Pertimbangan-Pertimbangan Etis
MENULIS PROPOSAL
9. Apakah hasil-hasil sementara sudah menunjukkan bahwa penelitianyang Anda ajukan ini bermanfaat dan bisa diterapkan?
Sembilan pertanyaan ini, jika masing-masing disajikan secara tepat dalam satu bagian proposal, akan membentuk fondasi penelitian yang baik dan sangat membantu proses penyusunan proposal secara keseluruhan. Yang menarik dari sembilan pertanyaan di atas adalah disertakannya verifikasi penemuan, pertimbangan-pertimbangan etis, hasil-hasil sementara, dan bukti manfaat atau tidaknya sebuah proposal. Komponen-komponen ini dapat memfokuskan perhatian pembaca pada elemen-elemen kunci yang sering kali diabaikan dalam proposal penelitian.
Format Proposal Kualitatif
Mengenai format proposal kualitatif, saya menawarkan dua model alternatif. Contoh 4.1 didasarkan pada perspektif konstruk-tivis/interpretivis, sedangkan Contoh 4.2 didasarkan pada perspektif advokasi/partisipatoris.
Contoh 4.1 Format Konstruktivis/Interpret!vis Kualitatif
Pendahuluan
Latar belakang masalah (mencakup literatuMiteratur yang ber-hubungan dengan rnasalah tersebut dan pentingnya penelitian). Tujuan penelitian dan batasan masalah. Rumusan masalah.
Prosedur-Prosedur
Asumsi-asumsi filosofis tentang penelitian kualitatif. Strategi penelitian kualitatif.
Peran peneliti.
Prosedur-prosedur pengumpulan data, Strategi-strategi menvalidasi hasil penelitian. Susunan naratif penelitian.
Masalah-masalah etis yang mungkin muncul, Hasil-hasil sementara (jika ada). Outcomes yang diharapkan.
Lampiran: pertanyaan-pertanyaan wawancara, bukti observasi, catatan waktu, dan anggaran yang diajukan.
96
Pada contoh di atas, peneliti hanya menyertakan dua bagian utama, yaitu pendahuluan dan prosedur-prosedur. Tinjauan pustaka bisa saja dimasukkan, tetapi hanya bersifat optional saja; lagi pula, sebagaimana yang sudah dijelaskan pada Bab 3, tinjauan pustaka bisa dimasukkan di akhir penelitian atau di bagian outcomes yang diharapkan. Selain itu, saya juga sudah menambah bagian-bagian yang mungkin pada awalnya tampak tidak lazim. Misalnya, denganmembuat catatan waktu dan menyajikan anggaran yang diajukan peneliti setidak-tidaknya sudah memberikan informasi yang berguna bagi pihak perguran tinggi meskipun bagian-bagian ini biasanya tidak dijumpai dalam outline proposal.
Format proposal di atas tadi sama dengan format sebelumnya (konstruktivis/interpretivis) kecuali dalam hal bahwa dalam format proposal ini, peneliti mengidentifikasi isu-isu advokasi/partisipatoris tertentu yaing akan dieksplorasi dalam penelitian (sepertimarginalisasi dan pemberdayaan), berkolaborasi dengan para partisipan dalam pengumpulan data, dan menyatakan perubahan-perubahan yang dapat ditawarkan oleh penelitian ini.
Contoh 4.2 Format Advokasi/Partisipatoris Kualitatif
Pendahuluan
Latar belakang masalah (meliputi isu-isu advokasi/partisipatoris yang akan
dieksplorasi, literatur-literatur yang berhubungan dengan isu tersebut, dan pentingnya penelitian). Tujuan penelitian dan batasan masalah. Rumusan masalah.
Prosedur-Prosedur- ,
Asumsi-asumsi filosofis tentang penelitian kualitatif. Strategi penelitian kualitatif.
Peran peneliti,
Prosedur-prosedur pengumpulan data (meliputi pendekatan-pendekatan pengumpulan data secara kolaboratif bersama para partisipan).
Prosedur-proseedur pencatatan/perekaman data. Prosedur-prose*dur analisis data. Strategi-stratecgi menvaiidasi hasif penelitian.
Susunan naratif.
Masalah-masalsh etis yang mungkin muncul. Pentingnya penelitian.
Hasil-hasil semwentara (jika ada).
Perubahan-perubahan advokasi/partisipatoris yang diharapkan.
Lampiran: pertanyaan-pertanyaan wawancara, bukti observasi, catatan waktu, dan anggaran yang diajukan.
97
Format Proposal Kuantitatif
Untuk penelitian kuantitatif, formatnya disesuaikan dengan bagian-bagian yang biasanya terdapat dalam artikel-artikel jurnal kuantitatif. Format tersebut pada umumnya terdiri dari pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, hasil, dan pembahasan. Dalam merencanakan penelitian kuantitatif atau proposal disertasi, pertimbangkanlah format berikut ini sebagai panduan menulis (lihatContoh 4.3).
Contoh 4.3 merupakan format standar untuk penelitian ilmu sosial meskipun susunan bagian-bagiannya, khususnya dalam pendahuluan, bisa jadi bermacam-macam antarmasing-masing penelitian (lihat, misalnya, Miller, 1991; Rudestam & Newton, 2007). Contoh ini juga sangat berguna bagi para peneliti yang ingin merancang bagian-bagian penelitian untuk disertasi atau membuat kerangka topik-topik untuk penelitian-penelitian akademik yang lain.
Format Proposal Metode Campuran
Untuk proposal metode campuran, peneliti dapat menggabungkan format kuantitatif dan kualitatif (lihat Creswell & Piano Clark, 2007). Ilustrasi untuk format proposal metode campuran ini dapat dilihat pada Contoh 4.4 (yang diadaptasi dari buku Creswell & Piano Clark, 2007).
Format ini menunjukkan bahwa peneliti menerapkan komponen-komponen kuantitatif dan kualitatif (khususnya, tujuan pe-nelitian dan rumusan masalah) sebagai komponen-komponen Metode campuran. Untuk itu, sangat penting menjelaskan sejak awal alasan-alasan diterapkannya pendekatan metode campuran dan mengidentifikasi elemen-elemen kunci dari rancangan ini, seperti metode campuran, gambaran visual prosedur-prosedurpenelitian secara umum, dan prosedur-prosedur pengumpulan dan analisis data kuantitatif dan kualitatif.
98
Merancang Bagian-Bagian dalam Proposal Penelitian
Di sini, ada beberapa tips penelitian yang sering kali saya sampaikan kepada para mahasiswa, terkait dengan bagaimana merancang struktur keseluruhan proposal penelitian.
Merinci terlebih dahulu bagian-bagian dalam rancangan proposal. Mengerjakan satu bagian akan mendorong munculnya gagasan-gagasan baru ketika merancang bagian-bagian proposal yang lain. Pertama-tama, buatlah satu draft atau outline bagian-bagian-bagian-bagian proposal, lalu tulislah sesuatu dalam setiap bagian tersebut. Kemudian,saringlah kembali ke bagian-bagian tersebut dengan mempertimbangkan secara lebih detail informasi-informasi lain yang mungkin perlu dimasukkan ke dalam setiap bagian.
Contoh 4.3 Format Kuantitatif
Pendahuluan
Latar belakang masalah (meliputi pembahasan mengenai masalah yang diangkat dan pentingnya penelitian). Tujuan penelitian dan batasan masalah. Perspektif teoretis. Rumusan masalah atau hipotesis.
Tinjauan Pustaka Metode Penelitian
3enis rancangan penelitian. Populasi, sampel, dan partisipan.
Instrumen-instrumen pengumpulan data, vartabel-variabel, dan materi-rnateri.
Prosedur-prosedur analisis data.
Isu-isu etis yang mungkin muncul. Hasil-hasil sementara.
99
Contoh 4.4 Format Metode Campuran
Pendahuluan
Latar belakang masalah.
Penelitian-penelitian sebelumnya yang juga mernbahas masalahtersebut.
Kekurangan-kekurangan dalam penelitian-penelitian sebelumnyadan satu kekurangan yang membuat Anda merasa perlu mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara bersamaan untukmenutupi kekurangan ini.
Para pembaca yang dapat mengambil manfaat dari penetitian ini.
Tujuan Penelitian
Tujuan atau manfaat peneiitian dan rasionalisasi digunakannyametode campuran.
Rumusan masalah dan hipotesis (rumusan masalah atau hipotesiskuantitatif, rumusan masalah kualitatif, rumusan masalah metodecampuran).
Landasan-landasan filosofis tentang peneiitian metode campuran.
Tinjauan pustaka (tinjauan kuantitatif, tinjauan kualitatif, dantinjauan metode campuran}.
Metode Campuran
Definisi peneiitian metode campuran.
Jenis rancangan yang digunakan dan definisinya.
Tantangan-tantangan menggunakan rancangan ini dan bagaimanamenghadapi tantangan-tantangan tersebut.
Contoh-contoh penerapan rancangan tersebut. Referensi dan penyertaan diagram visual. Pengumpulan dan analisis data kuantitatif. Pengumpulan dan analisis data kualitatif.
Prosedur-prosedur analisis data metode campuran.
Pendekatan-pendekatan dalam menvalidasi data kuantitatif dankualitatif.
Sumber-sumber dan skill-skill peneliti. Isu-isu etis yang mungkin muncul.
Catatan waktu dalam menyelesaikan penelitian.
Referensi dan lampiran-lampiran, seperti instrumen penelitian,protokol penelitian, dan bentuk-bentuk visual lain.
100
• Pelajari proposal-proposal dari mahasiswa lain yang juga dipandu oleh pembimbing Anda dan perhatikan proposal tersebut dengan seksama. Gandakan proposal-proposal yang me-nurut pembimbing Anda paling layak diajukan pada pihak perguruan tinggi. Pelajari topik-topik yang dibahas dan susunan di dalamnya hingga ke tahap yang lebih detail.
• Pastikan apakah program atau institusi Anda menawarkan sejenis kursus tentang pembuatan proposal atau topik-topik lain yang sejenis. Kelas-kelas seperti ini sering kali membantu Anda dalam menyusun proyek penelitian dan membantu pembaca memahami dan merespons gagasan-gagasan dalam proposal tersebut.
• Mintalah pertimbangan dari pembimbing Anda tentang format proposal yang ia harapkan. Jangan terlalu mengandalkan artikel jurnal sebagai panduan penyusunan. Susunan bagian-bagian proposal yang terdapat dalam artikel-artikel jurnal bisa saja tidak memberikan banyak informasi yang diinginkan oleh pembimbing atau pihak perguruan tinggi.
Menulis Gagasan
Setiap tahun, saya selalu mengumpulkan berbagai buku tentang teknik menulis yang baik. Saya biasanya membeli satu buku baru tentang teknik-teknik menulis setiap kali saya mengerjakan proposal penelitian. Ketika buku Research Design ini saya tulis untuk edisi yang ketiga, saya waktu itu sedang membaca Reading Like a Writer-nya Francine Prose (Prose, 2006). Setiap kali saya membaca buku-buku seperti ini, saya terus teringat dengan prinsip-prinsip menulis yang baik yang harus saya terapkan pada penelitian saya. Hingga saat ini, penelitian-penelitian saya sudah menjangkau berbagai spektrum yang luas, mulai dari buku-buku profesional hingga buku-buku akademik. Semua ini tentu saja didukung, salah satunya, oleh hasil pembacaan saya pada buku-buku panduan menulis tersebut. Untukitu, pada bagian ini, saya akan memberikan pada Anda gagasan-gagasan kunci yang saya dapatkan dari buku-buku favorit yang pernah saya baca.
Menulis seperti Berpikir
Salah satu tanda penulis yang kurang berpengalaman adalah ia lebih suka mendiskusikan penelitian yang diajukan ketimbang me-nulis tentangnya. Untuk mengatasi masalah ini, saya merekomen-dasikan beberapa langkah berikut:
• Di awal proses penelitian, cobalah untuk benar-benar menulis gagasan-gagasan Anda, dan bukan membicarakannya. Para penulis ahli me-mandang proses menulis layaknya
101
berpikir (Bailey, 1984). Zinsser (1983) membahas pentingnya mengekspresikan kata-kata (gagas-an-gagasan) di kepala ke atas kertas. Pembimbing akan memberikan respons yang lebih baik ketika mereka membaca gagasan-gagasan di atas kertas daripada ketika mereka mendengar dan mendiskusikan topik penelitian dengan mahasiswa atau rekannya. Ketika peneliti berusaha menuliskan gagasan-gagasannya di atas kertas, pembaca akan mampu menvisualisasi hasil akhir-nya, lebih tepatnya melihat bagaimana hasil akhir itu tampak ke permukaan, dan pada akhirnya pun juga mampu mengklarifikasi gagasan-gagasan di dalamnya. Konsep tentang menulis gagasan-gagasan di atas kertas ini sudah banyak membantu orang dalam merangkai tulisan yang baik. Sebelum merancang proposal, buatlah draf ringkas sebanyak satu hingga dua halaman tentang proyek Anda dan biarkan pembimbing Anda memberikan arahan atas penelitian yang Anda ajukan. Draf ini dapat berisi sejumlah informasi penting: masalah penelitian yang akan dianalisis, tujuan penelitian, rumusan masalah yang akan diajukan, sumber data, dan pentingnya proyek tersebut bagi para pembaca. Selain itu, penting juga membuat draf untuk topik-topik yang berbeda sebanyak satu sampai dua halaman, lalu melihat topik mana yang lebih disukai pembimbing Anda dan memberikan kontribusi besar bagi bidang yang tengah Anda geluti saat ini.
• Lebih baik menulis beberapa draf proposal ketimbang mencoba memoles drafpertama. Setidak-tidaknya, cara ini akan membuat gagasan-gagasan di kepala Anda'segera tercurahkan. Zinsser (1983) meng-identifikasi dua jenis penulis: "tukang batu" (bricklayer), yang ber-usaha membuat satu paragraf yang benar-benar baik sebelum beralih pada paragraf selanjutnya, dan penulis yang "membiarkan semuanya menggelantung pada draf pertama", yang menulis draf pertama secara keseluruhan tanpa peduli terlebih dahulu betapa buruknya draf tersebut. Yang berada di antara kedua jenis ini adalah Peter Elbow (Elbow, 1973) yang lebih merekomendasikan agar seseorang melewati proses literatif, yakni: mulai dari menulis, mereview, lalu menulis kembali. Kata Elbow: jika Anda punya satu jam untuk membuat sebuah tulisan, lebih baik menulis empat draf (masing-masing 15 menit) daripada menulis satu draf (yang harus dihabiskan selama 15 menit). Peneliti yang berpengalaman akan menulis draf pertama dengan sangat hati-hati tetapi ia tidak menulis draf yang benar-benar sudah dipoles: pemolesan ini hanya akan membuat proses penulisan menjadi lamban.
• Jangan mengedit proposal Anda pada tahap-tahap awal. Lebih baik, Anda mempertimbangkan model tiga-tahapnya Franklin (1986) yang saya pandang sangat bermanfaat dalam membuat proposal awal dan penulisan penelitian akademik yang saya
102 lakukan selama ini: