• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ayo Pak, wis jam piro iki, lek adus, jarene arep nang gereja?

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

P: Ayo Pak, wis jam piro iki, lek adus, jarene arep nang gereja?

(Ayo Pak, sudah jam berapa ini, lekas mandi katanya mau ke gereja?) MT: Iya kosik sedilit neh.

(Iya, sebentar lagi)

(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur adalah

seorang guru SD Bernadus Semarang, berusia 29 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah ayah penutur. Suasana tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengajak mitra tutur untuk pergi ke gereja.)

Tuturan (C2) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang keluarga pada siang hari. Penutur merupakan seorang perempuan yang berprofesi sebagai guru SMA berusia 29 tahun dan mitra tutur merupakan ayah dari penutur. Suasana di ruang tengah ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Penutur menyampaikan ajakannya untuk segera bersiap ke gereja.

Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (C2) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori meminta. Hal ini dikarenakan pada tuturan tersebut penutur meminta agar mitra tutur segera bersiap untuk ke gereja.

Wujud basa-basi pada tuturan (C2) terlihat dari tuturan yang mengatakan bahwa penutur meminta mitra tutur untuk segera bersiap ke gereja. Mitra tutur menanggapi dan merespon tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan mengucapkan “Iya kosik, sedilit neh.” Yang menandakan mitra tutur langsung menanggapi permintaan dari penutur.

Tuturan (C2) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud untuk memecahkan suasana dengan memulai pembicaraan mitra tutur.

Penutur mengajak mitra tutur dengan tujuan agar hubungan antara penutur dan mitra tutur menjadi semakin akrab. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara.

Tuturan (C2) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Penutur menginginkan mitra tutur berkenan menghadiri pesta pernikahan bersama penutur. Jadi, tuturan (C2) terlihat bahwa penutur menyampaikan permintaannya agar mitra tutur segera bersiap ke gereja.

Tuturan C5

P:Ayo Le, jarene arep tuku jajan? (Ayo Nak, katanya mau beli jajan?) MT:”Lari menghampiri penutur”

(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah

seorang guru SMA Negeri 1 Ambarawa, berusia 52 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 11 tahun. Suasana ketika tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengundang mitra tutur untuk pergi mencari jajan.)

Tuturan (C5) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang keluarga pada malam hari. Penutur merupakan seorang laki-laki yang berprofesi sebagai guru SMA berusia 52 tahun dan mitra tutur adalah anak laki-laki dari penutur yang berusia 11 tahun. Suasana di

ruang tengah ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Penutur mengajak mitra tutur pergi ke warung untuk membeli sesuatu.

Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (C5) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori mengundang. Hal ini dikarenakan pada tuturan tersebut penutur mengajak mitra tutur pergi jajan ke warung.

Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (C5) terlihat dari tuturan yang mengatakan bahwa penutur langsung mengajak mitra tutur untuk pergi ke warung membeli sesuatu. Mitra tutur menanggapi dan merespon tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan langsung pergi menghampiri penutur.

Tuturan (C5) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud untuk mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur mengajak mitra tutur dengan tujuan agar hubungan semakin erat. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara.

Tuturan (C5) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Penutur menginginkan mitra tutur berkenan untuk pergi ke gereja pada hari minggu pagi. Jadi,

tuturan (C5) terlihat bahwa penutur mengajak mitra tutur pergi ke warung untuk membeli sesuatu.

Tuturan C6

P: “Ga, Alga… Wis awan iki, meh tangi jam piro?” (Ga, Alga… Sudah siang ini, mau Bangun jam berapa?” MT: “Iya Pak, iki lagi ngelempit kemul”.

(Iya Pak, ini baru melipat selimut)

P: “Ayo lek cepet, iki Senin lho, ana upacara!” (Ayo cepat-cepat, ini hari Senin lho, ada upacara!)

(Konteks tuturan: tuturan terjadi di kamar mitra tutur pada pagi hari. Penutur

adalah seorang guru SMP Theresiana 1 Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah anak perempuan penutur yang berusia 14 tahun. Suasana ketika tuturan tersebut terjadi agak tergesa-gesa. Penutur bermaksud mengundang mitra tutur untuk cepat bersiap-siap ke sekolah)

Tuturan (C6) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di kamar mitra tutur pada pagi hari. Penutur merupakan seorang laki-laki yang berprofesi sebagai guru SMP berusia 48 tahun dan mitra tutur adalah anak perempuan dari penutur yang berusia 14 tahun. Suasana di kamar mitra tutur ketika tuturan terjadi agak tergesa-gesa. Penutur mengajak mitra tutur untuk segera bangun dan segera bersiap-siap ke sekolah.

Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (C6) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori mengundang. Hal ini dikarenakan pada tuturan tersebut penutur mengajak mitra tutur untuk segera bersiap-siap ke sekolah.

Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (C6) terlihat dari tuturan yang mengatakan bahwa penutur mengingatkan bahwa hari Senin di sekolahan ada upacara terlebih dahulu, jadi penutur meminta mitra tutur segera bersiap ke sekolah agar tidak terlambat. Mitra tutur menanggapi dan merespon tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan langsung pergi menjawab penutur.

Tuturan (C6) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud untuk mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur mengajak mitra tutur dengan tujuan agar hubungan semakin erat. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara.

Tuturan (C6) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Penutur menginginkan mitra tutur berkenan untuk pergi ke gereja pada hari minggu pagi. Jadi, tuturan (C6) terlihat bahwa penutur mengajak mitra tutur pergi ke warung untuk membeli sesuatu.

4.3.1.4 Menerima

Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori menerima. Subkategori fatis acknowledgment menerima terdapat 5 tuturan. Kode (D) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori menerima. Contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut.

Tuturan D1

P: Bu, besok Minggu isa teko nikahan anake Pak Agus apa ora? (Bu, besok Minggu bisa datang nikahan anak Pak Agus atau tidak?) MT: Duh Pak, aku dinas awan sesuk Minggu.

(Duh Pak, saya dinas siang besok Minggu.)

(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah

seorang guru SMP Theresiana Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah istri penutur yang berusia 37 tahun. Suasana tuturan yang sedang terjadi dalam keadaan santai. Mitra tutur mengungkapkan penolakan ajakkan penutur.)

Tuturan (D1) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang keluarga pada malam hari. Penutur merupakan seorang laki-laki yang berprofesi sebagai guru SMP berusia 48 tahun dan mitra tutur merupakan istri dari penutur yang berusia 37 tahun. Suasana di ruang tengah ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Penutur ingin mengajak mitra tutur menghadiri acara pernikahan, tetapi mitra tutur menolak karena ada acara lain.

Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (D1) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori menolak. Hal

ini dikarenakan pada tuturan tersebut mitra tutur menolak ajakan penutur menghadiri acara pernikahan karena ada acara lain.

Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (D1) terlihat dari tuturan yang mengatakan bahwa mitra tutur menolak ajakan penutur. Mitra tutur menanggapi dan merespon tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan mengucapkan “Duh Pak,

aku dinas awan sesuk Minggu.” yang menandakan mitra tutur tidak dapat ikut

meghadiri acara pernikahan bersama penutur.

Tuturan (D1) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud untuk mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur mengajak mitra tutur dengan tujuan agar hubungan semakin erat. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara.

Tuturan (D1) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Penutur menginginkan mitra tutur berkenan untuk pergi ke gereja pada hari minggu pagi. Jadi, tuturan (D1) merupakan basa-basi menolak terlihat bahwa mitra tutur menolak ajakan penutur karena ada acara lainnya.

Tuturan D2

P: Sar, Sari… Ayo maem! (Sar, Sari… ayo makan)

MT: Ora Bu, ra maem aku, isih wareg. (Tidak Bu, aku tidak makan, masih kenyang.)

(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Penutur adalah

ibu mitra tutur yang berusia 49 tahun. Mitra tutur adalah guru SD Bernadus Semarang Semarang., berusia 29 tahun, perempuan. Suasana tuturan yang terjadi ketika itu dalam situasi santai. Mitra tutur menolak ajakan penutur untuk makan malam, yang ditandai dengan kalimat Ora bu, ra maem aku, isih wareg.)

Tuturan (D2) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang keluarga pada malam hari. Penutur merupakan ibu dari mitra tutur dan mitra tutur merupakan seorang perempuan yang berprofesi sebagai gurur SMA berusia 29 tahun. Suasana di ruang tengah ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Penutur ingin mengajak mitra tutur makan malam, tetapi mitra tutur menolak karena masih kenyang.

Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (D2) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori menolak. Hal ini dikarenakan pada tuturan tersebut mitra tutur menolak ajakan penutur untuk makan malam.

Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (D2) terlihat dari tuturan yang mengatakan bahwa mitra tutur menolak ajakan penutur. Mitra tutur menanggapi dan merespon tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan mengucapkan “Ora Bu, ra

Tuturan (D2) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud untuk mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur mengajak mitra tutur dengan tujuan agar hubungan semakin erat. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara.

Tuturan (D2) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Jadi, tuturan (D2) terlihat sebagai basa-basi menolak karena mitra tutur menolak ajakan penutur.

Tuturan D4

P: Ris, iki kok tv-ne ora isa urip yo? Mbok tulung iki. (Ris, ini kok tv-nya tidak bisa hidup ya? Tolong ini.) MT: Kae lho ana Bapak.

(Itu lho ada Bapak.)

(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah

seorang guru SMP Negeri 1 Ambarawa, berusia 48 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah anak laki-laki perutur yang berusia 11 tahun. Situasi tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Mitra tutur menolak pernyataan penutur dengan tidak langsung dan melemparkannya kepada orang lain, ditandai dengan kalimat kae lho

ana Bapak.)

Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (D4) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori menolak. Hal

ini dikarenakan pada tuturan tersebut mitra tutur menolak pernyataan penutur dengan melemparkan kepada orang lain.

Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (D4) terlihat dari tuturan yang mengatakan bahwa mitra tutur menolak ajakan penutur. Mitra tutur menanggapi dan merespon tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan mengucapkan “Kae lho ana

Bapak” yang menandakan mitra tutur tidak ingin datang menolong penutur dan

melemarkannya kepada orang lain.

Tuturan (D4) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud untuk mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur mengajak mitra tutur dengan tujuan agar hubungan semakin erat. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara.

Tuturan (D4) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Jadi, tuturan (D4) terlihat sebagai basa-basi menolak karena mitra tutur menolak ajakan penutur.

4.3.1.5 Meminta/Mengundang

Basa-basi meminta/mengundang merupakan subkategori dari basa-basi berbahasaacknowledgment.Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi. Wujud tuturan basa-basi berupa transkip tuturan lisan basa-basi.Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut.

Tuturan E1

P: Pak, Minggu ngeterke Aldo nang kolam renang ya karo Alga, aku Minggu dinas awan ki.

(Pak Minggu antar Aldo ke kolam renang ya dengan Alga, aku Minggu dinas siang.) MT: Ya Bu, esuk wae to ben isa suwe le renang.

(Ya Bu, pagi saja ya, biar lama renangnya.)

(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah

seorang guru SMP Theresia Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah istri penutur yang berusia 37 tahun. Situasi tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Mitra tutur menerima pernyataan penutur dengan ditandai kata Ya

bu.)

Tuturan (E1) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang keluarga pada malam hari. Penutur adalah seorang guru SMP berusia 48 tahun dan mitra tutur merupakan istri dari penutur. Suasana di ruang tengah ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Mitra tutur menerima tawaran dari penutur.

Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (E1) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori menerima. Hal ini dikarenakan pada tuturan tersebut mitra tutur menerima tawaran penutur untuk mengajak anak-anak berenang keesok harinya.

Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (E1) terlihat dari tuturan yang mengatakan bahwa mitra tutur menerima ajakan penutur. Mitra tutur menanggapi dan merespon tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan mengucapkan “Ya Bu, esuk

wae to ben isa suwe le renang.” yang menandakan mitra tutur menerima tawaran

penutur.

Tuturan (E1) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud untuk mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur mengajak mitra tutur dengan tujuan agar hubungan semakin erat. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Jakobson (1980) yang mendefinisikan bahwa basa-basi adalah tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau memutuskan komunikasi untuk memastikan berfungsinya saluran komunikasi dan untuk menarik perhatian lawan bicara atau menjaga agar kawan bicara tetap memperhatikan.

Tuturan (E1) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Jadi, tuturan (E1) terlihat sebagai basa-basi menerima karena mitra tutur menerima tawaran penutur. Tuturan E3

P: Le, iki Ibu nggowo bakso, gelem apa ora? (Nak, ini ibu bawa bakso, mau tidak?)

(Mau Bu.) P: Ya rene. (Ya kesini.)

(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang makan pada sore hari. Penutur adalah

seorang guru SMP N 1 Sumowono, berusia 34 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 11 tahun. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Mitra tutur menerima tawaran dari penutur yang ditandai dengan kata mau bu.)

Tuturan (E3) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang makan pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SMP berusia 34 tahun dan mitra tutur merupakan anak laki-laki dari penutur berusia 11 tahun. Suasana di ruang makan ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Mitra tutur menerima tawaran dari penutur.

Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (E3) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori menerima. Hal ini dikarenakan pada tuturan tersebut mitra tutur menerima tawaran penutur untuk mengajak anak-anak berenang keesok harinya.

Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (E3) terlihat dari tuturan yang mengatakan bahwa mitra tutur menerima ajakan penutur. Mitra tutur menanggapi dan merespon tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan mengucapkan “Gelem bu.” yang menandakan mitra tutur menerima tawaran penutur.

Tuturan (E3) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud untuk mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur mengajak mitra tutur dengan tujuan agar hubungan semakin erat. Hal ini sejalan dengan teori yang

dikemukakan oleh Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara.

Tuturan (E3) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Jadi, tuturan (E3) terlihat sebagai basa-basi menerima karena mitra tutur menerima tawaran penutur.

Tuturan E6

P: Le, sesuk prei ora nang ngendi- ngendi to? (Nak, besok libur tidak pergi kemana-mana kan?) MT: Ora kok Pak.

(Tidak kok Pak)

P: Tulung terke Bapak nang wisma ya, sesuk Bapak ono rekoleksi. (Tolong antar Bapak ke wisma ya, besok bapak ada rekoleksi) MT: Oh iya Pak

(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah

seorang guru SDN Pagersari 02, Kecamatan Bergas, berusia 53 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah anak laki-laki penutur. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Penutur bermaksud meminta mitra tutur untuk mengantar ke wisma besok pagi dengan bertanya terlebih dahulu, kemudian mitra tutur menerima permintaan penutur dengan mengatakan Oh iya Pak.)

Tuturan (E6) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang makan pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SD berusia 53 tahun dan mitra tutur merupakan anak laki-laki dari penutur. Suasana di ruang tengah ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Mitra tutur menerima tawaran dari penutur.

Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (E6) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori menerima. Hal ini dikarenakan pada tuturan tersebut mitra tutur menerima tawaran penutur untuk mengantar ke wisma acara rekoleksi.

Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (E6) terlihat dari tuturan yang mengatakan bahwa mitra tutur menerima ajakan penutur. Mitra tutur menanggapi dan merespon tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan mengucapkan “Oh iya

Pak.” yang menandakan mitra tutur menerima tawaran penutur.

Tuturan (E6) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud untuk mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur mengajak mitra tutur dengan tujuan agar hubungan semakin erat. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Jakobson (1980) yang mendefinisikan bahwa basa-basi adalah tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau memutuskan komunikasi untuk memastikan berfungsinya saluran komunikasi dan untuk menarik