkan teori tersebut secara induktif dalam bentuk isual berdasarkan kategori-kategori informasi yang berasal dari para informan. Selain itu, kami juga menyertakan hipotesis-hipotesis dari teori tersebut. Bahkan, pada bagian ini, kami juga membandingkan hasil survei dari para partisipan dengan hasil survei dari penelitian-penelitian lain, sekaligus membandingkan beragam spekulasi teoretis yang terdapat dalam literatur. Dalarn bab tersebut, antara lain kami menyatakan:

Proposisi dan subproposisi-subproposisi dari teori ini ternyata menampiikan sesuatu yang tidak biasa, bahkan kontras, dengan harapan kami. Bertentangan dengan proposisi 2.1, kami berharap bahwa jenjang-jenjang karier akan sama, bukan dalam jenis-jenis masalah, melainkan dalam jangkauan masalah-masalah tersebut. Kami justru menemukan bahwa masalah yang dirasakan para dosen yang post-tenure hampir mencakup keseluruhan masalah yang terdapat dalam daftar. Mengapa kebutuhan-kebutuhan para dosen yang tenured justru lebih banyak dibanding para dosen yang non-tenured? Padahal, salah satu literatur yang membahas tentang produktivitas penelitian menegaskan bahwa performa penelitian seseorang tidak akan merosot hanya karena ada penghargaan tenure (Holley, 1977). Barangkali, beragamnyatujuan-tujuan karier para dosen yang post-tenure memperluas kemungkinan munculnya "jenis-jenis" masalah tersebut. Dalam banyak hal, subproposisi ini justru menekankan pada kelompok karier yang understudied, yang menurut Furniss (1981), mengharuskan kita untuk mengujinya lebih rinci.

87

Secara historis, gagasan digunakannya landasan teoretis dalam penelitian metode campuran sudah ditunjukkan pertama kali oleh Greene dan Caracelli pada 1997. Mereka mengidentifikasi penerapan rancangan transformatif'untuk penelitian metode campuran. Rancangan ini mengutamakan penelitian-penelitian yang berbasis pada nilai dan aksi, seperti penelitian aksi partisipatoris (participatory action research) dan pendekatan pemberdayaan (empowerment approach). Dalam rancangan ini, Greene dan Caracelli menawarkan pencampur-an nilai-nilai dari tradisi-tradisi yang berbeda (seperti, bebas-bias dari kuantitatif dan bermuatan-bias dari kualitatif), penerapan metode-metode yang berbeda, dan perhatian pada solusi-solusi aksi. Banyak peneliti metode campuran yang sudah menerapkan gagasan ini.

Tentang prosedur-prosedur penelitian metode campuran, Creswell, Piano Clark, Gutmann, dan Hanson (2003) sudah menulis sebuah bab khusus yang menjelaskan hal tersebut secara kompre-hensif. Mereka menjelaskan kemungkinan penelitian metode campuran menerapkan perspektif-perspektif teoretis yang beragam, seperti gender, feminis; kebudayaan/ras/etnik; gaya hidup; kritik; kelas dan status sosial. Perspektif-perspektif inilah yang nantinya saling bertumpang tindih dalam penelitian metode campuran (lihat-Bab 10). Mereka kemudian membuat model-model visual untuk mengilustrasikan bagaimana perspektif-perspektif ini dapat menjadi panduan bagi penelitian metode campuran. Mertens (2003) melanjutkan pembahasan ini. Sebagaimana diringkas dalam Kotak 3.1, dia menegaskan pentingnya perspektif teoretis dalam penelitian metode carnpuran. Tidak hanya itu, dalam menjelaskan paradigma transfor-rriatif-partisipators dan prosedur-prosedur khusus metode campuran, dia menekankan pentingnya nilai-nilai dalam meneliti isu-isu feminis, etnis/ras, dan isu-isu ketidakmampuan (disability issues). Teori transformatifnya Mertens ini bisa menjadi gagasan umum bagi serrtua penelitian yang berbasis emansipatoris, anti-diskriminasipartisipatif, Freirian, feminis, ras/etnis, dengan objek penelitian yaitu individu-individu dengan ketidakmarnpuan-ketidakmampuan khusus dan kelompok-kelompok marginal.

Mertens juga menjelaskan implikasi dasar diterapkannya teori-teori transformatif ini dalam penelitian metode campuran. Para peneliti metode campuran yang menggunakan teori-teori transformatif ini, menurut Mertens, perlu menggabungkan metodologi emansipatoris-transformatif ke dalam semua tahap penelitiannva. Dengan membaca pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam Kotak 3.1, para peneliti akan menyadari pentingnya penelitian tentang isu-isu diskriminisi dan tekanan, serta perlunya pengharga-an akan perbedaan di antara para partisipan penelitian. Pertanyaan-pertanyaan dalam Kotak 3.1 mengarahkan para peneliti

88

untuk respek dalam mengumpulkan dan mengomunikasikan data penelitian dan melaporkan hasil penelitian sehingga dapat menuntun pada per-ubahan dalam proses dan relasi sosial.

Penelitian metode campuran di atas "menekankan dimensi-dimensi berbasis nilai dan aksi dari dua tradisi penelitian yang berbeda" (Greene & Caracelli, 1997:24). Mereka menggunakan perspek-tif teoretis untuk mengonfigurasi kembali bahasa dan percakapan partisipan, lalu mereka mengemukakan pentingnya pemberdayaan dalam penelitian.

Langkah-langkah untuk menggunakan teori dalam proposal metode campuran ialah: • Tentukan teori apa yang akan digunakan.

• Identifikasilah penerapan teori tersebut dalam hubungannya dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.

• Jika teori digunakan sebagai strategi transformasional dalam penelitian, jelaskan strategi tersebut dan bahaslah poin-poin intinya dalam penelitian yang diajukan, yang di dalamnya gagasan-gagasan emansipatoris juga digunakan.

89

Kotak 3.1 Pertanyaan-Pertanyaan Emansipatoris-Transformatif untuk Penelitian-Penelitian Metode Campuran selama proses Penelitian-Penelitian

Membatasi Masalah dan Mencari Literatur

• Apakah Anda sudah mencari dengan teliti literatur-literatur yang concern dengan isu-isu diskriminasi dan penindasan?

• Apakah Anda sudah membatasi masalah penelitian, utamanya untuk komunitas yang diteliti?

• Apakah Anda sudah benar-benar memanfaatkan waktu dengan

komunitas-komunitas ini? (seperti, membangun kepercayaan; menggunakan kerangka teoretis ketimbang model tertentu yang terbatas; merrlbuat pertanyaan-pertanyaan positif dan negatif yang seimbang? Membuat pertanyaan-pertanyaan yang menuntun pada jawaban-jawaban transformatif, seperti pertanyaan-pertanyaan yang difokuskan pada persoalan otoritas dan relasi kekuasaan dalam institusi-institusi dan komunitas-komunitas tertentu?).

Mengidentifikasi Rancangan Penelitian

• Apakah rancangan penelitian Anda sudah menerapkan treatment yang berbeda-beda pada setiap kelompok dan menghormati pertimbangan-pertimbangan etis dari para partisipan?

Mengidentifikasi Sumber-Sumber Data dan Memtlih Partisipan

• Apakah para partisipan benar-benar pernah mengalami —atau setidaknya berkaitan dengan— diskriminasi dan penindasan?

• Apakah para partisipan sudah tepat dilabeli sebagai komunitas yang tertindas? • Apakah proses penargetan populasi sudah memenuhi syarat-syarat pengharaan

akan perbedaan?

• Apa yang Anda lakukan pada sampel penelitian untuk mengetahui bahwa kelompok-kelompok yang tertindas itu benar-benar terwakilkan dengan tepat dan akurat?

Mengidentifikasi atau Membuat Instrumen-Instrumen dan Metode-Metode Pengumpulan Data

• Apakah proses pengumpulan data dan hasil penelitian akan menguntungkan komunitas yang diteliti?

90

RINGKASAN

Teori diterapkan dalam penelitian kuantitatif, kualitatif, dan metode campuran untuk tujuan yang berbeda-beda. Para peneliti kuantitatif menggunakan teori untuk memberikan penjelasan atau prediksi tentang relasi antarvariabel dalam penelitian. Peneliti kuantitatif tentu membutuhkan landasan teoretis tentang variabel-variabel ini untuk membantunya merancang rumusan masalah dan hipotesis penelitian. Teori inilah yang menjelaskan bagaimana dan mengapa variabel-variabel itu berhubungan satu sama lain, berfungsi sebagai jembatan antarvariabel. Ruang lingkup teori bisa saja luas ataupun sempit, dan peneliti menyatakan teori mereka dalam beberapa bentuk, seperti dalambentuk hipotesis, pernyataan logika "jika-maka," atau dalam bentuk visual. Jika teori-teori tersebut digunakan secara deduktif, peneliti menempatkannya di awal penelitian dalam tinjauan pustaka. Mereka juga dapat memasukkan teori-teori itu dalam rumusan masalah atau hipotesis penelitian, atau menempatkannya dalam bagian terpisah. Tentu saja, jika diletakkan di bagian terpisah, peneliti perlu membuat tulisan agak panjang mengenai teori tersebut.

• Apakah temuan-temuan penelitian nantinya dapat dipercaya oleh komunitas tersebut?

• Apakah komunikasi dengan komunitas tersebut akan berjalan efektif?

• Apakah proses pengumpulan data dapat membuka jaian bagi partisipan menuju proses perubahan sosial?

Menganalisis, Menafsirkan, dan Melaporkan Hasil Penelitian

• Apakah hasif penelitian akan memunculkan hipotesis-hipotesis baru?

• Apakah penelitian ini juga akan meneliti subkelompok-subkelompok (seperti, analisis multilevel) untuk mengetahui bahwa ada dampak yang berbeda terhadap setiap kelompok?

• Apakah hasil penelitian akan membantu memahami dan memper-jelas relasi kekuasaan?

• Apakah hasil penelitian akan mempermudah proses perubahan sosial?

Sumber: Diadaptasi seperlunya dari D.M. Mertens (2003), "Mixed Methods and the Politics of Human Research: The Transformative-Emancipatory Perspective/' dalam A. Tashakkori & C. Teddlie (Ed.), Handbook of Mixed Methods in the Social & Behavioral Sciences. Diadaptasi atas izin penulis.

91

Sebagaimana dalam penelitian kuantitatif, para peneliti kualitatif juga dapat menerapkan teori sebagai penjelasan umurn, misal-nya dalam etnografi. Teori juga bisa diterapkan sebagai perspektif teoretis untuk membantu peneliti memunculkan pertanyaan-pertanyaan tentang gender, kelas, ras, dan sebagainya. Teori jugadapat diterapkan sebagai poin akhir penelitian (end point), pola (pattern], atau generalisasi (generalization) yang secara induktif berawal dari pengumpulan dan analisis data. Para peneliti kualitatif yang menerapkan grounded theory, misalnya, berusaha menghasilkan suatu teori yang didasarkan (grounded) pada pandangan-pandangan para partisipan, lalu memosisikannya sebagai kesimpulan di akhir penelitian mereka. Meski demikian, ada juga beberapa penelitian kualitatif yang tidak menyertakan teori yang eksplisit, hanya menyajikan penelitian deskriptif tentang fenomena utama, seperti penelitian feno-menologi.

Para peneliti metode campuran dapat menerapkan teori secara deduktif (sebagaimana dalam penelitian kuantitatif) ataupun secara induktif (sebagaimana dalam penelitian kualitatif). Mereka juga dapat mengawalinya dengan menggunakan perspektif-perspektif teoretis (misalnya, yang berhubungan dengan gender, gaya hidup, ras/etnis, dan kelas) dalam penelitian metode campuran mereka. Misalnya, para peneliti metode campuran dapat

Contoh 3.4 Teori dalam Penelitian Metode Campuran Transformatif-Emansipatoris

Hopson, Lucas, dan Peterson (2000) meneliti isu-isu yang sering kali muncul dalam masyarakat urban, yang didominast oleh penduduk Afrika Amerika yang terjangkit HIV/AIDS. Dengan kerangka teori transformatif-emanstpatoris, mereka meneliti bahasa para partisipan yang terjangkit HIV/AIDS dalam konteks sosial, Mereka pertama-tama melakukan 75 wawancara etnografis terbuka untuk mengidentifikasi "tema-tema bahasa" (him. 31), seperti celaan, kepemilikan, dan keber-terimaan dan ketakberterimaan. Mereka juga melakukan 40 wawan¬cara semi-struktur untuk mengidentifikasi demografi, rutinitas sehari-hari, penggunaan obat-obatan, pengetahuan tentang bahaya HIV/ AIDS, narkoba, dan karakteristik-karakteristik perilaku-sosio seksual. Dari data kualitatif ini, mereka menyaring kembali pertanyaan-per-tanyaan follow-up (lanjutan) untuk digunakan sebagai instrumen posintervensi kuantitatif. Mereka lalu menyatakan bahwa dalam metakukan penilaian (evaluasi), sebaiknya diterapkan pendekatan pemberdayaan di mana peneliti secara aktif mendengarkan pendapat dari para partisipan dan melaksanakan program-program yang mereka inginkan

92

menerapkan pen-dekatan transformasional-emansipatoris yang menggabungkan perspektif-perspektif di atas untuk meneliti isu utama. Bahkan, beberapa buku penelitian saat ini (seperti, Mertens, 2003) sudah me-nyediakan prosedur-prosedur khusus bagaimana memasukkan beragam perspektif tersebut ke dalam tahap-tahap penelitian.